Bahaya longsor hantui warga bantaran Ciliwung
A
A
A
Sindonews.com - Musim hujan kembali melanda wilayah DKI Jakarta. Tentu saja kekhawatiran muncul bagi warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai. Selain dihantui persoalan banjir, warga yang tinggal di sekitar tebing sungai Ciliwung cemas akan terjadinya longsor.
Dalam mengantisipasi tersebut, warga sekitar dengan dana swadaya membentuk patok di tebing sungai Ciliwung. Upaya ini dilakukan, karena belum ada tindakan antisipasi dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
"Ini memang sudah lama banyak yang mengeluh," ujar Ketua RT 7 RW 11, Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, Gondam Rajadi, ketika ditemui di kediamannya, Jakarta, Jumat (6/1/2012).
Dia mengatakan, Pemprov DKI melalui Suku Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan tata air Jakarta Selatan untuk mengatasi hal ini. Tapi realisasinya hingga saat ini belum ada.
Penyebabnya, upaya tersebut dibutuhkan alat berat, sementara akses untuk mencapai lokasi tak memungkinkan untuk alat berat tersebut.
Akhirnya ditawarkan ide untuk membuat tanggul sementara dengan menata drum yang diisikan beton. Namun, jani ini juga tak terealisasi. "Sampai sekarang enggak jadi-jadi. Yang ada ya patok-patok sama karung pasir ini aja," ucapnya.
Mengingat jalanan di sekitar bantaran sungai Ciliwung sudah retak dan miring, pihaknya berinisiatif menutup jalan tersebut untuk umum. Bahkan, pihaknya tak segan-segan mengusir seseorang yang melewati lokasi tersebut demi kemanan.
"Lihat saja jalannya miring, ini kalau ada yang lewat saya usir, takutnya getarnya malah bikin longsor," tegasnya.
Pada kesempatan berbeda, Lurah Kebon Baru, Bambang Suhada, berjanji untuk menindaklanjuti masalah ini ke pihak yang lebih berwenang. Menurutnya, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) sebagai lembaga bentukan Pemerintah pusat di bawah Kementerian PU yang seharusnya mengurusi ini dan membuat turab di sepanjang aliran sungai Ciliwung-Cisadane.
"Di kelurahan ini Ada beberapa RW 4, 8, 9, 10, 11, 14. Yang masih belum diturab. Yang memiliki kemiringan paling parah ya di RW 11 ini. Sementara di RW 1, 2 sudah diturab oleh BBWSCC," terangnya.
Diakuinya, tak mudah mengatasi persoalan tersebut. Dia menambahkan, persoalan tanah yang gembur bisa menjadi salah satu faktor pemicu kondisi yang dialami sekarang.
"Memang kelihatannya kuat kaya gini, tapi kita kan enggak tahu apa tanahnya ini memang masih kuat apa tidak. Kemarin saja ada pohon yang longsor," tandasnya.
Dalam mengantisipasi tersebut, warga sekitar dengan dana swadaya membentuk patok di tebing sungai Ciliwung. Upaya ini dilakukan, karena belum ada tindakan antisipasi dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
"Ini memang sudah lama banyak yang mengeluh," ujar Ketua RT 7 RW 11, Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, Gondam Rajadi, ketika ditemui di kediamannya, Jakarta, Jumat (6/1/2012).
Dia mengatakan, Pemprov DKI melalui Suku Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan tata air Jakarta Selatan untuk mengatasi hal ini. Tapi realisasinya hingga saat ini belum ada.
Penyebabnya, upaya tersebut dibutuhkan alat berat, sementara akses untuk mencapai lokasi tak memungkinkan untuk alat berat tersebut.
Akhirnya ditawarkan ide untuk membuat tanggul sementara dengan menata drum yang diisikan beton. Namun, jani ini juga tak terealisasi. "Sampai sekarang enggak jadi-jadi. Yang ada ya patok-patok sama karung pasir ini aja," ucapnya.
Mengingat jalanan di sekitar bantaran sungai Ciliwung sudah retak dan miring, pihaknya berinisiatif menutup jalan tersebut untuk umum. Bahkan, pihaknya tak segan-segan mengusir seseorang yang melewati lokasi tersebut demi kemanan.
"Lihat saja jalannya miring, ini kalau ada yang lewat saya usir, takutnya getarnya malah bikin longsor," tegasnya.
Pada kesempatan berbeda, Lurah Kebon Baru, Bambang Suhada, berjanji untuk menindaklanjuti masalah ini ke pihak yang lebih berwenang. Menurutnya, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) sebagai lembaga bentukan Pemerintah pusat di bawah Kementerian PU yang seharusnya mengurusi ini dan membuat turab di sepanjang aliran sungai Ciliwung-Cisadane.
"Di kelurahan ini Ada beberapa RW 4, 8, 9, 10, 11, 14. Yang masih belum diturab. Yang memiliki kemiringan paling parah ya di RW 11 ini. Sementara di RW 1, 2 sudah diturab oleh BBWSCC," terangnya.
Diakuinya, tak mudah mengatasi persoalan tersebut. Dia menambahkan, persoalan tanah yang gembur bisa menjadi salah satu faktor pemicu kondisi yang dialami sekarang.
"Memang kelihatannya kuat kaya gini, tapi kita kan enggak tahu apa tanahnya ini memang masih kuat apa tidak. Kemarin saja ada pohon yang longsor," tandasnya.
()