Waspada puting beliung
A
A
A
Sindonews.com - Puting beliung yang terjadi di sekitar Jakarta pada sore hari telah menyebabkan sekitar 50 pohon dan papan reklame tumbang. Sebab itu, warga diminta waspada lantaran saat ini puting beliung tengah marak terjadi di wilayah Indonesia.
Demikian diutarakan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya kepada Sindonews, Kamis (5/1/2012).
Dia menjelaskan, kemacetan menyeruak di berbagai jalan karena jalanan tertutup pohon tumbang. Selain itu, banjir dan genangan terjadi di beberapa tempat pascahujan deras diikuti puting beliung.
"Puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60-90 km/jam yang berlangsung 5-30 menit, akibat adanya perbedaan tekanan sangat besar dalam area skala sangat lokal dan terjadi di bawah atau di sekitar awan cumulonimbus," papar Sutopo.
Menurutnya, proses terjadinya puting beliung sangat terkait erat dengan fase tumbuh awan cumulonimbus (Cb). "Saat ini puting beliung sangat marak di Indonesia," ungkapnya.
Data BNPB menujukan, bencana puting beliung dari tahun ke tahun menunjukkan trend yang naik. Dalam 10 tahun terakhir yaitu dari 2002-2011 terjadi 1.564 kejadian puting beliung atau 14 persen dari total kejadian bencana di Indonesia.
Antara tahun 2002-2011 terjadi kenaikan 28 kali lipat kejadian puting beliung. Jika tahun 2002 kejadian hanya 14 kali. Pada tahun 2006 terjadi 84 kejadian. Tahun 2010 ada 402. Tahun 2011 ada 285 kejadian dengan korban meninggal 21 orang, mengungsi 9.081 orang, dan 13.684 rumah rusak.
"Adaptasi terhadap ancaman puting beliung diperlukan mulai dari individu," paparnya.
Lebih rinci Sutopo menjelaskan, gejala awal puting beliung, antara lain udara terasa panas dan gerah. Di langit tampak ada pertumbuhan awan Cumulus atau awan putih bergerombol yang berlapis-lapis. Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang secara visual seperti bunga kol.
"Awan tiba-tiba berubah warna dari berwarna putih menjadi berwarna hitam pekat. Ranting pohon dan daun bergoyang cepat karena tertiup angin disertai angin kencang sudah menjelang," terangnya.
Menurut Sutopo, durasi fase pembentukan awan, hingga fase awan punah berlangsung sekitar satu. jam. "Karena itulah, masyarakat agar tetap waspada selama periode ini," jelas dia mengingatkan.
Seperti diberitakan, hujan deras disertai angin kencang mengguyur hampir seluruh wilayah Jakarta, siang hingga sore tadi. Selain menyisakan genangan air seperti yang terlihat di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, hujan dan angin kencang juga merobohkan sejumlah papan iklan.
Akibat puting beliung, beberapa papan reklame di sepanjang Tol Kebon Jeruk roboh. Salah satunya menimpa rumah warga. Selain itu, pohon di depan Wisma BSG, Jalan Abul Muis, Jakarta Pusat, juga tumbang dan menimpa dua mobil.
Demikian diutarakan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya kepada Sindonews, Kamis (5/1/2012).
Dia menjelaskan, kemacetan menyeruak di berbagai jalan karena jalanan tertutup pohon tumbang. Selain itu, banjir dan genangan terjadi di beberapa tempat pascahujan deras diikuti puting beliung.
"Puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60-90 km/jam yang berlangsung 5-30 menit, akibat adanya perbedaan tekanan sangat besar dalam area skala sangat lokal dan terjadi di bawah atau di sekitar awan cumulonimbus," papar Sutopo.
Menurutnya, proses terjadinya puting beliung sangat terkait erat dengan fase tumbuh awan cumulonimbus (Cb). "Saat ini puting beliung sangat marak di Indonesia," ungkapnya.
Data BNPB menujukan, bencana puting beliung dari tahun ke tahun menunjukkan trend yang naik. Dalam 10 tahun terakhir yaitu dari 2002-2011 terjadi 1.564 kejadian puting beliung atau 14 persen dari total kejadian bencana di Indonesia.
Antara tahun 2002-2011 terjadi kenaikan 28 kali lipat kejadian puting beliung. Jika tahun 2002 kejadian hanya 14 kali. Pada tahun 2006 terjadi 84 kejadian. Tahun 2010 ada 402. Tahun 2011 ada 285 kejadian dengan korban meninggal 21 orang, mengungsi 9.081 orang, dan 13.684 rumah rusak.
"Adaptasi terhadap ancaman puting beliung diperlukan mulai dari individu," paparnya.
Lebih rinci Sutopo menjelaskan, gejala awal puting beliung, antara lain udara terasa panas dan gerah. Di langit tampak ada pertumbuhan awan Cumulus atau awan putih bergerombol yang berlapis-lapis. Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang secara visual seperti bunga kol.
"Awan tiba-tiba berubah warna dari berwarna putih menjadi berwarna hitam pekat. Ranting pohon dan daun bergoyang cepat karena tertiup angin disertai angin kencang sudah menjelang," terangnya.
Menurut Sutopo, durasi fase pembentukan awan, hingga fase awan punah berlangsung sekitar satu. jam. "Karena itulah, masyarakat agar tetap waspada selama periode ini," jelas dia mengingatkan.
Seperti diberitakan, hujan deras disertai angin kencang mengguyur hampir seluruh wilayah Jakarta, siang hingga sore tadi. Selain menyisakan genangan air seperti yang terlihat di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, hujan dan angin kencang juga merobohkan sejumlah papan iklan.
Akibat puting beliung, beberapa papan reklame di sepanjang Tol Kebon Jeruk roboh. Salah satunya menimpa rumah warga. Selain itu, pohon di depan Wisma BSG, Jalan Abul Muis, Jakarta Pusat, juga tumbang dan menimpa dua mobil.
()