Warga Jakut Olah Biji Salak sebagai Obat Alternatif Penangkal Corona
A
A
A
JAKARTA - Banyak cara yang dilakukan masyarakat dalam mengantisipasi wabah Covid-19 yang terjadi saat ini. Seperti yang dilakukan Muhammad Roni (55), warga Lagowa, Koja, Jakarta Utara ini mengolah biji salak menjadi olahan bubuk minuman seperti kopi.
"Jadi awalnya melihat dari kasus yang ada. Saya coba sedikit untuk sendiri yang memang saat itu sedang flu dan pilek. Ternyata begitu konsumsi awalnya memang tidak ada efek apapun. Namun setelah tiga hari minum baru efek itu ada," kata Roni, Minggu, (5/4/2020).
Roni menuturkan, setelah mengonsumsi bubuk biji salak pada pagi dan sore hari, tenggorokan tidak kering lagi dan pilek pun menjadi berkurang. Melihat dari uji coba pada diri sendiri, Roni melihat peluang bahwa biji salak menjadi salah satu alternatif antisipasi Covid-19.
Bicara soal pembuatan bubuk biji salak ini diungkap Roni memang sangat mudah dan murah. Biji salak mentah diiris atau dipotong potong sebesar seperti biji kopi atau dadu kecil. Sesudah itu potongan biji salak dijemur dengan panas matahari yang terik. Setelah dijemur selama tiga hari, biji salak yang memutih ini bisa langsung disangrai atau goreng didalam wadah penggorengan.
Dengan disangrai kurang lebih 20 menit, maka biji salak akan terlihat hitam sama seperti kulit buahnya. "Setelah itu bisa langsung dilakukan penghalusan dengan menggunakan blender atau cara manual dengan ditumbuk hingga halus seperti bubuk kopi," ujarnya.
Roni mengatakan, bawah olahan biji salak ini hampir sama dengan biji kopi. Tidak heran jika wanginya juga sama. Namun bagaimana soal rasa? Rasa bubuk biji salak ini memang jauh berbeda dari bubuk kopi pada umumnya. "Memang enggak seperti kopi meskipun warnanya sama, tapi rasanya memang 'ambar' karena tidak boleh di campur gula supaya khasiatnya ada," ujarnya.
Direktur Bank Sampah Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Gus Inn (55) yang juga merupakan pemrakarsa bubuk biji salak, mengungkapkan, bubuk biji salak ini memiliki potensi yang sangat besar, apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang saat ini tak hanya terjadi di Indonesia tapi di dunia juga.
"Awalnya bingung, bagaimana kita mengolah biji salak. Sebab biji dari buah salak sangatlah keras. Namun dalam petunjuk yang kami dapat Pak Roni sudah pernah memproses biji salak ini. Lalu segenap pengurus posyantek Kecamatan Koja dan bak sampah berunding untuk memproduksi bubuk biji salak ini menjadi seperti minuman kopi," ujarnya Minggu (5/4/2020).
Setelah produksi, Gus Inn menceritakan bahwa sudah beberapa kali minuman salak ini di uji coba kepada warga yang berstatus dalam pemantauan atau ODP. Dalam pengakuannya si pasien yang meminum mengaku merasakan badannya bugar dan flu dan batuk pun menurun.
"Jadi awalnya si pasien datang ke kita kalau tenggorokannya kering dan batuknya kering. Lalu setelah mengonsumsi ini Alhamdullilah membaik," ungkapnya.
Tak hanya untuk mengobati batuk dan flu saja, menurut Gus Inn biji salak juga memiliki khasiat yang luar biasa. Seperti untuk jantung, pencernaan, dan hipertensi. Soal efek samping, Gus mejelaskan biji salak dikatakan alternatif karena tidak ada campuran kimia dan merupakan obat herbal.
"Misi kami semoga bubuk biji salak ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk mengatasi Covid-19 ini supaya sembuh yang positif. Sisi lain bank sampah juga sudah berbicara dengan dinas terkait soal perizinan. Mereka akan ke BPOM, mudah mudahkan secepatnya akan di lab sehingga dapat berguna bagi masyarakat," ucapnya.
"Jadi awalnya melihat dari kasus yang ada. Saya coba sedikit untuk sendiri yang memang saat itu sedang flu dan pilek. Ternyata begitu konsumsi awalnya memang tidak ada efek apapun. Namun setelah tiga hari minum baru efek itu ada," kata Roni, Minggu, (5/4/2020).
Roni menuturkan, setelah mengonsumsi bubuk biji salak pada pagi dan sore hari, tenggorokan tidak kering lagi dan pilek pun menjadi berkurang. Melihat dari uji coba pada diri sendiri, Roni melihat peluang bahwa biji salak menjadi salah satu alternatif antisipasi Covid-19.
Bicara soal pembuatan bubuk biji salak ini diungkap Roni memang sangat mudah dan murah. Biji salak mentah diiris atau dipotong potong sebesar seperti biji kopi atau dadu kecil. Sesudah itu potongan biji salak dijemur dengan panas matahari yang terik. Setelah dijemur selama tiga hari, biji salak yang memutih ini bisa langsung disangrai atau goreng didalam wadah penggorengan.
Dengan disangrai kurang lebih 20 menit, maka biji salak akan terlihat hitam sama seperti kulit buahnya. "Setelah itu bisa langsung dilakukan penghalusan dengan menggunakan blender atau cara manual dengan ditumbuk hingga halus seperti bubuk kopi," ujarnya.
Roni mengatakan, bawah olahan biji salak ini hampir sama dengan biji kopi. Tidak heran jika wanginya juga sama. Namun bagaimana soal rasa? Rasa bubuk biji salak ini memang jauh berbeda dari bubuk kopi pada umumnya. "Memang enggak seperti kopi meskipun warnanya sama, tapi rasanya memang 'ambar' karena tidak boleh di campur gula supaya khasiatnya ada," ujarnya.
Direktur Bank Sampah Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Gus Inn (55) yang juga merupakan pemrakarsa bubuk biji salak, mengungkapkan, bubuk biji salak ini memiliki potensi yang sangat besar, apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang saat ini tak hanya terjadi di Indonesia tapi di dunia juga.
"Awalnya bingung, bagaimana kita mengolah biji salak. Sebab biji dari buah salak sangatlah keras. Namun dalam petunjuk yang kami dapat Pak Roni sudah pernah memproses biji salak ini. Lalu segenap pengurus posyantek Kecamatan Koja dan bak sampah berunding untuk memproduksi bubuk biji salak ini menjadi seperti minuman kopi," ujarnya Minggu (5/4/2020).
Setelah produksi, Gus Inn menceritakan bahwa sudah beberapa kali minuman salak ini di uji coba kepada warga yang berstatus dalam pemantauan atau ODP. Dalam pengakuannya si pasien yang meminum mengaku merasakan badannya bugar dan flu dan batuk pun menurun.
"Jadi awalnya si pasien datang ke kita kalau tenggorokannya kering dan batuknya kering. Lalu setelah mengonsumsi ini Alhamdullilah membaik," ungkapnya.
Tak hanya untuk mengobati batuk dan flu saja, menurut Gus Inn biji salak juga memiliki khasiat yang luar biasa. Seperti untuk jantung, pencernaan, dan hipertensi. Soal efek samping, Gus mejelaskan biji salak dikatakan alternatif karena tidak ada campuran kimia dan merupakan obat herbal.
"Misi kami semoga bubuk biji salak ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk mengatasi Covid-19 ini supaya sembuh yang positif. Sisi lain bank sampah juga sudah berbicara dengan dinas terkait soal perizinan. Mereka akan ke BPOM, mudah mudahkan secepatnya akan di lab sehingga dapat berguna bagi masyarakat," ucapnya.
(whb)