Bikin Nyaman Penghuni, Graha Raya Normalisasi Sungai Angke
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Memasuki tahun 2020, bencana banjir melanda banyak wilayah di Indonesia. Sejumlah perumahan elite yang tadinya aman dari banjir, kali ini tak bisa menghindar dari luapan air.
Banjir tahun ini lebih dahsyat dari tahun-tahun sebelumnya. Usut punya usut, ternyata curah hujan di awal tahun 2020 hingga saat ini sangat tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
BMKG mencatat, sejak 1866, curah hujan yang mengguyur malam tahun baru sampai 1 Januari 2020 pagi adalah yang tertinggi yang pernah dicatat di Jakarta, yakni 377 mm/hari. Pada 2007 curah hujannya juga tinggi, tapi masih di kisaran 340 mm/hari,
Salah satu perumahan yang terdampak tingginya curah hujan di malam tahun baru adalah Graha Raya yang terletak di Pondok Jagung, Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten. Dua sungai yang melintasi perumahan akhirnya tak sanggup menampung debit air dan menumpahkannya ke areal sekitarnya.
"Kami akui Graha Raya dilintasi oleh dua sungai, yaitu Sungai atau Kali Angke dan Serua. Nah Kali Angke yang tergolong besar tak bisa menampung air hujan sehingga mengakibatkan banjir," kata Manager Pemasaran Graha Raya Adyuta Danapramita di kantor pemasaran Graha Raya di Tangerang Selatan, Banten, Kamis 5 Maret 2020.
Dia menjelaskan, Graha Raya sebenarnya memiliki sistem penataan air yang terencana. Namun tingginya intensitas hujan ditambah kapasitas tampung sungai yang menyusut karena sedimentasi pasir dan tanah memicu air meluap ke permukiman warga.
"Akhirnya kami putuskan untuk mengeruk atau menormalisasi Kali Angke dengan biaya sendiri. Tentunya setelah ada surat rekomendasi dari otoritas pemerintah daerah," kata Adyuta.
Mengapa melakukan normalisasi sendiri? Dia menjelaskan, bila normalisasi menunggu dilakukan pemerintah daerah, maka air sungai akan terus meluap mengingat musim hujan masih akan berlangsung beberapa bulan ke depan. Karena itu, PT Jaya Real Property (JRP), Tbk, selaku pengembang Graha Raya merogoh kocek sendiri untuk melakukan pengerukan Sungai Angke.
"Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan normalisasi Kali Angke sepanjang dua kilometer," sebutnya seraya menambahkan akan membuat program normalisasi tersebut setiap tahunnya di bulan Desember.
Hal ini untuk mengantisipasi tingginya curah hujan di awal tahun. "Sedangkan Kali Serua yang tergolong kecil sedang dinormalisasi oleh pemerintah daerah," ujarnya.
Wilayah Tangerang Selatan, Banten, mencatat perkembangan paling pesat dibanding daerah penyangga Jakarta lainnya sejak ditetapkan sebagai kota pada 29 Oktober 2008 oleh Menteri Dalam Negeri saat itu, Mardiyanto. Perkembangan terjadi hampir di semua sektor, terutama perekonomian yang ditunjang oleh sektor permukiman dan komersial.
Sejarah mencatat, nilai properti di kawasan ini hampir tidak pernah turun. Keterbatasan dan menyempitnya lahan mendorong nilai aset properti terus naik. Beberapa kawasan dibangun apik dengan perawatan lingkungan yang cukup terjamin. Berbagai kebutuhan dasar di pusat-pusat perbelanjaan juga tersedia, termasuk kebutuhan rekreasi, sehingga warganya tak perlu “melipir” ke Jakarta.
Lokasi bagus dan mudahnya akses menjadi prinsip yang kerap digunakan konsumen saat memutuskan untuk membeli rumah di Tangerang Selatan. Graha Raya yang mencakup luasan 350 hektare di Serpong Utara memiliki itu semua. Karena terletak di segitigas emas Bintaro Jaya, Serpong, Jakarta Barat, dengan aksesibilitas yang sangat mudah.
Lokasi perumahan Graha Raya diapit oleh dua proyek besar berfasilitas komplit, yaitu Bintaro Jaya dan Alam Sutera. Sehingga kerap diandalkan sebagai akses penghubung menuju dua wilayah tersebut. Sepanjang jalan perumahan hawanya cukup rindang dan sejuk karena masih banyak pepohonan yang menjulang. Di beberapa sudut, berjejer penjual tanaman hijau dan batu alam yang cukup menyegarkan mata.
"Kami punya lebar jalan utama 24 meter, sangat rapi, terawat dan lapang. Orang lalu-lalang cukup ramai, sehingga kawasan sangat hidup, termasuk area komersialnya semakin terekspos," kata Head Unit Manager Graha Raya, Shindu Hariyadi Wibisono.
Graha Raya sendiri memiliki ratusan unit ruko, Giant Supermarket, TransMart, McDonald’s, Pasar Modern, sekolah, sport center, dan yang terbaru Splash Waterpark di Klub Keluarga. Lokasinya makin strategis setelah dibukanya exit tol Parigi di ruas tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2 Seksi Serpong-Kunciran.
Dari exit tol tersebut ke Graha Raya hanya 500 meter. Akses menuju Graha Raya juga bisa melalui exit tol Alam Sutera di ruas tol Jakarta-Merak, sekitar 2 km.
"Dengan berbagai akses tol tersebut, menuju seluruh penjuru Jabodetabek termasuk Bandara Soekarno-Hatta, ruas tol dalam kota, Jagorawi hingga Cipali sangat mudah. Kawasan perumahan kami diuntungkan oleh lokasi yang superstrategis, betul-betul beririsan dengan Bintaro dan Alam Sutera," klaim Shindu.
Transportasi kian mudah berkat beroperasinya jalur busway melayang koridor XIII Tendean-Blok M-Ciledug. Lokasi Graha Raya dengan halte terakhir di Puri Beta, Ciledug, sekitar 3 km.
"Kalau lagi engga mau pakai mobil, penghuni banyak yang mengandalkan busway sebagai transportasi menuju perkantoran di Jalan Sudirman, Gatot Subroto dan Kuningan. Jarang bahkan tidak pernah macet karena jalurnya khusus. Sudah paling nyaman beli rumah di Graha Raya, ke mana-mana dekat," tambahnya.
Berbagai keunggulan itu membuat harga properti di Graha Raya terus meroket. Lima tahun lalu harga tanahnya masih Rp5 juta–7 juta per meter persegi, sekarang sudah Rp8juta-10 juta. Graha Raya saat ini tengah mengembangkan distrik unggulan, yaitu Fortune (40 ha). Hingga awal 2020, JRP telah membangun sebanyak tujuh klaster, yaitu Fortune Spring, Breeze, Terrace, Essence, Belezza, Villas dan yang saat ini sedang dipasarkan adalah Fortune Height.
Luas klaster Fortune Height 3,2 ha dengan rumah sebanyak 264 unit. Rumah satu-dua lantai ini didesain kompak dengan tata ruang efisien dan fungsional layaknya hunian urban. Tampak depan bangunan didesain modern simple yang banyak digandrungi anak muda.
"Dari segi luas, desain dan harga sasarannya adalah keluarga muda atau professional yang mendambakan tinggal di kawasan Tangerang Selatan, tetapi dengan kocek relatif terjangkau," kata Shindu.
Banjir tahun ini lebih dahsyat dari tahun-tahun sebelumnya. Usut punya usut, ternyata curah hujan di awal tahun 2020 hingga saat ini sangat tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
BMKG mencatat, sejak 1866, curah hujan yang mengguyur malam tahun baru sampai 1 Januari 2020 pagi adalah yang tertinggi yang pernah dicatat di Jakarta, yakni 377 mm/hari. Pada 2007 curah hujannya juga tinggi, tapi masih di kisaran 340 mm/hari,
Salah satu perumahan yang terdampak tingginya curah hujan di malam tahun baru adalah Graha Raya yang terletak di Pondok Jagung, Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten. Dua sungai yang melintasi perumahan akhirnya tak sanggup menampung debit air dan menumpahkannya ke areal sekitarnya.
"Kami akui Graha Raya dilintasi oleh dua sungai, yaitu Sungai atau Kali Angke dan Serua. Nah Kali Angke yang tergolong besar tak bisa menampung air hujan sehingga mengakibatkan banjir," kata Manager Pemasaran Graha Raya Adyuta Danapramita di kantor pemasaran Graha Raya di Tangerang Selatan, Banten, Kamis 5 Maret 2020.
Dia menjelaskan, Graha Raya sebenarnya memiliki sistem penataan air yang terencana. Namun tingginya intensitas hujan ditambah kapasitas tampung sungai yang menyusut karena sedimentasi pasir dan tanah memicu air meluap ke permukiman warga.
"Akhirnya kami putuskan untuk mengeruk atau menormalisasi Kali Angke dengan biaya sendiri. Tentunya setelah ada surat rekomendasi dari otoritas pemerintah daerah," kata Adyuta.
Mengapa melakukan normalisasi sendiri? Dia menjelaskan, bila normalisasi menunggu dilakukan pemerintah daerah, maka air sungai akan terus meluap mengingat musim hujan masih akan berlangsung beberapa bulan ke depan. Karena itu, PT Jaya Real Property (JRP), Tbk, selaku pengembang Graha Raya merogoh kocek sendiri untuk melakukan pengerukan Sungai Angke.
"Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan normalisasi Kali Angke sepanjang dua kilometer," sebutnya seraya menambahkan akan membuat program normalisasi tersebut setiap tahunnya di bulan Desember.
Hal ini untuk mengantisipasi tingginya curah hujan di awal tahun. "Sedangkan Kali Serua yang tergolong kecil sedang dinormalisasi oleh pemerintah daerah," ujarnya.
Wilayah Tangerang Selatan, Banten, mencatat perkembangan paling pesat dibanding daerah penyangga Jakarta lainnya sejak ditetapkan sebagai kota pada 29 Oktober 2008 oleh Menteri Dalam Negeri saat itu, Mardiyanto. Perkembangan terjadi hampir di semua sektor, terutama perekonomian yang ditunjang oleh sektor permukiman dan komersial.
Sejarah mencatat, nilai properti di kawasan ini hampir tidak pernah turun. Keterbatasan dan menyempitnya lahan mendorong nilai aset properti terus naik. Beberapa kawasan dibangun apik dengan perawatan lingkungan yang cukup terjamin. Berbagai kebutuhan dasar di pusat-pusat perbelanjaan juga tersedia, termasuk kebutuhan rekreasi, sehingga warganya tak perlu “melipir” ke Jakarta.
Lokasi bagus dan mudahnya akses menjadi prinsip yang kerap digunakan konsumen saat memutuskan untuk membeli rumah di Tangerang Selatan. Graha Raya yang mencakup luasan 350 hektare di Serpong Utara memiliki itu semua. Karena terletak di segitigas emas Bintaro Jaya, Serpong, Jakarta Barat, dengan aksesibilitas yang sangat mudah.
Lokasi perumahan Graha Raya diapit oleh dua proyek besar berfasilitas komplit, yaitu Bintaro Jaya dan Alam Sutera. Sehingga kerap diandalkan sebagai akses penghubung menuju dua wilayah tersebut. Sepanjang jalan perumahan hawanya cukup rindang dan sejuk karena masih banyak pepohonan yang menjulang. Di beberapa sudut, berjejer penjual tanaman hijau dan batu alam yang cukup menyegarkan mata.
"Kami punya lebar jalan utama 24 meter, sangat rapi, terawat dan lapang. Orang lalu-lalang cukup ramai, sehingga kawasan sangat hidup, termasuk area komersialnya semakin terekspos," kata Head Unit Manager Graha Raya, Shindu Hariyadi Wibisono.
Graha Raya sendiri memiliki ratusan unit ruko, Giant Supermarket, TransMart, McDonald’s, Pasar Modern, sekolah, sport center, dan yang terbaru Splash Waterpark di Klub Keluarga. Lokasinya makin strategis setelah dibukanya exit tol Parigi di ruas tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2 Seksi Serpong-Kunciran.
Dari exit tol tersebut ke Graha Raya hanya 500 meter. Akses menuju Graha Raya juga bisa melalui exit tol Alam Sutera di ruas tol Jakarta-Merak, sekitar 2 km.
"Dengan berbagai akses tol tersebut, menuju seluruh penjuru Jabodetabek termasuk Bandara Soekarno-Hatta, ruas tol dalam kota, Jagorawi hingga Cipali sangat mudah. Kawasan perumahan kami diuntungkan oleh lokasi yang superstrategis, betul-betul beririsan dengan Bintaro dan Alam Sutera," klaim Shindu.
Transportasi kian mudah berkat beroperasinya jalur busway melayang koridor XIII Tendean-Blok M-Ciledug. Lokasi Graha Raya dengan halte terakhir di Puri Beta, Ciledug, sekitar 3 km.
"Kalau lagi engga mau pakai mobil, penghuni banyak yang mengandalkan busway sebagai transportasi menuju perkantoran di Jalan Sudirman, Gatot Subroto dan Kuningan. Jarang bahkan tidak pernah macet karena jalurnya khusus. Sudah paling nyaman beli rumah di Graha Raya, ke mana-mana dekat," tambahnya.
Berbagai keunggulan itu membuat harga properti di Graha Raya terus meroket. Lima tahun lalu harga tanahnya masih Rp5 juta–7 juta per meter persegi, sekarang sudah Rp8juta-10 juta. Graha Raya saat ini tengah mengembangkan distrik unggulan, yaitu Fortune (40 ha). Hingga awal 2020, JRP telah membangun sebanyak tujuh klaster, yaitu Fortune Spring, Breeze, Terrace, Essence, Belezza, Villas dan yang saat ini sedang dipasarkan adalah Fortune Height.
Luas klaster Fortune Height 3,2 ha dengan rumah sebanyak 264 unit. Rumah satu-dua lantai ini didesain kompak dengan tata ruang efisien dan fungsional layaknya hunian urban. Tampak depan bangunan didesain modern simple yang banyak digandrungi anak muda.
"Dari segi luas, desain dan harga sasarannya adalah keluarga muda atau professional yang mendambakan tinggal di kawasan Tangerang Selatan, tetapi dengan kocek relatif terjangkau," kata Shindu.
(mhd)