Pemkot Tangsel Meminta Pusat Percepat Proyek PLTSa Cipeucang Serpong
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) meminta pemerintah pusat secepatnya membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Cipeucang, Serpong mengingat masalah sampah menjadi problem besar dalam sepuluh tahun terakhir.
Permintaan itu disampaikan Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany. Dia berharap rencana pembangunan PLTSa dapat segera dilakukan dan proses lelangnya bisa dipercepat pihak Kementerian Kemaritiman. “Bagi saya, masalah sampah yang belum selesai. Cita-cita saya adalah bisa mempersembahkan piala Adipura,” kata Airin kemarin.
Menurut dia, terbatasnya lahan TPA dan jumlah penduduk yang begitu banyak, sementara sampah tidak pernah berhenti menjadi masalah yang tengah dihadapi Tangsel saat ini. “Mudah-mudahan pertengahan Juni atau Juli 2020 sudah ada pemenang lelangnya dan sudah mulai progres pembangunan fisik PLTSa. InsyaAllah, progres fisiknya selesai dua tahun,” jelasnya.
Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie menyampaikan, tahap kemajuan yang positif dari rencana pembangunan PLTSa dimana sudah masuk final business case dan tinggal menunggu proses tender. “Kalau TPA Cipeucang progresnya sudah sangat baik dalam kaitannya dengan PLTSa. Itu sudah sampai ke tahap final businesscase. Baru setelah itu dilakukan tender oleh Kementerian Kemaritiman,” ungkapnya.
Dia mengatakan, proses tender sangat penting agar proyek itu bisa berjalan. Apalagi, nilai investasi diperkirakan mencapai Rp1,8 triliun. “Jadi dananya dari investor dikoordinatori Kementerian Kemaritiman,” ujarnya.
Menurut Benyamin, produksi sampah di Tangsel perharinya mencapai 950 ton. Jumlah ini sangat cocok dengan kebutuhan PLTSa yang hanya sekitar 1.000 ton per hari. “Setiap hari sampah itu 950 ton. Itu produksi sampah, timbunan sampah di Tangsel. Makanya, kalau PLTSa pas. Mereka butuhnya 1.000 ton. Untuk kapasitas TPA Cipeucang, kalau di urut lima tahun lagi penuh itu,” jelasnya. Dia menjelaskan, luas lahan PLTSa Cipeucang saat ini sekitar 6-7 hektare. Untuk membebaskan lahan tersebut, pihaknya sudah memerintahkan setiap SKPD segera mengusulkan pengelolaan anggaran ke Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany agar segera diproses. “Saya berharap pelaksanaan tendernya bisa dipercepat,” tandasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangsel Toto menambahkan, sambil menunggu pembangunan PLTSa, pihaknya berencana membuat satu landfill lagi agar daya tampung TPA Cipeucang lebih lama. “Kami mau membuat penambahan landfill lagi satu, luasnya 8.000 meter persegi dan bisa menampung sekitar 16.000 ton sampah. Bisa tahan sampai tiga tahun,” sambungnya.
Selain menyiapkan pembangunan landfill, pihaknya juga tengah merapikan sampah disekitar 4-5 hektare lahan TPA yang akan dilakukan pembangunan PLTSa nanti. “Beberapa waktu lalu ada konsultan dari Korea yang mengambil sampel sampah di TPA. Dia ingin menguji kalori bakar sampahnya, sebagai bahan untuk menyusun final FS. Jadi ini untuk mengetahui daya bakar PLTSa-nya,” jelasnya.
Dia mengakui langkah sampai ke pembangunan PLTSa masih cukup panjang karena masih menunggu kajian sampah dan FS-nya disetujui untuk selanjutnya sampai ke lelang. “Kalau perusahaan yang memperkenalkan diri ke pemerintah untuk pembangunan PLTSa itu sekitar 70 perusahaan. Investasinya sekitar Rp1,8 triliun,” tukasnya.
Permintaan itu disampaikan Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany. Dia berharap rencana pembangunan PLTSa dapat segera dilakukan dan proses lelangnya bisa dipercepat pihak Kementerian Kemaritiman. “Bagi saya, masalah sampah yang belum selesai. Cita-cita saya adalah bisa mempersembahkan piala Adipura,” kata Airin kemarin.
Menurut dia, terbatasnya lahan TPA dan jumlah penduduk yang begitu banyak, sementara sampah tidak pernah berhenti menjadi masalah yang tengah dihadapi Tangsel saat ini. “Mudah-mudahan pertengahan Juni atau Juli 2020 sudah ada pemenang lelangnya dan sudah mulai progres pembangunan fisik PLTSa. InsyaAllah, progres fisiknya selesai dua tahun,” jelasnya.
Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie menyampaikan, tahap kemajuan yang positif dari rencana pembangunan PLTSa dimana sudah masuk final business case dan tinggal menunggu proses tender. “Kalau TPA Cipeucang progresnya sudah sangat baik dalam kaitannya dengan PLTSa. Itu sudah sampai ke tahap final businesscase. Baru setelah itu dilakukan tender oleh Kementerian Kemaritiman,” ungkapnya.
Dia mengatakan, proses tender sangat penting agar proyek itu bisa berjalan. Apalagi, nilai investasi diperkirakan mencapai Rp1,8 triliun. “Jadi dananya dari investor dikoordinatori Kementerian Kemaritiman,” ujarnya.
Menurut Benyamin, produksi sampah di Tangsel perharinya mencapai 950 ton. Jumlah ini sangat cocok dengan kebutuhan PLTSa yang hanya sekitar 1.000 ton per hari. “Setiap hari sampah itu 950 ton. Itu produksi sampah, timbunan sampah di Tangsel. Makanya, kalau PLTSa pas. Mereka butuhnya 1.000 ton. Untuk kapasitas TPA Cipeucang, kalau di urut lima tahun lagi penuh itu,” jelasnya. Dia menjelaskan, luas lahan PLTSa Cipeucang saat ini sekitar 6-7 hektare. Untuk membebaskan lahan tersebut, pihaknya sudah memerintahkan setiap SKPD segera mengusulkan pengelolaan anggaran ke Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany agar segera diproses. “Saya berharap pelaksanaan tendernya bisa dipercepat,” tandasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangsel Toto menambahkan, sambil menunggu pembangunan PLTSa, pihaknya berencana membuat satu landfill lagi agar daya tampung TPA Cipeucang lebih lama. “Kami mau membuat penambahan landfill lagi satu, luasnya 8.000 meter persegi dan bisa menampung sekitar 16.000 ton sampah. Bisa tahan sampai tiga tahun,” sambungnya.
Selain menyiapkan pembangunan landfill, pihaknya juga tengah merapikan sampah disekitar 4-5 hektare lahan TPA yang akan dilakukan pembangunan PLTSa nanti. “Beberapa waktu lalu ada konsultan dari Korea yang mengambil sampel sampah di TPA. Dia ingin menguji kalori bakar sampahnya, sebagai bahan untuk menyusun final FS. Jadi ini untuk mengetahui daya bakar PLTSa-nya,” jelasnya.
Dia mengakui langkah sampai ke pembangunan PLTSa masih cukup panjang karena masih menunggu kajian sampah dan FS-nya disetujui untuk selanjutnya sampai ke lelang. “Kalau perusahaan yang memperkenalkan diri ke pemerintah untuk pembangunan PLTSa itu sekitar 70 perusahaan. Investasinya sekitar Rp1,8 triliun,” tukasnya.
(ysw)