Cegah Bencana Bogor Terulang, Pakar Kehutanan IPB Sebut Perlu Penegakan Hukum
A
A
A
BOGOR - Pakar Kehutanan IPB University Prof Bambang Hero Saharjo menyatakan untuk mencegah terjadinya kembali bencana alam banjir bandang dan longsor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan Lebak, Banten, selain reforestasi (penanaman pohon di hutan yang gundul) juga paling penting adalah penegakan hukum (Gakkum).
"Kalau itu (reforestasi) saya kira memang harus segera dilakukan, kemarin juga waktu kunjungan BNPB ke lokasi keluar pernyataan untuk menggunakan akar wangi atau vetiver, sebagai salah satu solusi dan itu (bencana) harapan kita tidak terjadi lagi," ungkapnya saat ditemui di Acara Raker Dewan Pengurus Asosiasi Profesor Indonesia (API) di Sekolah Bisnis IPB University, Bogor, Senin (20/01/2020).
Artinya apa, kata penerima John Maddox 2019 ini, selama ini para pemangku kebijakan dalam menindak tegas kerap mengedepankan feeling untuk menertibkan para perambah hutan maupun penambang liar. "Contohnya jika peraturan ditegakan khawatir apakah masyarakat tidak terganggu mata pencahariannya dan sebagainya. Padahal yang namanya bencana kan, enggak peduli (priuk masyarakat terganggu atau tidak). Bogor dan Lebak maupun Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara juga, dan sebagainya itu sebagai contoh kerusakan hutan. Pada akhirnya solusi yang diperlukan adalah ketegasan dalam menghadapi hal-hal seperti ini," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, jika nanti pada akhirnya tidak ada kepedulian dari pihak berwenang atau pembiaran terus menerus apa yang dikhawatirkan akan kembali terulang."Dalam hal ini harus segera dibuat keputusan yang tepat, bila perlu gakkum (penegakan hukum). Kalau tidak, apalagi selalu bermain feeling, saya rasa tunggu saja bencana serupa akan kembali terjadi," ungkapnya.
Intinya, kata dia, bencana banjir bandang dan longsor yang terjadi di Bogor dan Lebak ini dikarenakan efek puncak dari pembiaran aparat berwenang sehingga kerusakan hutan semakin massif."Mestinya kan (pembalakan dan penambangan liar) seperti di Bogor dan Lebak ini, sejak awal ditindak tegas dengan menggunakan Gakkum, kalau mereka mencoba itu harus disapu lagi. Jadi fenomena maraknya seperti ini (penambangan liar dan perambahan hutan) harus segera disudahi," ucapnya.
"Kalau itu (reforestasi) saya kira memang harus segera dilakukan, kemarin juga waktu kunjungan BNPB ke lokasi keluar pernyataan untuk menggunakan akar wangi atau vetiver, sebagai salah satu solusi dan itu (bencana) harapan kita tidak terjadi lagi," ungkapnya saat ditemui di Acara Raker Dewan Pengurus Asosiasi Profesor Indonesia (API) di Sekolah Bisnis IPB University, Bogor, Senin (20/01/2020).
Artinya apa, kata penerima John Maddox 2019 ini, selama ini para pemangku kebijakan dalam menindak tegas kerap mengedepankan feeling untuk menertibkan para perambah hutan maupun penambang liar. "Contohnya jika peraturan ditegakan khawatir apakah masyarakat tidak terganggu mata pencahariannya dan sebagainya. Padahal yang namanya bencana kan, enggak peduli (priuk masyarakat terganggu atau tidak). Bogor dan Lebak maupun Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara juga, dan sebagainya itu sebagai contoh kerusakan hutan. Pada akhirnya solusi yang diperlukan adalah ketegasan dalam menghadapi hal-hal seperti ini," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, jika nanti pada akhirnya tidak ada kepedulian dari pihak berwenang atau pembiaran terus menerus apa yang dikhawatirkan akan kembali terulang."Dalam hal ini harus segera dibuat keputusan yang tepat, bila perlu gakkum (penegakan hukum). Kalau tidak, apalagi selalu bermain feeling, saya rasa tunggu saja bencana serupa akan kembali terjadi," ungkapnya.
Intinya, kata dia, bencana banjir bandang dan longsor yang terjadi di Bogor dan Lebak ini dikarenakan efek puncak dari pembiaran aparat berwenang sehingga kerusakan hutan semakin massif."Mestinya kan (pembalakan dan penambangan liar) seperti di Bogor dan Lebak ini, sejak awal ditindak tegas dengan menggunakan Gakkum, kalau mereka mencoba itu harus disapu lagi. Jadi fenomena maraknya seperti ini (penambangan liar dan perambahan hutan) harus segera disudahi," ucapnya.
(whb)