Guru-guru Terdampak Banjir Diberi Tunjangan Khusus Selama 3 Bulan

Selasa, 07 Januari 2020 - 07:23 WIB
Guru-guru Terdampak Banjir Diberi Tunjangan Khusus Selama 3 Bulan
Guru-guru Terdampak Banjir Diberi Tunjangan Khusus Selama 3 Bulan
A A A
BOGOR - Pemerintah memberikan tunjangan khusus kepada guru terdampak bencana banjir. Tunjangan ini akan diberikan selama tiga bulan. Hal itu dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim saat mengunjungi SDN 02 Cirimekar, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, kemarin.

Atap sekolah tersebut diketahui ambruk diterjang hujan deras dan angina kencang pada Rabu (1/1) pagi. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini namun ratusan siswa belajar di tenda darurat yang didirikan di halaman sekolah dan menumpang di sekolah lain.

"Para guru-guru yang terdampak banjir dan longsor akan diberikan tunjangan khusus selama tiga bulan, karena menurut kami kesejahteraan guru sangat penting," tutur Nadiem. CEO Gojek ini tidak menyebutkan berapa nilai tunjangan yang akan diberikan selama tiga bulan itu. Namun kata dia, pemberian tunjangan ini berdampak signifikan di tengah bencana.

Terkait perbaikan sarana prasarana pendidikan yang rusak, pihaknya sedang melakukan koordinasi dengan pemda, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mendata sekolah yang rusak. “Perbaikan itu menjadi prioritas utama kami. Karena kalau tidak dikeroyok bersama-sama tidak akan beres,’’ ungkapnya.

Di Jakarta, sebanyak 27.000 pelajar dari 211 sekolah yang terdampak banjir sudah kembali ke sekolah. Plt Kadisdik DKI Jakarta Syaefulloh Hidayat memastikan genangan air yang merendam sejumlah sekolah sejak awa tahun baru sudah menyurut. “Siswa dan siswi yang terdampak banjir cukup banyak. Hitungan kami sekitar 27.000 siswa hari ini (kemarin) sudah mulai sekolah," ucap Syaefulloh.

Rp4 Triliun untuk Normalisasi Kali Bekasi

Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyiapkan anggaran Rp4 triliun untuk melakukan normalisasi sungai di Kota Bekasi. Normalisasi untuk mengantisipasi luapan banjir akibat hujan deras maupun air kiriman ke permukiman warga.

Banjir awal tahun di Kota Bekasi merendam delapan kecamatan. Banjir paling parah menerjang permukiman warga di bantaran Kali Bekasi. Wilayah Kota Bekasi sendiri dialiri 3 sungai utama yaitu Kali Cakung, Kali Bekasi dan Kali Sunter, beserta anak-anak sungai lainnya. ”Kementrian PUPR menyediakan dana Rp4 triliun untuk normalisasi Kali Bekasi dari hulu hingga muara Kali Bekasi,” kata Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, kemarin.

Sementara itu, Pemprov Banten mengalokasikan anggaran sebesar Rp2,499 miliar untuk membantu korban bencana banjir di Kabupaten Lebak dan Tangerang. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Banen Rina Dewiyanti mengatakan, secara umum dana tersebut akan digunakan untuk sejumlah kegiatan penanganan bencana banjir.

“Seperti evakuasi korban bencana, kebutuhan air bersih dan sanitasi. Lalu sandang dan pangan, kesehatan dan penampungan serta tempan hunian sementara,” kata Rina. Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) mencatat, total kerugian material akibat banjir yang mencapai puluhan miliar.

Banjir besar yang melanda Tangsel, tersebar di 119 titik dengan jumlah warga yang terdampak hingga 18.000 jiwa tersebar di 7 kecamatan. Sementara jumlah yang mengungsi sebanyak 2.500 jiwa. "Dari total 18.000 jiwa itu, terbanyak berada di Kecamatan Pondok Aren, Setu, Pamulang, Serpong Utara, Ciputat, Serpong, dan Ciputat Timur," kata Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie.

Sementara dari Bogor dilaporkan, proses pencarian dan evakuasi terhadap tiga warga Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya Sukajaya, Kabupaten Bogor yang hilang tertimbun longsor sejak Rabu (01/01) lalu, hingga kemarin belum membuahkan hasil.

Tim Search And Rescue (SAR) gabungan mengalami berbagai kendala. Di antaranya medan atau lokasi longsor berada ditebingan ditambah tebalnya tumpukan tanah serta tak menentunya kondisi cuaca, sehingga membahayakan.

"Kami dari Polri, Basarnas, TNI dan relawan lainnya masih terus melakukan pencarian, namun medannya memang sangat berat. Surat perintah kepada kami untuk pencarian sampai 15 Januari," ungkap Koordinator K9 Mabes Polri, Kombes Marulu Manik disela-sela proses pencarian korban longsor.

Bahkan, kata dia, karena sulitnya alat berat masuk ke lokasi kejadian, proses evakuasi dilakukan dengan cara manual. Misalnya menggunakan cangkul serta alat penyemprotan air. "Beberapa kali kita mencium bau menyengat, kemudian kita langsung bawa anjing K9, tapi hasilnya nihil bahkan hanya bangkai kambing," katanya.

Dia menyebutkan di Desa Harkat Jaya ini ada tujuh orang yang meninggal, empat diantaranya sudah ditemukan dan tiga lagi masih dalam proses pencarian. "Sedangkan untuk korban luka sebanyak 12 orang masih menjalani penrawatan di Puskesmas Sukajaya," jelasnya.

Memasuki hari kelima, jumlah tewas akibat bencana banjir yang menerjang wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) terus bertambah. Hingga kemarin jumlah korban meninggal bertambah tujuh orang dari semula 60 orang menjadi 67 orang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menyebutkan, korban meninggal karena banjir lima orang di Kota Tangerang, dan satu orang meninggal di pengungsian di Kabupaten Bogor.

“Korban yang sebelumnya dinyatakan hilang telah diketemukan oleh Tim SAR Gabungan dan dinyatakan meninggal di Kabupaten Lebak sebanyak 7 orang. Sementara korban yang hilang dan belum diketemukan 1 orang,” katanya.

Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada dengan potensi curah hujan tinggi hingga sepekan kedepan. Kepala BNPB Doni Monardo menegaskan Pemerintah Daerah dan BPBD harus aktif dalam menginformasikan peringatan dini cuaca terkini dari BMKG kepada masyarakat untuk meningkatkan kewasapdaan dan kesiapsiagaan.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6593 seconds (0.1#10.140)