Banjir Surut, Warga Mutiara Gading Bekasi Timur Demo Penjual Miras
A
A
A
BEKASI - Ratusan warga demo di lokasi karaoke dan penjualan minuman keras (miras), Perumahan Mutiara Gading Timur, Bekasi Timur, Kamis (2/1) malam hingga Jumat (3/1) dini hari. Warga menggelar demo meski baru saja dilanda banjir besar di perumahan tersebut.
Pantauan di Kompleks Ruko Palazzo, Mutiara Gading Timur, sekitar seratusan warga ikut aksi tersebut. Mereka menolak penjualan miras di Toko Sarinah, depan usaha karaoke di kompleks tersebut.
Penolakan warga sudah berlangsung selama beberapa pekan ini. Spanduk panjang membentang di sepanjang jalan dengan runtutan pengusiran tempat maksiat seperti karaoke dan miras.
Tempat hiburan berkedok karaoke keluarga itu sudah berlangsung beberapa tahun belakang. Misalnya, Karaoke Pastel yang sudah lama beroperasi dan terus bermunculan usaha yang sama di lokasi itu.
Warga jelas gerah karena masuk dalam lingkungan perumahan tepatnya Blol L, Mutiara Gading Timur. Perdagangan sehat di tempat itu sebenarnya sudah ramai. Misalnya, aneka kuliner, busana, dan kedai kopi.
Karena tidak ada ketegasan dari pihak terkait, usaha karaoke juga tumbuh. Namun, warga mulai tidak sabar dengan kesemrawutan dan ingat bingar malam yang tidak sehat.
Begitu banjir yang melanda perumahan tersebut mulai surut, mereka berkumpul, tepatnya di depan Kantor BRI, yang juga tidak jauh dari Masjid Al-Jihad. Mereka menuntut pihak keamanan bertindak tegas. Belasan anggota polisi tampak tidak bisa berbuat banyak.
Warga terus mendesak pihak kepolisian yang hadir agar mengambil tindakan tegas dengan melarang penjualan miras di wilayah mereka. Namun, tidak ada respons hingga warga mendatangi rumah pemilik Toko Sarinah yang bebas menjual miras.
"Kami minta pak polisi memfasilitasi kami untuk bertemu dengan pemilik toko itu, Pak Marbun. Ini warga sudah berkumpul, bapak pertemukan kami saja agar ada komitmen pemilik toko berhenti menjual miras," kata salah seorang warga yang mengoordinir aksi tersebut, Tajuddin.
Namun pihak kepolisian yang hadir bergeming tak bisa berbuat apa-apa. Alasannya, masih harus berkoordinasi dengan atasan.
Salah seorang berpakaian preman tampak mendekati warga agar berhenti menggelar aksi. Namun, warga tidak peduli. Intinya, mereka menolak kemaksiatan di wilayah mereka. Warga tidak ingin terjadi banjir maksiat di wilayah mereka.
"Mereka meracuni warga dengan alkohol. Kita harus hentikan ini. Pihak kepolisian jangan hanya diam," kata seorang orator lewat pembesar suara.
Aksi tolak kemaksiatan di kompleks pertokoan Mutiara Gading Timur sudah berlangsung beberapa pekan lalu. Usaha karaoke yang diduga menyalahi izin jadi tempat hiburan malam tampak tidak beroperasi lagi. Namun, masih ada toko yang buka untuk penjualan miras.
Pantauan di Kompleks Ruko Palazzo, Mutiara Gading Timur, sekitar seratusan warga ikut aksi tersebut. Mereka menolak penjualan miras di Toko Sarinah, depan usaha karaoke di kompleks tersebut.
Penolakan warga sudah berlangsung selama beberapa pekan ini. Spanduk panjang membentang di sepanjang jalan dengan runtutan pengusiran tempat maksiat seperti karaoke dan miras.
Tempat hiburan berkedok karaoke keluarga itu sudah berlangsung beberapa tahun belakang. Misalnya, Karaoke Pastel yang sudah lama beroperasi dan terus bermunculan usaha yang sama di lokasi itu.
Warga jelas gerah karena masuk dalam lingkungan perumahan tepatnya Blol L, Mutiara Gading Timur. Perdagangan sehat di tempat itu sebenarnya sudah ramai. Misalnya, aneka kuliner, busana, dan kedai kopi.
Karena tidak ada ketegasan dari pihak terkait, usaha karaoke juga tumbuh. Namun, warga mulai tidak sabar dengan kesemrawutan dan ingat bingar malam yang tidak sehat.
Begitu banjir yang melanda perumahan tersebut mulai surut, mereka berkumpul, tepatnya di depan Kantor BRI, yang juga tidak jauh dari Masjid Al-Jihad. Mereka menuntut pihak keamanan bertindak tegas. Belasan anggota polisi tampak tidak bisa berbuat banyak.
Warga terus mendesak pihak kepolisian yang hadir agar mengambil tindakan tegas dengan melarang penjualan miras di wilayah mereka. Namun, tidak ada respons hingga warga mendatangi rumah pemilik Toko Sarinah yang bebas menjual miras.
"Kami minta pak polisi memfasilitasi kami untuk bertemu dengan pemilik toko itu, Pak Marbun. Ini warga sudah berkumpul, bapak pertemukan kami saja agar ada komitmen pemilik toko berhenti menjual miras," kata salah seorang warga yang mengoordinir aksi tersebut, Tajuddin.
Namun pihak kepolisian yang hadir bergeming tak bisa berbuat apa-apa. Alasannya, masih harus berkoordinasi dengan atasan.
Salah seorang berpakaian preman tampak mendekati warga agar berhenti menggelar aksi. Namun, warga tidak peduli. Intinya, mereka menolak kemaksiatan di wilayah mereka. Warga tidak ingin terjadi banjir maksiat di wilayah mereka.
"Mereka meracuni warga dengan alkohol. Kita harus hentikan ini. Pihak kepolisian jangan hanya diam," kata seorang orator lewat pembesar suara.
Aksi tolak kemaksiatan di kompleks pertokoan Mutiara Gading Timur sudah berlangsung beberapa pekan lalu. Usaha karaoke yang diduga menyalahi izin jadi tempat hiburan malam tampak tidak beroperasi lagi. Namun, masih ada toko yang buka untuk penjualan miras.
(thm)