Korban Kecelakaan Maut di Cibitung Sempat Diimbau agar Tidak Pulang
A
A
A
Seandainya tahu akan mengalami kecelakaan dan berpulang untuk selamanya, mungkin tujuh penumpang Daihatsu Sigra memilih bertahan di rumah Firman, keluarga korban yang tinggal di Cibitung, Kabupaten Bekasi. Rombongan Bahrudin yang berasal dari Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur sengaja mengunjungi Firman yang sedang jatuh sakit. "Habis dari rumah saya, nengokin kan saya sakit," kata Firman di rumah duka, kemarin.
Setiba di rumah Firman, Bahrudin berbincang dan memberikan semangat serta doa kepada Firman supaya lekas sembuh. Jika pulih, sang keponakan yakni Santi, anak dari Watinah juga hendak mengajak pamannya itu rekreasi. Firman sempat menaruh firasat karena kakaknya Watinah tampak seperti orang gelisah. "Kakak saya mondar-mandir keluar masuk rumah enggak bisa diam minta pulang segera karena saat itu mau hujan," ucapnya.
Dia pun mengimbau rombongan untuk tidak pulang ke rumah karena kondisi yang hujan dan jalanan macet. Namun, rombongan ingin segera pulang dan mereka pun pamitan pulang. "Habis keluar rumah saya sudah tahan, enggak boleh pulang karena di sana ramai kalau malam Minggu. Cuma ya memang ingin pulang, enggak bisa ditahan," tuturnya.
Dia baru mengetahui kejadian setelah melihat media sosial Facebook bahwa ada kecelakaan antara mobil berwarna biru dengan kereta jarak jauh di Jalan Raya Bosih, Wanasari, Cibitung, Kabupaten Bekasi. “Pukul 10.00-an saya lihat di Facebook ada kecelakaan di Cibitung, tabrakan kereta. Saya lihat warna mobilnya sama, tapi saya enggak tahu pelat mobilnya. Saya lihat KTP benar namanya langsung saya suruh istri ke sana, RSUD Cibitung," kata Firman.
Bahrudin, satu dari tujuh korban tewas kecelakaan maut merupakan pengemudi ojek online. Kesehariannya korban dikenal baik oleh warga sekitar. Bahrudin meninggalkan satu istri dan empat anak. Pepen Suryadi, 47, warga Jalan Arjuna III, Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur mengatakan, keseharian Bahrudin dikenal ramah terhadap tetangga. "Almarhum juga bertanggungjawab sama istri dan anak-anaknya," ujarnya.
Yuga, rekan satu profesi Bahrudin mengenal korban sebagai sosok yang santun dan rajin bekerja. "Petarung tangguh, orang tua yang bertanggungjawab. Dia jarang nongkrong, dia itu rajin banget cari penumpang, cerminan suami bertanggungjawab," katanya.
Kasus kecelakaan kereta ini membuat PT KAI Daop 1 Jakarta berencana berkoordinasi dengan Ditlantas Polda Metro Jaya untuk segera menerapkan Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) di perlintasan kereta. “Kami akan melakukan penjajakan untuk memasang CCTV dan bekerjasama dengan kepolisian, bila perlu penindakan semacam ETLE,” kata Vice President PT KAI Daop 1 Jakarta Dadan Rudiansyah.
Di wilayah Daop 1 Jakarta, terdapat 171 perlintasan sebidang yang resmi dan 287 perlintasan sebidang tidak resmi. Sedangkan, yang telah ditutup dan dibangun flyover berjumlah 70. Hingga pertengahan 2019, di wilayah Daop 1 Jakarta telah terjadi 97 kasus kecelakaan. Dari jumlah itu, 53 orang meninggal dan 25 lainnya mengalami luka.
Setiba di rumah Firman, Bahrudin berbincang dan memberikan semangat serta doa kepada Firman supaya lekas sembuh. Jika pulih, sang keponakan yakni Santi, anak dari Watinah juga hendak mengajak pamannya itu rekreasi. Firman sempat menaruh firasat karena kakaknya Watinah tampak seperti orang gelisah. "Kakak saya mondar-mandir keluar masuk rumah enggak bisa diam minta pulang segera karena saat itu mau hujan," ucapnya.
Dia pun mengimbau rombongan untuk tidak pulang ke rumah karena kondisi yang hujan dan jalanan macet. Namun, rombongan ingin segera pulang dan mereka pun pamitan pulang. "Habis keluar rumah saya sudah tahan, enggak boleh pulang karena di sana ramai kalau malam Minggu. Cuma ya memang ingin pulang, enggak bisa ditahan," tuturnya.
Dia baru mengetahui kejadian setelah melihat media sosial Facebook bahwa ada kecelakaan antara mobil berwarna biru dengan kereta jarak jauh di Jalan Raya Bosih, Wanasari, Cibitung, Kabupaten Bekasi. “Pukul 10.00-an saya lihat di Facebook ada kecelakaan di Cibitung, tabrakan kereta. Saya lihat warna mobilnya sama, tapi saya enggak tahu pelat mobilnya. Saya lihat KTP benar namanya langsung saya suruh istri ke sana, RSUD Cibitung," kata Firman.
Bahrudin, satu dari tujuh korban tewas kecelakaan maut merupakan pengemudi ojek online. Kesehariannya korban dikenal baik oleh warga sekitar. Bahrudin meninggalkan satu istri dan empat anak. Pepen Suryadi, 47, warga Jalan Arjuna III, Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur mengatakan, keseharian Bahrudin dikenal ramah terhadap tetangga. "Almarhum juga bertanggungjawab sama istri dan anak-anaknya," ujarnya.
Yuga, rekan satu profesi Bahrudin mengenal korban sebagai sosok yang santun dan rajin bekerja. "Petarung tangguh, orang tua yang bertanggungjawab. Dia jarang nongkrong, dia itu rajin banget cari penumpang, cerminan suami bertanggungjawab," katanya.
Kasus kecelakaan kereta ini membuat PT KAI Daop 1 Jakarta berencana berkoordinasi dengan Ditlantas Polda Metro Jaya untuk segera menerapkan Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) di perlintasan kereta. “Kami akan melakukan penjajakan untuk memasang CCTV dan bekerjasama dengan kepolisian, bila perlu penindakan semacam ETLE,” kata Vice President PT KAI Daop 1 Jakarta Dadan Rudiansyah.
Di wilayah Daop 1 Jakarta, terdapat 171 perlintasan sebidang yang resmi dan 287 perlintasan sebidang tidak resmi. Sedangkan, yang telah ditutup dan dibangun flyover berjumlah 70. Hingga pertengahan 2019, di wilayah Daop 1 Jakarta telah terjadi 97 kasus kecelakaan. Dari jumlah itu, 53 orang meninggal dan 25 lainnya mengalami luka.
(don)