Lestarikan Budaya, TMII Gelar Tradisi Mataya Langen Sawara
A
A
A
JAKARTA - Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mempersembahkan seni pergelaran tari tradisi dan Mataya Langen Swara Damaning Sang Ibu Berkarya di Sasono Langen Budoyo TMII, Jakarta, Jumat (22/11/2019) malam.
Gelaran pertunjukan ini sebagai bentuk apresiasi TMII dan seluruh seniman tradisional Indonesia untuk mengenang almarhumah Sarasmani Sampurno. Sosok yang telah memperkenalkan seni budaya nusantara ke mancanegara.
Kepala Bagian Produksi dan Kreatif Bidang Program Budaya TMII, Trimawarsanti mengatakan, gelar seni pertunjukkan tradisi TMII ini suatu pergelaran yang khusus dalam mengenang almarhumah Sarasmani Sampurno.
Sarasmani adalah istri dari General Manager TMII yaitu almarhum Sampurno dan Kepala Kepresidenan dimasa kepemimpinan Presiden kedua RI, Jenderal Besar Soeharto.
"Selama hidupnya, beliau dedikasikan untuk mengembangkan dan membina seni tari tradisional, hingga dikenalkan ke luar negeri," kata Santi kepada ditemui usai pergelaran di Sasono Langen Budoyo TMII, Jumat (22/11/2019) malam.
Dalam pengembangan dan pelestarian seni budaya, Sarasmani dan Sampurno membuat sanggar bernama Bina Seni Atmaja Pelangi Nusantara. Dan hingga kini sanggar ini tetap bertahan di TMII dengan jumlah peserta ratusan.
Sanggar ini telah banyak melahirkan seniman-seniman tari profesional yang kiprahnya hingga tampil di mancanegara. "Beliau itu penari, yang sangat memperhatikan budaya khususnya seni tari dan pergelaran. Di tangan Beliau, Bina Seni Atmaja Pelangi Nusantara itu sudah tampil keliling dunia," ujar Santi.
Tarian karya Sarasmani kerap tampil di Istana negara dan TMII menjadi konsumsi tamu-tamu negara. Santi menilai perlu untuk mengembalikan spirit Sarasmani agar TMII lebih dikenal sebagai wahana pelestarian budaya bangsa.
Spirit itu disajikan dalam pergelaran tari trasional bertajuk Damaning Sang Ibu Berkarya. Tarian ini merupakan karya terakhir beliau sebelum dipanggil Tuhan yang Maha Esa.
Pada tahun 2018, Sarasmani sudah mempersiapkan pergelaran ini. Namun bedah naskah baru dilakukan pada Maret 2019 dengan diskusi bersama seniman.
"Jadi, pergelaran ini sudah dipersiapkan jauh sebelum beliau wafat. TMII dan keluarga almarhumah terus tetap menjalankan pergelaran ini, karena memang sudah lewat dari masa duka 40 hari," tandasnya.
Dia menegaskan, pagelaran ini secara khusus didedikasikan untuk sosok tercinta Ibu Sarasmani Sampurno. Sosok yang bukan hanya mengajarkan kita begitu banyak pelajaran tentang bagaimana bakti pengabdian seorang istri kepada suami. Maupun kasih sayang seorang ibu untuk putra putrinya dan cinta kasih eyang kepada cucunya.
"Melalui Darmaning Sang Ibu yang dipergelarkan di TMII, Jumat malam, ini menjadi bukti kecintaan dan dedikasi beliau terhadap seni yang sudah beliau persiapkan jauh sebelum beliau wafat," ujarnya.
Darmaning Sang Ibu, mengisahkan tentang bakti Dewi Kunti putra-putrinya, menekankan dharma, menemani dikala suka dan duka. Dan mengantarkan anak-anaknya serta karyanya menjadi manfaat bagi masyarakat.
"Pergelaran ini dikemas dengan hati dan cinta tak hanya megah, tapi juga menyentuh hati penonton," ungkap Santi.
Pergelaran ini dimainkan oleh 150 seniman dan seniwati, yakni kolaborasi sanggar Gending Enam, Sekar Tanjung, Wayang Orang dan Bina Seni Atmaja Pelangi Nusantara. "Kami berharap pergelaran tari tradisi ini terus berlanjut, karena ini kan upaya pelestarian budaya," ujarnya.
Gelaran pertunjukan ini sebagai bentuk apresiasi TMII dan seluruh seniman tradisional Indonesia untuk mengenang almarhumah Sarasmani Sampurno. Sosok yang telah memperkenalkan seni budaya nusantara ke mancanegara.
Kepala Bagian Produksi dan Kreatif Bidang Program Budaya TMII, Trimawarsanti mengatakan, gelar seni pertunjukkan tradisi TMII ini suatu pergelaran yang khusus dalam mengenang almarhumah Sarasmani Sampurno.
Sarasmani adalah istri dari General Manager TMII yaitu almarhum Sampurno dan Kepala Kepresidenan dimasa kepemimpinan Presiden kedua RI, Jenderal Besar Soeharto.
"Selama hidupnya, beliau dedikasikan untuk mengembangkan dan membina seni tari tradisional, hingga dikenalkan ke luar negeri," kata Santi kepada ditemui usai pergelaran di Sasono Langen Budoyo TMII, Jumat (22/11/2019) malam.
Dalam pengembangan dan pelestarian seni budaya, Sarasmani dan Sampurno membuat sanggar bernama Bina Seni Atmaja Pelangi Nusantara. Dan hingga kini sanggar ini tetap bertahan di TMII dengan jumlah peserta ratusan.
Sanggar ini telah banyak melahirkan seniman-seniman tari profesional yang kiprahnya hingga tampil di mancanegara. "Beliau itu penari, yang sangat memperhatikan budaya khususnya seni tari dan pergelaran. Di tangan Beliau, Bina Seni Atmaja Pelangi Nusantara itu sudah tampil keliling dunia," ujar Santi.
Tarian karya Sarasmani kerap tampil di Istana negara dan TMII menjadi konsumsi tamu-tamu negara. Santi menilai perlu untuk mengembalikan spirit Sarasmani agar TMII lebih dikenal sebagai wahana pelestarian budaya bangsa.
Spirit itu disajikan dalam pergelaran tari trasional bertajuk Damaning Sang Ibu Berkarya. Tarian ini merupakan karya terakhir beliau sebelum dipanggil Tuhan yang Maha Esa.
Pada tahun 2018, Sarasmani sudah mempersiapkan pergelaran ini. Namun bedah naskah baru dilakukan pada Maret 2019 dengan diskusi bersama seniman.
"Jadi, pergelaran ini sudah dipersiapkan jauh sebelum beliau wafat. TMII dan keluarga almarhumah terus tetap menjalankan pergelaran ini, karena memang sudah lewat dari masa duka 40 hari," tandasnya.
Dia menegaskan, pagelaran ini secara khusus didedikasikan untuk sosok tercinta Ibu Sarasmani Sampurno. Sosok yang bukan hanya mengajarkan kita begitu banyak pelajaran tentang bagaimana bakti pengabdian seorang istri kepada suami. Maupun kasih sayang seorang ibu untuk putra putrinya dan cinta kasih eyang kepada cucunya.
"Melalui Darmaning Sang Ibu yang dipergelarkan di TMII, Jumat malam, ini menjadi bukti kecintaan dan dedikasi beliau terhadap seni yang sudah beliau persiapkan jauh sebelum beliau wafat," ujarnya.
Darmaning Sang Ibu, mengisahkan tentang bakti Dewi Kunti putra-putrinya, menekankan dharma, menemani dikala suka dan duka. Dan mengantarkan anak-anaknya serta karyanya menjadi manfaat bagi masyarakat.
"Pergelaran ini dikemas dengan hati dan cinta tak hanya megah, tapi juga menyentuh hati penonton," ungkap Santi.
Pergelaran ini dimainkan oleh 150 seniman dan seniwati, yakni kolaborasi sanggar Gending Enam, Sekar Tanjung, Wayang Orang dan Bina Seni Atmaja Pelangi Nusantara. "Kami berharap pergelaran tari tradisi ini terus berlanjut, karena ini kan upaya pelestarian budaya," ujarnya.
(maf)