Pembangunan Proyek Solusi Banjir DKI Senilai Rp10 Miliar di Bogor Baru 47%
A
A
A
BOGOR - Proyek pembangunan kolam retensi atau resapan air untuk mengurangi potensi banjir kiriman dari Bogor ke DKI Jakarta di Kelurahan Cibuluh, Bogor Utara, Kota Bogor hingga kini baru mencapai 47%. Progres tersebut diketahui setelah Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto beserta jajaran meninjau lokasi untuk memastikan proyek yang mendapatkan bantuan dari APBD DKI Jakarta ini berjalan sesuai target dan rencana.
Kolam retensi adalah kolam yang dibuat untuk menggantikan fungsi lahan resapan yang sudah tidak bisa lagi menjalankan fungsinya dengan maksimal dikarenakan banyak hal. Kolam buatan ini selanjutnya akan menampung air hujan secara langsung dan juga menampung aliran air dari sistem drainase untuk kemudian diresapkan ke dalam tanah.
Bima berharap dengan perencanaan yang baik, kolam ini bisa menjadi tempat yang efektif untuk menampung air hujan sementara waktu dan juga untuk distribusi air. "Kolam retensi Cibuluh dibangun di atas lahan seluas 1,6 hektare. Keberadaan kolam buatan ini nantinya bisa mengurangi volume air yang mengalir ke Jakarta. Daya tampung kolam ini bisa mencapai 16.000 sampai 21.000 kubik. Jadi, itu nanti akan mengurangi air ke Jakarta," ungkap Bima pada Rabu (13/11/2019).
Berdasarkan penjelasan kontraktor yang diterima, lanjut Bima, proyek pembangunan kolam buatan tersebut sudah mencapai 47% atau masih ada deviasi sekitar 6% dari target. "Saya minta untuk betul-betul berakselerasi agar tepat waktu mengejar target. Tapi kami optimistis pelaksanaan kegiatan ini bisa berjalan maksimal. Saya juga minta pengawas, camat, lurah untuk terus monitor juga mengawasi agar ini terlaksana tepat waktu," ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Chusnul Rozaqi menambahkan kolam retensi Cibuluh direncanakan rampung akhir Desember 2019 dan mulai bisa digunakan pada awal tahun 2020. "Iya Januari sudah tinggi-tingginya curah hujan. Jadi itu harus bisa beroperasi awal tahun untuk mengurangi volume air yang dikirim ke Jakarta saat musim hujan," katanya.
Proyek kolam retensi ini mendapatkan bantuan anggaran dari Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp10 miliar. Di lahan seluas 1,6 hektare itu akan dibangun kolam seluas 4.000 meter persegi dengan kedalaman sekitar 4 meter.
"Selain untuk mengurangi volume air yang dikirim ke Jakarta, saya lihat ini ada potensi wisata juga nanti akan diintervensi oleh Dinas Lingkungan Hidup untuk ruang terbuka hijaunya disini. Jadi bukan hanya untuk banjir, tapi ada aspek wisatanya," ucapnya.
Kolam retensi adalah kolam yang dibuat untuk menggantikan fungsi lahan resapan yang sudah tidak bisa lagi menjalankan fungsinya dengan maksimal dikarenakan banyak hal. Kolam buatan ini selanjutnya akan menampung air hujan secara langsung dan juga menampung aliran air dari sistem drainase untuk kemudian diresapkan ke dalam tanah.
Bima berharap dengan perencanaan yang baik, kolam ini bisa menjadi tempat yang efektif untuk menampung air hujan sementara waktu dan juga untuk distribusi air. "Kolam retensi Cibuluh dibangun di atas lahan seluas 1,6 hektare. Keberadaan kolam buatan ini nantinya bisa mengurangi volume air yang mengalir ke Jakarta. Daya tampung kolam ini bisa mencapai 16.000 sampai 21.000 kubik. Jadi, itu nanti akan mengurangi air ke Jakarta," ungkap Bima pada Rabu (13/11/2019).
Berdasarkan penjelasan kontraktor yang diterima, lanjut Bima, proyek pembangunan kolam buatan tersebut sudah mencapai 47% atau masih ada deviasi sekitar 6% dari target. "Saya minta untuk betul-betul berakselerasi agar tepat waktu mengejar target. Tapi kami optimistis pelaksanaan kegiatan ini bisa berjalan maksimal. Saya juga minta pengawas, camat, lurah untuk terus monitor juga mengawasi agar ini terlaksana tepat waktu," ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Chusnul Rozaqi menambahkan kolam retensi Cibuluh direncanakan rampung akhir Desember 2019 dan mulai bisa digunakan pada awal tahun 2020. "Iya Januari sudah tinggi-tingginya curah hujan. Jadi itu harus bisa beroperasi awal tahun untuk mengurangi volume air yang dikirim ke Jakarta saat musim hujan," katanya.
Proyek kolam retensi ini mendapatkan bantuan anggaran dari Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp10 miliar. Di lahan seluas 1,6 hektare itu akan dibangun kolam seluas 4.000 meter persegi dengan kedalaman sekitar 4 meter.
"Selain untuk mengurangi volume air yang dikirim ke Jakarta, saya lihat ini ada potensi wisata juga nanti akan diintervensi oleh Dinas Lingkungan Hidup untuk ruang terbuka hijaunya disini. Jadi bukan hanya untuk banjir, tapi ada aspek wisatanya," ucapnya.
(whb)