Diduga Dalangi Kericuhan, Warga AMPR Geram dengan P3SRS
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah warga penghuni Apartemen Mediterania Palace Rasidences (AMPR) geram dengan ulah Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun (P3SRS), Khairil Poloan. Warga menilai Khairil Poloan memutarbalikan cerita kericuhan yang terjadi pada Minggu 3 November 2019.
Salah satu penghuni, Deny (39) menceritakan, kericuhan yang terjadi pada Minggu lalu itu akibat terprovokasi oleh aksi security sewaan Khairil Poloan. Mereka awalnya mencopot spanduk sosialisasi peraturan gubernur (Pergub) tentang sosialisasi P3SRS. Warga meminta agar security yang jumlahnya mencapai 85 personel itu membubarkan diri dan berhenti mencopot spanduk.
Namun, kata Deny, preman berseragam itu malah memprovokasi warga untuk menguasai pos security. Begitu mereka menguasai, aksi saling pukul pun terjadi. Hampir seluruh warga yang melihat geram dan mereka pun mundur hingga family mart yang berada dekat kantor P3SRS di halaman dasar.
"Warga semakin beringas atas aksi itu dan akhirnya menghancurkan kantor P3SRS," kata Denny di AMPR, Jumat (8/11/2019).
Lenny (75), penghuni AMPR lainnya yang terluka saat kejadian menduga bahwa 85 security itu adalah sewaan. Dia menilai bahwa semua kericuhan itu adalah terencana.
"Kenapa terencana, ya karena kami lihat sebelum kejadian si KP berkumpul di family mart memberi instruksi. Kami punya semua bukti video dan foto nya," jelasnya.
Ketua Koordinator Security AMPR, Andreas mengakui jika security yang memprovokasi warga adalah security sewaan. Menurutnya, mereka diambil dari berbagai daerah pinggir jalan seperti Tanah Abang dan sekitarnya.
"Ada koordinatornya cerita ke saya suruh merekrut security. Mereka dari Tanah Abang dan datangnya bertahap. Pertama 50, 40 dan 15," pungkasnya.
Kepala Suku Dinas Perumahan dan Pemukiman Rakyat Jakarta Pusat, Yaya Mulyarso membenarkan adanya kericuhan akibat konflik kepengurusan P3SRS AMPR itu. Menurutnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Wali Kota Jakarta Pusat dan kepolisian telah turun ke lapangan untuk memediasi konflik itu.
"Kami bersama Wali Kota Jakarta Pusat, Polres dan Polsek sudah ke lapangan. Dan hari Rabu kemarin sudah koordinasi dengan APH (Pengembang AMPR) untuk penanganannya. Besok Senin akan ada mediasi para pihak dengan dihadiri Pemprov dan APH," katanya.
Seperti diketahui sebelumnya, kantor P3SRS yang memiliki payung hukum diserang sekelompok orang tidak dikenal pada Minggu (3/11/2019) pukul 22.00 WIB.
Ketua P3SRS Apartemen Mediterania Residences Khairil Poloan mengatakan, pelaku penyerangan kantornya itu diprediksi mencapai 20 orang lebih.
Akibat penyerangan secara brutal itu, beberapa bagian kantor seperti kaca banyak yang rusak bahkan petugas keamanan sampai ada yang terluka.
"Ada sekitar 20 orang petugas keamanan kami luka-luka. Empat orang mengalami luka di kepala dan sudah menjalani visum dan lukanya dijahit di RSCM, Jakarta Pusat," ungkapnya.
Salah satu penghuni, Deny (39) menceritakan, kericuhan yang terjadi pada Minggu lalu itu akibat terprovokasi oleh aksi security sewaan Khairil Poloan. Mereka awalnya mencopot spanduk sosialisasi peraturan gubernur (Pergub) tentang sosialisasi P3SRS. Warga meminta agar security yang jumlahnya mencapai 85 personel itu membubarkan diri dan berhenti mencopot spanduk.
Namun, kata Deny, preman berseragam itu malah memprovokasi warga untuk menguasai pos security. Begitu mereka menguasai, aksi saling pukul pun terjadi. Hampir seluruh warga yang melihat geram dan mereka pun mundur hingga family mart yang berada dekat kantor P3SRS di halaman dasar.
"Warga semakin beringas atas aksi itu dan akhirnya menghancurkan kantor P3SRS," kata Denny di AMPR, Jumat (8/11/2019).
Lenny (75), penghuni AMPR lainnya yang terluka saat kejadian menduga bahwa 85 security itu adalah sewaan. Dia menilai bahwa semua kericuhan itu adalah terencana.
"Kenapa terencana, ya karena kami lihat sebelum kejadian si KP berkumpul di family mart memberi instruksi. Kami punya semua bukti video dan foto nya," jelasnya.
Ketua Koordinator Security AMPR, Andreas mengakui jika security yang memprovokasi warga adalah security sewaan. Menurutnya, mereka diambil dari berbagai daerah pinggir jalan seperti Tanah Abang dan sekitarnya.
"Ada koordinatornya cerita ke saya suruh merekrut security. Mereka dari Tanah Abang dan datangnya bertahap. Pertama 50, 40 dan 15," pungkasnya.
Kepala Suku Dinas Perumahan dan Pemukiman Rakyat Jakarta Pusat, Yaya Mulyarso membenarkan adanya kericuhan akibat konflik kepengurusan P3SRS AMPR itu. Menurutnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Wali Kota Jakarta Pusat dan kepolisian telah turun ke lapangan untuk memediasi konflik itu.
"Kami bersama Wali Kota Jakarta Pusat, Polres dan Polsek sudah ke lapangan. Dan hari Rabu kemarin sudah koordinasi dengan APH (Pengembang AMPR) untuk penanganannya. Besok Senin akan ada mediasi para pihak dengan dihadiri Pemprov dan APH," katanya.
Seperti diketahui sebelumnya, kantor P3SRS yang memiliki payung hukum diserang sekelompok orang tidak dikenal pada Minggu (3/11/2019) pukul 22.00 WIB.
Ketua P3SRS Apartemen Mediterania Residences Khairil Poloan mengatakan, pelaku penyerangan kantornya itu diprediksi mencapai 20 orang lebih.
Akibat penyerangan secara brutal itu, beberapa bagian kantor seperti kaca banyak yang rusak bahkan petugas keamanan sampai ada yang terluka.
"Ada sekitar 20 orang petugas keamanan kami luka-luka. Empat orang mengalami luka di kepala dan sudah menjalani visum dan lukanya dijahit di RSCM, Jakarta Pusat," ungkapnya.
(mhd)