Kamera E-TLE Kontrol Ketat Pengguna Jalan Tol

JAKARTA - Mulai pekan ini, sistem pengawasan lalu lintas di jalan tol di Jakarta dan sekitarnya akan semakin ketat. Para pengendara akan dikontrol dengan kamera canggih untuk mendukung sistem Elelctronic Traffic Law Enforcement (e-TLE).

Pada tahap awal ini, setidaknya ada 10 kamera yang dipasang tol di (data-data ruas tol selengkapnya lihat infografis). Perluasan sistem E-TLE ini juga bagian mengurangi tingginya angka kecelakaan di jalan bebas hambatan selama ini.

Selain mengawasi kecepatan, penggunaan sabuk pengamanan dan ponsel, kamera ini juga merekam pengendara yang nekat memakai bahu jalan dan membawa muatan kendaraannya melebihi kapasitas (overload).

Polda Metro Jaya, PT Jasa Marga dan Pemprov DKI Jakarta terus mematangkan program ini. “Sejauh ini seluruh kesiapan sudah 100 persen siap, dan semua SDM juga sudah siap,” kata Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya Lombes Pol Yusuf.

Kamera E-TLE juga diterapkan di dua jalur TransJakarta, yakni di koridor Pasar Minggu dan Mampang. Kedua koridor itu dipilih karena paling banyak kendaraan lain yang masuk jalur TransJakarta.

Direktur Operasi PT Jasa Marga Subakti Syukur menegaskan, saat ini pihaknya telah memiliki kamera analitik kecepatan atau speed camera. Dengan demikian penerapan E-TLE di jalan tol akan semakin komprehensif. “Nantinya akan ada rambu-rambu sehingga pengguna jalan dapat menerima informasi dengan baik. Saat ini semuanya masih dalam proses integrasi antara speed camera milik Jasa Marga dan sistem E-TLE Polda Metro Jaya,” tegasnya.

Pengamat Transportasi Universitas Tarumanagara Jakarta Leksmono Suryo Putranto menuturkan, langkah utama menertibkan lalu lintas memang harus mengubah budaya melalui penegakan hukum yang konsisten. Penerapan E-TLE merupakan langkah awal yang sangat baik untuk meningkatkan kesadaran berlalu lintas.

Dia mendukung penerapan E-TLE di kawasan ganjil-genap yang diperluas kemudian diberlakukan di koridor TransJakarta dan jalan tol. Syaratnya harus dibarengi layanan angkutan umum yang memadai. Dia optimistis pihak kepolisian dan Pemprov DKI bisa melaksanakannya. "Ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain," ucapnya.

Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno juga menilai bahwa E-TLE bukanlah barang baru bagi sebuah penegakan hukum berlalu lintas. Apalagi di dalam jalan tol. Menurutnya, E-TLE sudah diberlakukan di ruas tol Mojokerto-Surabaya "Hasilnya bisa menekan angka kecelakaan," kata Djoko.

Kepada pengguna jalan tol, Djoko mengimbau agar mengikuti segala aturan yang berlaku. Salah satunya yaitu batas kecepatan maksimal 100 km/jam dan minimal 60 km/jam. "Tata cara penetapan batas kecepatan diatur dalam PM 111/2015," sebutnya.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, dari evaluasi pelaksanaan ganjil-genap di 16 ruas jalan perluasan membutuhkan pengawasan secara digital seperti yang berlaku di sembilan ruas jalan ganjil-genap sebelumnya. Untuk itu, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Ditlantas Polda Metro Jaya agar kembali menghitung kebutuhan kamera e-TLE di ruas jalan ganjil-genap yang ditambahkan. "Tahun ini kan baru ada 12 titik kamera yang dipasang oleh Polda. Tahun ini kita sudah anggarkan untuk tambahan sekitar 81 titik di ruas ganjil-genap existing, belum termasuk tambahan 16 ruas jalan yang berlaku saat ini," kata Syafrin.

Dengan pengawasan E-TLE, dia optimistis pengguna kendaraan pribadi lebih memilih menggunakan angkutan umum. Termasuk pengendara roda dua. Sebab, penegakan E-TLE itu berlaku untuk roda dua.

Selain itu, Dishub juga terus meningkatkan pelayanan angkutan umum melalui sterilisasi jalur TransJakarta yang nantinya juga menggunakan E-TLE sebagai pengawasannya. Hal itu ditandai dengan penandatanganan kerjasama PT Transportasi Jakarta dan Ditlantas Polda Metro Jaya mengenai pemasangan kamera E-TLE di 12 koridor. (Helmi Syarif/Bima Setiyadi)