Kapal Trans 1.000 Matengkan Operasi Perdana
A
A
A
JAKARTA - PT Trans 1.000 kian matangkan perjalanan perdana kapal yang direncanakan 4 Oktober 2019 mendatang. Beberapa persiapan di dermaga mulai dari e-ticketing hingga keamanan dikonsepkan mateng.
Termasuk soal perizinan PT Trans 1.000 telah mengantongi izin trayek dan izin operasional dari Kemenhub dan Dishubtrans DKI Jakarta. Pengeluaran izin memastikan kapal itu layak beroperasi dan mengantarkan penumpang dari dermaga kali adem ke sejumlah dermaga di Kepulauan Seribu.
Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT Trans 1.000 Jakarta, Nana Suryana. Ia mengatakan perjalanan perdana kapal sangat ditunggu. Tak hanya dirinya, tapi masyarakat dan wisatawan Kepulauan Seribu.
“Ini sudah dikonsepin saat gubernur sebelumnya. Dan saat ini persiapan telah mateng, kami menciptakan perjalanan mudah dan modern. Insya Allah 4 Oktober hari pertama kita berlayar,” ujar Nana ketika dihubungi, Jumat (27/9/2019).
Sebelumnya, Memorendum of Understanding (MOU) dilakukan PT Trans 1.000 dengan Bank DKI. Langkah ini diambil untuk memasukan perjalanan kapal menggunakan e-ticketing.
Dipilihnya tanggal 4, kata Nana, bukan tanpa alasan. Ia melihat okupansi perjalanan ke Kepulauan Seribu meningkat menjelang weekend. Karenya tak tanggung empat kapal dengan kapasitas penumpang masing masing 200 orang ini dipersiapkan pihaknya untuk peluncuran perdana.
Termasuk soal e-ticketing, ia menilai dengan bergabungnya dirinya melalui pembayaran e-ticketing. Melengkapi perjalanan tranportasi umum di Jakarta. Sebab dengan begini, maka nyaris seluruh perjalanan menggunakan e money, seperti mikrolet melalui Jak Lingko, TransJakarta, Commuter Line, MRT, LRT, dan yang terakhir Trans 1.000.
Dalam kerja sama itu, Nana mengatakan pihaknya juga diuntungkan dengan transparasi anggaran maupun budjeting operasional kapal. Sejumlah investor mulai tertarik untuk menanamkan modal demi merevitalisasi trans 1.000.
“Dulu saat membangun, kami keluarkan modal hampir Rp 4 miliar, separuh diantaranya utang,” kata Nana.
Remajakan Kapal Tradisional
Terpisah, Direktur Operasional PT Trans 1.000 Jakarta, Naufal Dzulfikar menegaskan pengoperasian kapal tidak akan mematikan pendapatan pemilik kapal kayu yang biasa melakukan pengangkutan wisatawan dari Kali Adem, Penjaringan, Jakarta Utara. Sebab sejumlah kapal itu langsung mendapatkan peremajaan.
“Mereka nantinya akan digantikan menjadi kapal barang. Artinya mereka tetap hidup,” ucapnya.
Sejauh ini dirinya mencatat sudah 29 orang pemilik kapal yang melakukan MoU atau kesepakatan dengannya di Ancol beberapa waktu lalu. Pemilik kapal itu, bersedia mengalihkan tranportasi penumpang ke angkutan barang.
“Dengan tambahan dengan Bank DKi, maka segala transaksi akan dilakukan bank DKi. Dengan demikian pemilik kapal percaya,” ucapnya.
Menanggapi itu, Pengamat Transportasi Universitas Trisakti, Nirwono Joga menilai sudah sebaiknya DKI melakukan revitalisasi. Tidak hanya pada jasa angkutan, dermaga harus diubah agar menarik.
Secara umum, Nirwono mengatakan dirinya menyambut baik operasi perdana trans 1.000 ia melihat banyak kejadian kecelakaan menyebabkan penumpang kapal terluka berat hingga meninggal dunia. Kondisi ini, menunjukan perjalanan laut di kepulauan seribu belum aman dan nyaman.
Meski demikian, Nirwono melihat DKi tetap berjaga dan larut dalam revitalisasi. Sebab kini banyak kapal yang mengabaikan keselamatan, salah satunya bobot muatan.
“Ini yang pasti di waspadai. Kenapa? Karena awalnya di jaga tiba tiba lepas, maka dari itu, terhadap kapal baru, kita jangan terlena,” tutupnya.
Termasuk soal perizinan PT Trans 1.000 telah mengantongi izin trayek dan izin operasional dari Kemenhub dan Dishubtrans DKI Jakarta. Pengeluaran izin memastikan kapal itu layak beroperasi dan mengantarkan penumpang dari dermaga kali adem ke sejumlah dermaga di Kepulauan Seribu.
Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT Trans 1.000 Jakarta, Nana Suryana. Ia mengatakan perjalanan perdana kapal sangat ditunggu. Tak hanya dirinya, tapi masyarakat dan wisatawan Kepulauan Seribu.
“Ini sudah dikonsepin saat gubernur sebelumnya. Dan saat ini persiapan telah mateng, kami menciptakan perjalanan mudah dan modern. Insya Allah 4 Oktober hari pertama kita berlayar,” ujar Nana ketika dihubungi, Jumat (27/9/2019).
Sebelumnya, Memorendum of Understanding (MOU) dilakukan PT Trans 1.000 dengan Bank DKI. Langkah ini diambil untuk memasukan perjalanan kapal menggunakan e-ticketing.
Dipilihnya tanggal 4, kata Nana, bukan tanpa alasan. Ia melihat okupansi perjalanan ke Kepulauan Seribu meningkat menjelang weekend. Karenya tak tanggung empat kapal dengan kapasitas penumpang masing masing 200 orang ini dipersiapkan pihaknya untuk peluncuran perdana.
Termasuk soal e-ticketing, ia menilai dengan bergabungnya dirinya melalui pembayaran e-ticketing. Melengkapi perjalanan tranportasi umum di Jakarta. Sebab dengan begini, maka nyaris seluruh perjalanan menggunakan e money, seperti mikrolet melalui Jak Lingko, TransJakarta, Commuter Line, MRT, LRT, dan yang terakhir Trans 1.000.
Dalam kerja sama itu, Nana mengatakan pihaknya juga diuntungkan dengan transparasi anggaran maupun budjeting operasional kapal. Sejumlah investor mulai tertarik untuk menanamkan modal demi merevitalisasi trans 1.000.
“Dulu saat membangun, kami keluarkan modal hampir Rp 4 miliar, separuh diantaranya utang,” kata Nana.
Remajakan Kapal Tradisional
Terpisah, Direktur Operasional PT Trans 1.000 Jakarta, Naufal Dzulfikar menegaskan pengoperasian kapal tidak akan mematikan pendapatan pemilik kapal kayu yang biasa melakukan pengangkutan wisatawan dari Kali Adem, Penjaringan, Jakarta Utara. Sebab sejumlah kapal itu langsung mendapatkan peremajaan.
“Mereka nantinya akan digantikan menjadi kapal barang. Artinya mereka tetap hidup,” ucapnya.
Sejauh ini dirinya mencatat sudah 29 orang pemilik kapal yang melakukan MoU atau kesepakatan dengannya di Ancol beberapa waktu lalu. Pemilik kapal itu, bersedia mengalihkan tranportasi penumpang ke angkutan barang.
“Dengan tambahan dengan Bank DKi, maka segala transaksi akan dilakukan bank DKi. Dengan demikian pemilik kapal percaya,” ucapnya.
Menanggapi itu, Pengamat Transportasi Universitas Trisakti, Nirwono Joga menilai sudah sebaiknya DKI melakukan revitalisasi. Tidak hanya pada jasa angkutan, dermaga harus diubah agar menarik.
Secara umum, Nirwono mengatakan dirinya menyambut baik operasi perdana trans 1.000 ia melihat banyak kejadian kecelakaan menyebabkan penumpang kapal terluka berat hingga meninggal dunia. Kondisi ini, menunjukan perjalanan laut di kepulauan seribu belum aman dan nyaman.
Meski demikian, Nirwono melihat DKi tetap berjaga dan larut dalam revitalisasi. Sebab kini banyak kapal yang mengabaikan keselamatan, salah satunya bobot muatan.
“Ini yang pasti di waspadai. Kenapa? Karena awalnya di jaga tiba tiba lepas, maka dari itu, terhadap kapal baru, kita jangan terlena,” tutupnya.
(whb)