Pembinaan Diperlukan untuk Dorong Inovasi
A
A
A
Keberadaan UMKM di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten mempunyai peran signifikan dalam mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD).
Para pelakunya dituntut mengikuti perubahan zaman. Tidak hanya soal jenis dan aneka macamnya, tetapi juga strategi dalam pemasaran. Meski demikian, tidak sedikit dari mereka yang jatuh atau bangkrut meskipun akhirnya bangkit kembali.
Bagaimana peran Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel dalam membantu dan mempertahankan produk mereka agar semakin berkembang. Berikut wawancara KORAN SINDO dengan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Tangsel Deden Deni.
Bagaimana peluang dan perkembangan UMKM di Tangsel?
Jujur saja saya baru dua minggu menjabat kepala dinas. Sebab itu, perlu adaptasi lagi dan menggali informasi sebanyak mungkin. Rencananya saya mau keliling ketemu dengan para pelaku UMKM untuk mengetahui pasti masalahnya. Dari situ saya harapkan muncul solusinya.
Belum lama ini Anda mengumpulkan para pelaku UMKM dalam International Council for Small Business (ICSB). Apa hasilnya?
Banyak. Di situ ada pembinaan, pelatihan yang akan men-support UMKM, dan juga ada dari BRI yang memberikan konsultasi permodalan. Termasuk pembinaan dari Presiden ICSB. Jadi, kegiatan itu menghadirkan pelaku UMKM. Di dalamnya ada pameran dan seminar. Tujuan untuk mendorong jiwa UMKM agar go international produknya.
Sejauh ini apakah sudah ada produk UMKM di Tangsel yang go international?
Ya, sudah ada beberapa produk UMKM kita yang diekspor. Namanya Pak Ujang, tinggal di Pamulang. Dia difabel. Yang jelas, nanti ada programnya.
Berapa jumlah UMKM di Tangsel saat ini?
Kita lagi akurasikan datanya, kanbelum ada. Ini salah satu fokus kita di pendataan. Kalau data UMKM kan sangat dinamis, hari ini sekian besok nambahlagi. Makanya, kita butuh aplikasi online terkait pendataan. Nanti ada pendaftaran online. Dari situ akan diketahui berapa jumlahnya. Datanya akan kita pilah-pilah.
Seberapa besar potensi UMKM dalam meningkatkan PAD?
Dari sisi UMKM, jumlah penduduk itu bisa menjadi peluang. Cuma kita harus jeli melihat peluang pasarnya, keinginan pasar. Maka di situ butuh pembinaan, pendidikan bintek, agar pelaku UMKM bisa inovatif.
Pelaku UMKM di Tangsel baling banyak dibidang apa?
Sangat banyak, tapi yang lebih mendominasi adalah kuliner
Apakah ada standar mutu kesehatannya?
Di Dinas Kesehatan, kita ada izin pangan dan industri rumah tangga atau Sertifikat Produksi Pangan-Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) untuk produk kuliner dari UMKM. Jadi, sebelum izin keluar, mereka harus mengajukan. Lalu, kita bina juga cara penyajiannya, pengolahannya, supaya sehat.
Baru setelah itu dikasih izin. Setiap hari ada yang mengajukan izin. Bisa sampai dua UMKM. Jumlah totalnya sudah ada banyak. Untuk angka persisnya saya lupa. Tetapi jika diperkirakan, dalam sebulan bisa sampai puluhan produk kuliner yang mengajukan.
Selain kuliner apa lagi?
Kerajinan tangan dan fashion.
Ke depan mau dibawa kemana UMKM di Tangsel?
Itu dia. Makanya, saya harus turun dulu, tahu bagaimana masalahnya, baru setelah itu menyusun konsep. Kita tidak bisa menduga dan memukul rata permasalahan UMKM. Kalau kita lihat secara umum saja, masalah UMKM kanhanya modal, SDM, dan pemasaran.
Cuma kita harus tahu lagi sejauh mana masalah itu. Saya rasa tidak hanya itu sebab itu hanya persoalan kecil seperti perizinan misalnya. Tidak semua pelaku UMKM tahu cara mengurus perizinan dan melek informasi teknologi (IT).
Soal bantuan modal dari pemerintah bagaimana?
Untuk permodalan ada KUR dan lainnya. Sebetulnya kami lebih memotivasi. Ini supaya mereka bisa survivedan tidak bermasalah. Bagi yang sudah jalan, kanada evaluasi, terutama yang kita bantu. Kalau sudah kita bantu, tetapi masih begitu saja, tidak ada kemajuan, berarti mereka tidak punya jiwa entrepreneur. Tidak hanya memberi bantuan modal, kami juga terus memotivasi melalui bintek dan lain-lainnya. (Hasan Kurniawan)
Para pelakunya dituntut mengikuti perubahan zaman. Tidak hanya soal jenis dan aneka macamnya, tetapi juga strategi dalam pemasaran. Meski demikian, tidak sedikit dari mereka yang jatuh atau bangkrut meskipun akhirnya bangkit kembali.
Bagaimana peran Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel dalam membantu dan mempertahankan produk mereka agar semakin berkembang. Berikut wawancara KORAN SINDO dengan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Tangsel Deden Deni.
Bagaimana peluang dan perkembangan UMKM di Tangsel?
Jujur saja saya baru dua minggu menjabat kepala dinas. Sebab itu, perlu adaptasi lagi dan menggali informasi sebanyak mungkin. Rencananya saya mau keliling ketemu dengan para pelaku UMKM untuk mengetahui pasti masalahnya. Dari situ saya harapkan muncul solusinya.
Belum lama ini Anda mengumpulkan para pelaku UMKM dalam International Council for Small Business (ICSB). Apa hasilnya?
Banyak. Di situ ada pembinaan, pelatihan yang akan men-support UMKM, dan juga ada dari BRI yang memberikan konsultasi permodalan. Termasuk pembinaan dari Presiden ICSB. Jadi, kegiatan itu menghadirkan pelaku UMKM. Di dalamnya ada pameran dan seminar. Tujuan untuk mendorong jiwa UMKM agar go international produknya.
Sejauh ini apakah sudah ada produk UMKM di Tangsel yang go international?
Ya, sudah ada beberapa produk UMKM kita yang diekspor. Namanya Pak Ujang, tinggal di Pamulang. Dia difabel. Yang jelas, nanti ada programnya.
Berapa jumlah UMKM di Tangsel saat ini?
Kita lagi akurasikan datanya, kanbelum ada. Ini salah satu fokus kita di pendataan. Kalau data UMKM kan sangat dinamis, hari ini sekian besok nambahlagi. Makanya, kita butuh aplikasi online terkait pendataan. Nanti ada pendaftaran online. Dari situ akan diketahui berapa jumlahnya. Datanya akan kita pilah-pilah.
Seberapa besar potensi UMKM dalam meningkatkan PAD?
Dari sisi UMKM, jumlah penduduk itu bisa menjadi peluang. Cuma kita harus jeli melihat peluang pasarnya, keinginan pasar. Maka di situ butuh pembinaan, pendidikan bintek, agar pelaku UMKM bisa inovatif.
Pelaku UMKM di Tangsel baling banyak dibidang apa?
Sangat banyak, tapi yang lebih mendominasi adalah kuliner
Apakah ada standar mutu kesehatannya?
Di Dinas Kesehatan, kita ada izin pangan dan industri rumah tangga atau Sertifikat Produksi Pangan-Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) untuk produk kuliner dari UMKM. Jadi, sebelum izin keluar, mereka harus mengajukan. Lalu, kita bina juga cara penyajiannya, pengolahannya, supaya sehat.
Baru setelah itu dikasih izin. Setiap hari ada yang mengajukan izin. Bisa sampai dua UMKM. Jumlah totalnya sudah ada banyak. Untuk angka persisnya saya lupa. Tetapi jika diperkirakan, dalam sebulan bisa sampai puluhan produk kuliner yang mengajukan.
Selain kuliner apa lagi?
Kerajinan tangan dan fashion.
Ke depan mau dibawa kemana UMKM di Tangsel?
Itu dia. Makanya, saya harus turun dulu, tahu bagaimana masalahnya, baru setelah itu menyusun konsep. Kita tidak bisa menduga dan memukul rata permasalahan UMKM. Kalau kita lihat secara umum saja, masalah UMKM kanhanya modal, SDM, dan pemasaran.
Cuma kita harus tahu lagi sejauh mana masalah itu. Saya rasa tidak hanya itu sebab itu hanya persoalan kecil seperti perizinan misalnya. Tidak semua pelaku UMKM tahu cara mengurus perizinan dan melek informasi teknologi (IT).
Soal bantuan modal dari pemerintah bagaimana?
Untuk permodalan ada KUR dan lainnya. Sebetulnya kami lebih memotivasi. Ini supaya mereka bisa survivedan tidak bermasalah. Bagi yang sudah jalan, kanada evaluasi, terutama yang kita bantu. Kalau sudah kita bantu, tetapi masih begitu saja, tidak ada kemajuan, berarti mereka tidak punya jiwa entrepreneur. Tidak hanya memberi bantuan modal, kami juga terus memotivasi melalui bintek dan lain-lainnya. (Hasan Kurniawan)
(nfl)