Bogor Dapat Tawaran Pemanfataan 24 Unit Trem dari Pemerintah Belanda
A
A
A
BOGOR - Pemkot Bogor terus menindaklanjuti rencana kerja sama pemanfaatan moda transportasi jenis trem dari Belanda. Peluang tersebut coba dijajaki dalam kunjungan Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim ke Utrecht, Belanda, 14-22 September 2019.
Dalam kunjungan ke negeri Kincir Angin tersebut, Dedie didampingi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, Direktur Prasarana Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Edi Nursalam dan Atase Perhubungan Kedubes RI untuk Belanda Mokhammad Khusnu.
Dedie Rachim mengatakan, kunjungan tersebut dalam rangka melakukan studi kelayakan moda transportasi trem yang rencananya akan diterapkan di Kota Bogor. "Tremnya sangat layak karena belum habis masa pakai. Trem tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk moda transportasi massal alternatif berbasis rel dan bertenaga listrik di Kota Bogor. Penataan transportasi sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi perkembangan kota 5-10 tahun ke depan," kata Dedie dalam siaran tertulis yang diterima SINDOnews pada Rabu (18/9/2019).
Menurut Didie, Pemerintah Provinsi Utrecht menawarkan kerja sama pemanfaatan 24 unit trem dengan harapan dapat membantu menyelesaikan permasalahan transportasi dan tingginya tingkat polusi perkotaan di Indonesia, salah satunya di Kota Bogor.
Upaya dan langkah selanjutnya, sambung Dedie, akan melakukan koordinasi teknis lintas instansi (interdep) dan memfinalisasikan kajian-kajian yang tengah dibuat oleh beberapa pihak.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) mengenai studi kelayakan jalur trem di Kota Bogor bersama Managing Director Asia Pasifik Colas Rail Jerome Bellemin dan CEO Iroda Mitra Mirza Whibowo Soenarto di Balai Kota Bogor, Jumat, 6 September 2019 lalu.
Selama sembilan bulan ke depan, perusahaan yang juga mengerjakan Light Rail Transit (LRT) di Jabodetabek itu, akan membuat kajian ilmiah untuk melihat bagaimana kemungkinan jika trem beroperasi di Kota Bogor. "Kita mulai tahapan pembangunan trem di Kota Bogor. Nanti hasilnya menentukan langkah pembangunan, jalurnya, kelaikan jalan, kapasitas jalan, daya angkut, lebar dan panjang rel, serta pembiayaannya," ungkap Bima.
Bima menuturkan, trem yang merupakan transportasi massal ini dipilih sebagai alternatif untuk mengurai kemacetan di Kota Bogor, khususnya di pusat kota. Sebab diperkirakan dalam dua tahun ke depan, LRT Jabodetabek akan masuk ke Terminal Baranangsiang.
"Diprediksi ribuan orang dipastikan datang dan pergi menggunakan LRT yang setiap lima menit berangkat dan hanya membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai Jakarta dari Bogor. Jadi, kalau ke Terminal Baranangsiang naik kendaraan pribadi semua pasti macet total. Maka perlu feeder system-nya. Ya trem ini," ucapnya.
Dalam kunjungan ke negeri Kincir Angin tersebut, Dedie didampingi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, Direktur Prasarana Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Edi Nursalam dan Atase Perhubungan Kedubes RI untuk Belanda Mokhammad Khusnu.
Dedie Rachim mengatakan, kunjungan tersebut dalam rangka melakukan studi kelayakan moda transportasi trem yang rencananya akan diterapkan di Kota Bogor. "Tremnya sangat layak karena belum habis masa pakai. Trem tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk moda transportasi massal alternatif berbasis rel dan bertenaga listrik di Kota Bogor. Penataan transportasi sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi perkembangan kota 5-10 tahun ke depan," kata Dedie dalam siaran tertulis yang diterima SINDOnews pada Rabu (18/9/2019).
Menurut Didie, Pemerintah Provinsi Utrecht menawarkan kerja sama pemanfaatan 24 unit trem dengan harapan dapat membantu menyelesaikan permasalahan transportasi dan tingginya tingkat polusi perkotaan di Indonesia, salah satunya di Kota Bogor.
Upaya dan langkah selanjutnya, sambung Dedie, akan melakukan koordinasi teknis lintas instansi (interdep) dan memfinalisasikan kajian-kajian yang tengah dibuat oleh beberapa pihak.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) mengenai studi kelayakan jalur trem di Kota Bogor bersama Managing Director Asia Pasifik Colas Rail Jerome Bellemin dan CEO Iroda Mitra Mirza Whibowo Soenarto di Balai Kota Bogor, Jumat, 6 September 2019 lalu.
Selama sembilan bulan ke depan, perusahaan yang juga mengerjakan Light Rail Transit (LRT) di Jabodetabek itu, akan membuat kajian ilmiah untuk melihat bagaimana kemungkinan jika trem beroperasi di Kota Bogor. "Kita mulai tahapan pembangunan trem di Kota Bogor. Nanti hasilnya menentukan langkah pembangunan, jalurnya, kelaikan jalan, kapasitas jalan, daya angkut, lebar dan panjang rel, serta pembiayaannya," ungkap Bima.
Bima menuturkan, trem yang merupakan transportasi massal ini dipilih sebagai alternatif untuk mengurai kemacetan di Kota Bogor, khususnya di pusat kota. Sebab diperkirakan dalam dua tahun ke depan, LRT Jabodetabek akan masuk ke Terminal Baranangsiang.
"Diprediksi ribuan orang dipastikan datang dan pergi menggunakan LRT yang setiap lima menit berangkat dan hanya membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai Jakarta dari Bogor. Jadi, kalau ke Terminal Baranangsiang naik kendaraan pribadi semua pasti macet total. Maka perlu feeder system-nya. Ya trem ini," ucapnya.
(whb)