Revitalisasi Banten Lama Tahap II Fokus Penataan Objek Wisata

Selasa, 20 Agustus 2019 - 10:10 WIB
Revitalisasi Banten...
Revitalisasi Banten Lama Tahap II Fokus Penataan Objek Wisata
A A A
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten sukses melakukan penataan atau revitalisasi kawasan Banten Lama yang berlokasi di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Fokusnya meliputi penataan halaman Masjid Agung Banten, Kanal Banten, pembangunan taman sebagai ruang publik dan ruang terbuka hijau, taman bermain anak, pedestrian, penataan kawasan pedagang kaki lima, dan tempat parkir kendaraan.

Tahun ini Pemprov Banten melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) akan kembali menata tahap II dengan fokus kawasan sekitar Banten Lama yang menjadi objek wisata di antaranya Keraton Kaibon, Benteng Speilwijk, dan kawasan Masjid Pacinan.

Keraton Kaibon berlokasi tidak jauh dari Masjid Agung Banten atau sebelum memasuki kawasan Masjid Agung Banten, jika pengunjung mengambil rute dari Kota Serang. Sedangkan Benteng Speilwijk sekitar 600 meter ke arah Barat Laut Masjid Agung Banten Lama dan Masjid Pacinan sekitar 500 meter ke arah barat dari Masjid Agung Banten atau 400 meter ke arah selatan dari Benteng Speilwijk.

Kepala DPRKP Provinsi Banten M Yanuar mengatakan, untuk revitalisasi kawasan Banten Lama tinggal dilakukan penataan beberapa lokasi pendukung, seperti Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk, dan Masjid Pecinan yang lokasinya tidak jauh dari kawasan Banten Lama.

“Tahun ini kita anggarkan Rp20 miliar untuk penataan beberapa lokasi di sekitar Banten Lama. Tahun kemarin sudah Rp80 miliar yang ditangani perkim,” katanya. Menurutnya, dengan adanya revitalisasi kawasan tersebut, sudah tampak perubahanperubahan sangat menonjol di kawasan itu jika dibandingkan dengan sebelum direvitalisasi.

Meskipun penataan belum seluruhnya atau belum 100% selesai, tapi pengunjung yang datang ke Banten Lama terus bertambah karena banyak masyarakat penasaran ingin melihat perubahan tersebut. “Menurut rencana pada 2020, pemprov juga akan membangun Baitul Quran dan pusat oleh-oleh yang diproduksi pengusaha mikro, kecil, dan menengah,” ujarnya.

Baitul Quran, kata Yanuar, akan menjadi pusat kajian Alquran di Provinsi Banten. Sedangkan pembangunan pusat oleh-oleh khas Banten dapat dimanfaatkan para pengusaha UMKM untuk mempromosikan dan menjual produknya. Dengan demikian pengunjung Banten Lama bukan hanya berziarah dan menikmati keindahan kawasan Kesultanan Banten, tetapi juga bisa membawa oleh-oleh ke kampung halamannya.

“Kami akan promosikan produk terbaik Banten untuk para pengunjung,” ungkapnya. Konsep revitalisasi Kawasan Kesultanan Banten (KKB) rencananya akan terintegrasi dengan kawasan lain di sekitarnya.

Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Banten Paundra Bayyu Ajie mengaku pihaknya sudah menyampaikan konsep pengembangan tersebut kepada Gubernur Wahidin Walim. “Konsep penataan harus berangkat dari karakteristik KKB. Kita ketahui bersama karakteristik yang lebih banyak menonjolkan soal wisata religi. Artinya tujuan utama pengunjung datang untuk ibadah dan ziarah,” ujar Bayyu.

Menurut dia, konsep yang ditawarkan, yaitu dengan menyediakan atau membuat paket wisata di sekitar KKB sehingga pengunjung bisa lebih berlama-lama. Beberapa konsep yang ditawarkan adalah perlu dibuat kawasan yang menjual berbagai kuliner khas Banten atau pasar kuliner. “Tarifnya harus disesuaikan dengan pasar dan daya beli pengunjung,” ujarnya.

Fokus penataan lainnya, yakni kawasan tanaman bakau di seberang Pelabuhan Ikan Karangantu. Meskipun lahan di kawasan itu berlumpur, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sarana wisata dengan menyediakan jogging track yang terbuat dari papan kayu. Di kawasan tersebut akan disiapkan tempat ibadah dan tempat istirahat.

“Lahan itu milik TNI Angkatan Laut. Pemprov sejauh ini sudah mengajukan permohonan penggunaan lahan,” ucapnya. Konsep lainnya, optimalisasi wisata pulau. Seperti diketahui, di sekitar Pelabuhan Karangantu terdapat beberapa pulau yang bisa ditempuh dengan menggunakan perahu. Hanya sejauh ini perahu-perahu itu tidak memiliki pelabuhan khusus sehingga harus bergabung dengan pelabuhan ikan.

Pengelola KKB ke depan, kata Bayyu, juga perlu menyiapkan kendaraan khusus. Melalui kendaraan itu, pengunjung bisa berkeliling ke berbagai kawasan, seperti Keraton Kaibon, Masjid Pecinan, Benteng Speilwijk, dan kawasan wisata pantai di sekitar Pelabuhan Karangantu.

“Langkah lainnya, pengelola menyediakan homestay dengan tidak menambah bangunan baru, tapi memanfaatkan perumahan warga. Para pemilik rumah cukup menyediakan salah satu kamar untuk disewakan kepada pengunjung. Pemilik rumah juga tidak perlu menambah berbagai fasilitas, sehingga menyebabkan biaya tinggi,” ungkapnya.

Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Wakil Gubernur Andika Hazrumy sebelumnya mengajak semua pihak termasuk keluarga besar Dzuriyat Kesultanan Banten untuk bersinergi melakukan revitalisasi tahap selanjutnya dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Khusus kepada keluarga besar Dzuriyat Kesultanan Banten, sesuai dengan fungsinya, Pemprov Banten berharap bisa menjadi garda terdepan dalam mempertahankan dan melestarikan kebudayaan serta kearifan lokal Kesultanan Banten,” kata Andika.

Andika mengungkapkan, sejarah mencatat bahwa pada 1678 berdasarkan jumlah penduduk dan kemakmurannya, Banten merupakan kota terbesar di Nusantara dan bahkan termasuk salah satu kota terbesar di dunia pada masa itu. Oleh sebab itu, peninggalan Kesultanan Banten sebagai cagar budaya sangat potensial.

“Revitalisasi Kawasan Banten Lama menjadi salah satu program strategis Pemerintah Provinsi Banten,” ungkapnya. Andika mengatakan, Undang-undang Nomor 11/2010 tentang Cagar Budaya Pasal 97 ayat(1) mengamanatkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengelolaan Kawasan Cagar Budaya.

Pengelolaan kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dilakukan oleh badan pengelola yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat hukum adat. Menurutnya, Pemprov Banten telah merevitalisasikan Kesultanan Banten tahap I, baik dari aspek pembangunan Plaza Masjid Agung Banten, penataan PKL di sekitar masjid, maupun pembangunan infrastruktur kawasan Banten Lama.

Saat ini, katanya, Pemprov Banten melalui Dinas Pariwisata Provinsi Banten melakukan segenap kegiatan dalam mendukung Program Revitalisasi Kawasan Banten Lama. Kegiatan tersebut, antara lain pembinaan kelompok sadar wisata, sosialisasi sapta pesona, dan dukungan kegiatan Festival Surosowan.

“Pemprov juga melakukan upaya dukungan dari Kementerian Pariwisata untuk pengembangan wisata budaya dan wisata religi serta pengusulan badan pengelola Kawasan Banten Lama,” ujarnya. Andika menambahkan, selain pengembangan wisata religi, diperlukan juga pengembangan wisata sejarah yang bisa merekonstruksi bagaimana kondisi Kawasan Kesultanan Banten Lama pada abad 16 hingga masa perjuangan kemerdekaan.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1512 seconds (0.1#10.140)