Upacara Kolosal di Situ Perigi, Warga Kibarkan 1.074 Bendera Merah Putih
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Sebanyak 5.000 orang warga dari berbagai unsur masyarakat, berkumpul di Situ Perigi, Tangerang Selatan, untuk menggelar upacara kolosal Hari Kemerdekaan ke-74. Tidak seperti acara kolosal lainnya, upacara peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ini diinisiasi oleh warga sekitar Situ Perigi.
Acara akbar warga ini, dihadiri oleh Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany dan Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie, serta sejumlah LSM, ormas, tokoh, dan pelajar."Acara ini patut dicontoh untuk masyarakat lainnya. Bagaimana kita merayakan momen kemerdekaan dengan rasa syukur," kata Airin di hadapan ribuan warga Situ Perigi, Perigi, Pondok Aren, Minggu (18/8/2019).
Airin pun mengaku kagum dengan gerakan warga yang tergabung dalam Yayasan Situ Parigi Lestari yang dipimpin oleh Kimpo tersebut. Di bawah komando Kimpo, warga tampak kompak menjalankan kegiatan."Terima kasih kepada anak-anak, para siswa terbaik di Tangsel, yakni Paskibra yang baru saja melakukan formasi dan menaikan bendera merah putih di Situ Parigi," ujarnya.
Airin menuturkan, mengibarkan bendera di tengah situ, memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi ketimbang di darat. Para siswa Paskibraka itu pun dengan lancar menjalankan tugasnya di tengah perairan."Dengan formasi kekompokan yang luar biasa semangat, dan fokus mengibarkan bendera di Situ Perigu, tentu bukan sesuatu yang mudah. Butuh kekompakan, kerja keras, bagai mana formasinya," tuturnya.
Selain mengibarkan 1.074 bendera merah putih, upacara kolosal ini juga diwarnai dengan upacara di tengah Situ Perigi, dan penarikan bendera merah putih sepanjang 2.019 meter disekeliling Situ Perigi.
Kimpo, salah seorang tokoh lingkungan Situ Perigi mengatakan, ribuan angka itu merupakan simbol Hari Kemerdekaan. Angka 1.074 melambangkan tahun ke-74, dan 2.019 waktu terkini pelaksanaan itu dilakukannya."Ini acara masyarakat, pure acara rakyat, 101% acara masyarakat sekitar situ. Tujuan kita ingin menyatukan semua unsur masyarakat dan melestarikan situ," jelasnya.
Selain melibatkan masyarakat yang terdiri dari unsur LSM, ormas, tokoh masyarakat dan agama, acara ini juga diikuti oleh sebanyak 3.000 pelajar. Sehingga totalnya mencapai sekira 5.000 orang yang hadir. "Kondisi Situ Perigi memang makin lama semakin memprihatinkan. Mulai terjadi pendangkalan, akibat sampah yang menumpuk. Insya Allah September 2019 ini akan ada pengerukan lumpur," ungkapnya.
Acara akbar warga ini, dihadiri oleh Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany dan Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie, serta sejumlah LSM, ormas, tokoh, dan pelajar."Acara ini patut dicontoh untuk masyarakat lainnya. Bagaimana kita merayakan momen kemerdekaan dengan rasa syukur," kata Airin di hadapan ribuan warga Situ Perigi, Perigi, Pondok Aren, Minggu (18/8/2019).
Airin pun mengaku kagum dengan gerakan warga yang tergabung dalam Yayasan Situ Parigi Lestari yang dipimpin oleh Kimpo tersebut. Di bawah komando Kimpo, warga tampak kompak menjalankan kegiatan."Terima kasih kepada anak-anak, para siswa terbaik di Tangsel, yakni Paskibra yang baru saja melakukan formasi dan menaikan bendera merah putih di Situ Parigi," ujarnya.
Airin menuturkan, mengibarkan bendera di tengah situ, memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi ketimbang di darat. Para siswa Paskibraka itu pun dengan lancar menjalankan tugasnya di tengah perairan."Dengan formasi kekompokan yang luar biasa semangat, dan fokus mengibarkan bendera di Situ Perigu, tentu bukan sesuatu yang mudah. Butuh kekompakan, kerja keras, bagai mana formasinya," tuturnya.
Selain mengibarkan 1.074 bendera merah putih, upacara kolosal ini juga diwarnai dengan upacara di tengah Situ Perigi, dan penarikan bendera merah putih sepanjang 2.019 meter disekeliling Situ Perigi.
Kimpo, salah seorang tokoh lingkungan Situ Perigi mengatakan, ribuan angka itu merupakan simbol Hari Kemerdekaan. Angka 1.074 melambangkan tahun ke-74, dan 2.019 waktu terkini pelaksanaan itu dilakukannya."Ini acara masyarakat, pure acara rakyat, 101% acara masyarakat sekitar situ. Tujuan kita ingin menyatukan semua unsur masyarakat dan melestarikan situ," jelasnya.
Selain melibatkan masyarakat yang terdiri dari unsur LSM, ormas, tokoh masyarakat dan agama, acara ini juga diikuti oleh sebanyak 3.000 pelajar. Sehingga totalnya mencapai sekira 5.000 orang yang hadir. "Kondisi Situ Perigi memang makin lama semakin memprihatinkan. Mulai terjadi pendangkalan, akibat sampah yang menumpuk. Insya Allah September 2019 ini akan ada pengerukan lumpur," ungkapnya.
(whb)