Faktor Penyebab Korban Tewas Saat Kebakaran di Tempat Usaha
A
A
A
JAKARTA - Dalam sepekan ini tiga kasus kebakaran menjadi perhatian publik. Khususnya, kebakaran di tempat usaha. Alasannya, dalam sepekan ini tiga kejadian kebakaran itu telah menelan 9 korban meninggal dunia.Berikut tiga kebakaran yang mengakibatkan korban jiwa yang dirangkum SINDOnews:Kejadian pertama di Jalan K Teluk Gong, Pejegalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin 5 Agustus 2019. Dalam kebakaran ini, satu keluarga yang berisi empat orang ditemukan terpanggang dengan posisi saling berpelukan karena tak mampu menyelematkan diri. (Baca Juga: Satu Keluarga Tewas Terbakar, Tetangga Yakin Bukan karena Lilin
Kejadian kedua, tiga orang tewas dalam kebakaran di toko agen plastik dan satu toko agen makanan di Jalan Raya Cipayung, RT01/02, Kelurahan Cipayung, Kecamatam Cipayung, Jakarta Timur, Jumat 9 Agustus 2019. (Baca Juga: 3 Orang Tewas, Polisi Sebut Kebakaran di Cipayung Akibat Korsleting Listrik)
Berselang sehari kemudian, kebakaran terjadi Jalan Sabeni, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dalam kejadian ini dua orang tewas terjebak api di kamar mandi. (Baca Juga: Kebakaran Pasar Kambing Lukai 1 Orang dan Menewaskan 2 Karyawan Kios
Menanggapi hal itu, Kadalops Dinas Penangulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Mulyanto mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya korban jiwa dalamkebakaran di tempat usaha. Faktor pertama,kata dia, pemilik usaha kurang memperhatikan keamanan tempat usahanya itu.
"Faktor pertama kepedulian pengusaha terhadap tempat usahanya yang kurang dari segi keamanan dan keselamatan tempat usaha. Mereka lebih banyak mementingkan keamanan dari pencurian tapi dari kebakaran masih kurang. Harusnya kan dalam sebuah tempat usaha disiapkan betul APAR, akses jalan evakuasi. Aksesnya jangan satu pintu," terang Mulyanto saat dihubungi SINDOnews, Selasa (13/8/2019).
Mulyanto menambahkan, selain itu perawatan atau maintenance, misal instalasi listrik harus diganti setiap 15 tahun sekali. Padahal, kata dia, pihaknya sudah kerap memberikan sosialisasi terkait keamanan itu.
"Tapi kadang mereka beralasan ah masih bagus ini mah jangan diganti. Padahal itu kan buat keselamatan anak buah dan tempat kerja. Dari kita sudah sering melakukan sosialisasi," tambahnya.
Dari hasil investigasi internal Dinas Gulkarmat DKI, kata dia, rata-rata tempat usaha kurang memiliki akses evakuasi yang memadai. Akibatnya, banyak korban baik pemilik maupun karyawan tempat usaha yang terjebak dalam kobaran api dan tidak dapat menyelamatkan diri.
"Ya jadi kalau kita perhatikan, ruko itu kebanyakan akses jalan evakuasi hanya satu. Belum lagi kaca dipasangin besi teralis. Jadi ketika kebakaran susah untuk mencari jalan keluar. Paling tidak satu jendela dibuat akses evakuasi," imbaunya.
Kejadian kedua, tiga orang tewas dalam kebakaran di toko agen plastik dan satu toko agen makanan di Jalan Raya Cipayung, RT01/02, Kelurahan Cipayung, Kecamatam Cipayung, Jakarta Timur, Jumat 9 Agustus 2019. (Baca Juga: 3 Orang Tewas, Polisi Sebut Kebakaran di Cipayung Akibat Korsleting Listrik)
Berselang sehari kemudian, kebakaran terjadi Jalan Sabeni, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dalam kejadian ini dua orang tewas terjebak api di kamar mandi. (Baca Juga: Kebakaran Pasar Kambing Lukai 1 Orang dan Menewaskan 2 Karyawan Kios
Menanggapi hal itu, Kadalops Dinas Penangulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Mulyanto mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya korban jiwa dalamkebakaran di tempat usaha. Faktor pertama,kata dia, pemilik usaha kurang memperhatikan keamanan tempat usahanya itu.
"Faktor pertama kepedulian pengusaha terhadap tempat usahanya yang kurang dari segi keamanan dan keselamatan tempat usaha. Mereka lebih banyak mementingkan keamanan dari pencurian tapi dari kebakaran masih kurang. Harusnya kan dalam sebuah tempat usaha disiapkan betul APAR, akses jalan evakuasi. Aksesnya jangan satu pintu," terang Mulyanto saat dihubungi SINDOnews, Selasa (13/8/2019).
Mulyanto menambahkan, selain itu perawatan atau maintenance, misal instalasi listrik harus diganti setiap 15 tahun sekali. Padahal, kata dia, pihaknya sudah kerap memberikan sosialisasi terkait keamanan itu.
"Tapi kadang mereka beralasan ah masih bagus ini mah jangan diganti. Padahal itu kan buat keselamatan anak buah dan tempat kerja. Dari kita sudah sering melakukan sosialisasi," tambahnya.
Dari hasil investigasi internal Dinas Gulkarmat DKI, kata dia, rata-rata tempat usaha kurang memiliki akses evakuasi yang memadai. Akibatnya, banyak korban baik pemilik maupun karyawan tempat usaha yang terjebak dalam kobaran api dan tidak dapat menyelamatkan diri.
"Ya jadi kalau kita perhatikan, ruko itu kebanyakan akses jalan evakuasi hanya satu. Belum lagi kaca dipasangin besi teralis. Jadi ketika kebakaran susah untuk mencari jalan keluar. Paling tidak satu jendela dibuat akses evakuasi," imbaunya.
(mhd)