Dibedah, Rumah Reot Kakek Supriyadi Direnovasi Lebih Modern dan Rapih
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Supriyadi, duda berusia senja 57 tahun ini merasa bak mimpi, mendapatkan rumah reot yang dulu ditinggalinya kini dalam kondisi baru. Supriyadi pun tak kuasa menahan haru, saat bercerita membandingkan keadaan tempat tinggalnya sebelum dipugar.
Kakek Supriyadi tinggal di Kampung Perigi Baru, Jalan Mujahidin 2, Perigi Baru, Pondok aren, Tangerang Selatan (Tangsel). Dia kini tinggal bersama salah seorang anaknya di rumah. Sedangkan sang istri, sejak beberapa tahun silam disebutkan memilih perceraian untuk berpisah.
"Saya tinggal sama anak di sini, anak saya semuanya ada tiga, tapi semuanya sudah berkeluarga, tinggal satu ini yang masih bujangan. Jadi di rumah cuma berdua saja sama saya," tutur Supriyadi, Rabu 19 Juni 2019.
Guna menutupi kebutuhan hidup, kakek Supriyadi melakoni pekerjaan sebagai penjual minuman es keliling menggunakan gerobak. Namun kerja keras itu tak dilakukan saban hari, lantaran terbentur dengan kecukupan modalnya untuk berjualan.
Jika sedang ada modal dan titik keramaian yang akan disinggahi, maka Supriyadi pergi menjajakan berbagai minuman di sana. Sebaliknya jika sepi dan modal belum ada, maka dia pun memilih tak berjualan seraya mengerjakan hal apapun yang bisa menghasilkan uang.
"Kadang sampai dua hari enggak jualan, nanti kalau ada acara-acara yang ramai baru saya jualan lagi ke sana, tergantung modalnya juga. Karena kan kalau anak saya sendiri yang usaha enggak cukup, saya juga mesti tetap cari nafkah walau dapatnya enggak seberapa," tuturnya.
Kakek Supriyadi pun mulai bercerita tentang kondisi rumahnya sebelum mendapat program bedah rumah. Ketika itu, dia menjelaskan, bagian atap rumah sudah amat rapuh, hampir sebagian besar gentengnya pun rusak. Jika hujan turun, maka air mengucur deras membasahi isi rumah.
"Atapnya, genteng, semua banyak yang jebol makanya paling terasa kalau hujan, itu bocoran hujan masuk semua ke dalam. Namanya kita orang enggak punya, boro-boro mikirin perbaiki rumah, buat makan saja sulit, mesti peras keringat setiap hari dorong gerobak minuman," katanya.
Pengamatan di lokasi, rumah bangunan lama milik Supriyadi terlihat sangat kusam karena merupakan rumah warisan yang dibangun sejak puluhan tahun lalu. Kayu-kayu kerangka dibagian atap banyak yang sudah lapuk tak karuan, sedangkan lantainya masih berbentuk plesteran semen. Secara umum, kondisi rumah itu terbilang tak layak huni karena kerusakan parah di sana-sini.
Berbeda jauh dengan kondisi bangunan rumahnya saat ini yang memiliki ukuran 5x6 meter persegi. Meskipun terlihat minimalis, namun tertata lebih modern dan rapih. Setidaknya, untuk membangun rumah baru bagi kakek Supriyadi digelontorkan dana sekira Rp70 juta.
"Saya terharu menerima rumah ini, karena kalau dibandingkan dengan rumah saya sebelumnya, jauh sekali. Sekarang berasa mimpi, kayak enggak percaya. Saya terimakasih betul, masih ada perhatian dari pemerintah buat kita orang enggak mampu. Mudah-mudahan ini jadi ladang ibadah," ucapnya.
Sebenarnya, di Kampung Perigi Baru, hari ini telah diserahterimakan sebanyak 3 unit rumah, letaknya pun tak terlalu berjauhan. Para pemiliknya turut menghadiri penyerahan secara seremonial yang berlangsung di lokasi rumah baru milik kakek Supriyadi.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Kota Tangsel, Teddy Meiyadi menerangkan, total pada tahun ini tercatat sudah ada sekira 59 unit rumah yang rampung menjalani program bedah rumah dan diserahterimakan kepada penghuninya.
"Bedah rumah itu sudah berjalan sejak 4 tahun lalu, 2016. Tahun ini targetnya ada 198 unit, sekarang realisasinya sudah 58 unit rumah per-awal Juni 2019. Nanti 140 unit lainnya bertahap sampai dengan bulan Oktober 2019, Insya Allah selesai semua. Kalau tahun lalu sebelumnya target 161 unit, jadi tahun ini meningkat targetnya," ungkap Teddy, usai serah terima 3 unit umah di lokasi.
Menurut Teddy, data per tahun 2016 mencatat ada sedikitnya 700-an unit rumah yang mengalami rusak berat dan harus diperbaiki. Hal itu tercatat dalam susunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2016 lalu. Tidak menutup kemungkinan, jumlah itu terus bertambah tiap tahunnya disebabkan kondisi ekonomi masyarakat.
"Saat saya menyusun RPJMD 2016 ada 700-an lebih, ini kan tidak menutup kemungkinan bertambah tiap tahunnya karena berbagai faktor. Maka ini akan menjadi prioritas ke depan, tiap tahun harus ada program bedah rumah," imbuhnya.
Untuk memerbaiki seunit rumah, dianggarkan dana maksimal Rp70 juta. Rumah yang mendapat perbaikan, haruslah memenuhi ketentuan yang ada, diantaranya mengalami kerusakan berat karena penghuninya berkategori miskin.
"Anggaran sekira Rp14 miliar pertahun untuk sekira 200-an unit rumah. Kami juga ingin nanti kalau yang rusaknya ringan, sedang, itu mungkin nanti ada CSR, ada Baznas, ada nanti bantuan dari lembaga-lembaga itu untuk yang rusak ringan. Kalau dari dinas, itu harus yang kondisinya rusak berat, jadi dibongkar semua," ujarnya.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, jika Kecamatan Ciputat diketahui merupakan wilayah yang kondisi rumah warganya terdata paling banyak untuk program bedah rumah. Meskipun di Kecamatan lain jumlahnya pun tak sedikit, misalnya Pondok Aren terdata memiliki target capaian bedah rumah tahun ini berjumlah 68 unit. "Paling banyak Ciputat. Kenapa? karena penduduknya juga banyak di sana," tukasnya.
Saat ini, Kecamatan Pondok Aren telah merampungkan perbaikan berat pada 24 unit rumah yang tersebar di 11 Kelurahan. Yakni, Pondok Kacang Barat 3 unit, Perigi Baru 3 unit, Pondok Kacang Timur 4 unit, Perigi Lama 3 unit, Pondok Pucung 3 unit, Pondok Betung 1 unit, Pondok Aren 3 unit, Jurangmangu Barat 3 unit, dan Jurangmangu Timur 2 unit.
Kakek Supriyadi tinggal di Kampung Perigi Baru, Jalan Mujahidin 2, Perigi Baru, Pondok aren, Tangerang Selatan (Tangsel). Dia kini tinggal bersama salah seorang anaknya di rumah. Sedangkan sang istri, sejak beberapa tahun silam disebutkan memilih perceraian untuk berpisah.
"Saya tinggal sama anak di sini, anak saya semuanya ada tiga, tapi semuanya sudah berkeluarga, tinggal satu ini yang masih bujangan. Jadi di rumah cuma berdua saja sama saya," tutur Supriyadi, Rabu 19 Juni 2019.
Guna menutupi kebutuhan hidup, kakek Supriyadi melakoni pekerjaan sebagai penjual minuman es keliling menggunakan gerobak. Namun kerja keras itu tak dilakukan saban hari, lantaran terbentur dengan kecukupan modalnya untuk berjualan.
Jika sedang ada modal dan titik keramaian yang akan disinggahi, maka Supriyadi pergi menjajakan berbagai minuman di sana. Sebaliknya jika sepi dan modal belum ada, maka dia pun memilih tak berjualan seraya mengerjakan hal apapun yang bisa menghasilkan uang.
"Kadang sampai dua hari enggak jualan, nanti kalau ada acara-acara yang ramai baru saya jualan lagi ke sana, tergantung modalnya juga. Karena kan kalau anak saya sendiri yang usaha enggak cukup, saya juga mesti tetap cari nafkah walau dapatnya enggak seberapa," tuturnya.
Kakek Supriyadi pun mulai bercerita tentang kondisi rumahnya sebelum mendapat program bedah rumah. Ketika itu, dia menjelaskan, bagian atap rumah sudah amat rapuh, hampir sebagian besar gentengnya pun rusak. Jika hujan turun, maka air mengucur deras membasahi isi rumah.
"Atapnya, genteng, semua banyak yang jebol makanya paling terasa kalau hujan, itu bocoran hujan masuk semua ke dalam. Namanya kita orang enggak punya, boro-boro mikirin perbaiki rumah, buat makan saja sulit, mesti peras keringat setiap hari dorong gerobak minuman," katanya.
Pengamatan di lokasi, rumah bangunan lama milik Supriyadi terlihat sangat kusam karena merupakan rumah warisan yang dibangun sejak puluhan tahun lalu. Kayu-kayu kerangka dibagian atap banyak yang sudah lapuk tak karuan, sedangkan lantainya masih berbentuk plesteran semen. Secara umum, kondisi rumah itu terbilang tak layak huni karena kerusakan parah di sana-sini.
Berbeda jauh dengan kondisi bangunan rumahnya saat ini yang memiliki ukuran 5x6 meter persegi. Meskipun terlihat minimalis, namun tertata lebih modern dan rapih. Setidaknya, untuk membangun rumah baru bagi kakek Supriyadi digelontorkan dana sekira Rp70 juta.
"Saya terharu menerima rumah ini, karena kalau dibandingkan dengan rumah saya sebelumnya, jauh sekali. Sekarang berasa mimpi, kayak enggak percaya. Saya terimakasih betul, masih ada perhatian dari pemerintah buat kita orang enggak mampu. Mudah-mudahan ini jadi ladang ibadah," ucapnya.
Sebenarnya, di Kampung Perigi Baru, hari ini telah diserahterimakan sebanyak 3 unit rumah, letaknya pun tak terlalu berjauhan. Para pemiliknya turut menghadiri penyerahan secara seremonial yang berlangsung di lokasi rumah baru milik kakek Supriyadi.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Kota Tangsel, Teddy Meiyadi menerangkan, total pada tahun ini tercatat sudah ada sekira 59 unit rumah yang rampung menjalani program bedah rumah dan diserahterimakan kepada penghuninya.
"Bedah rumah itu sudah berjalan sejak 4 tahun lalu, 2016. Tahun ini targetnya ada 198 unit, sekarang realisasinya sudah 58 unit rumah per-awal Juni 2019. Nanti 140 unit lainnya bertahap sampai dengan bulan Oktober 2019, Insya Allah selesai semua. Kalau tahun lalu sebelumnya target 161 unit, jadi tahun ini meningkat targetnya," ungkap Teddy, usai serah terima 3 unit umah di lokasi.
Menurut Teddy, data per tahun 2016 mencatat ada sedikitnya 700-an unit rumah yang mengalami rusak berat dan harus diperbaiki. Hal itu tercatat dalam susunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2016 lalu. Tidak menutup kemungkinan, jumlah itu terus bertambah tiap tahunnya disebabkan kondisi ekonomi masyarakat.
"Saat saya menyusun RPJMD 2016 ada 700-an lebih, ini kan tidak menutup kemungkinan bertambah tiap tahunnya karena berbagai faktor. Maka ini akan menjadi prioritas ke depan, tiap tahun harus ada program bedah rumah," imbuhnya.
Untuk memerbaiki seunit rumah, dianggarkan dana maksimal Rp70 juta. Rumah yang mendapat perbaikan, haruslah memenuhi ketentuan yang ada, diantaranya mengalami kerusakan berat karena penghuninya berkategori miskin.
"Anggaran sekira Rp14 miliar pertahun untuk sekira 200-an unit rumah. Kami juga ingin nanti kalau yang rusaknya ringan, sedang, itu mungkin nanti ada CSR, ada Baznas, ada nanti bantuan dari lembaga-lembaga itu untuk yang rusak ringan. Kalau dari dinas, itu harus yang kondisinya rusak berat, jadi dibongkar semua," ujarnya.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, jika Kecamatan Ciputat diketahui merupakan wilayah yang kondisi rumah warganya terdata paling banyak untuk program bedah rumah. Meskipun di Kecamatan lain jumlahnya pun tak sedikit, misalnya Pondok Aren terdata memiliki target capaian bedah rumah tahun ini berjumlah 68 unit. "Paling banyak Ciputat. Kenapa? karena penduduknya juga banyak di sana," tukasnya.
Saat ini, Kecamatan Pondok Aren telah merampungkan perbaikan berat pada 24 unit rumah yang tersebar di 11 Kelurahan. Yakni, Pondok Kacang Barat 3 unit, Perigi Baru 3 unit, Pondok Kacang Timur 4 unit, Perigi Lama 3 unit, Pondok Pucung 3 unit, Pondok Betung 1 unit, Pondok Aren 3 unit, Jurangmangu Barat 3 unit, dan Jurangmangu Timur 2 unit.
(mhd)