Tak Mau Susahkan Orang Tua, Korban 22 Mei Ingin Beli HP Sendiri

Sabtu, 25 Mei 2019 - 00:13 WIB
Tak Mau Susahkan Orang Tua, Korban 22 Mei Ingin Beli HP Sendiri
Tak Mau Susahkan Orang Tua, Korban 22 Mei Ingin Beli HP Sendiri
A A A
JAKARTA - Muhammad Rayhan Fajri meninggal dunia pada 22 Mei 2019 saat demo penolakan hasil rekapitulasi Pemilu 2019 berakhir ricuh. Saat itu, Rayhan terjebak dalam bentrokan antara aparat dengan massa penolak rekapitulasi Pemilu 2019 di sekitar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Padahal, Rayhan bersama remaja masjidnya akan membangunkan sahur warga. Sepupu Rayhan, Alif Adilah menceritakan, Jumat 24 Mei 2019 seberanya Rayhan mengambil ijazah kelulusan dari SMP 181 Jakarta.

"Ya harusnya dia hari ini tuh ambil ijazah, Rabu depan ambil NEM. Tapi sekarang dia sudah tidak ada," kata Alif di rumahnya kawasan Petamburan, Tanah Abang Jakarta Pusat, Jumat 24 Mei 2019.

Alif melanjutkan, saudaranya itu rencananya akan melanjutkan ke SMKN 1 Jakarta (Boedi Oetomo). Di mata Alif dan rekan-rekan, Rayhan merupakan anak yang baik dan ramah.

"Dia baik, ramah dan aktif sebagai remaja masjid. Setiap hari dia bangunkan orang sahur," tambahnya.

Bahkan, saat ia berkeinginan membeli sebuah telepon genggam, Rayhan memilih menjadi kuli panggul di Pasar Tanah Abang. Rayhan beralasan kepada Alif tidak ingin merepotkan orang tuanya.

Diketahui, ayah Rayhan bekerja sebagai ojek online ibunya ibu rumah tangga.

"Jadi dia bilang mau punya HP tapi bukan duit dari orang tua. Makanya dia kerja jadi kuli gitu angkat-angkat barang di Pasar Tanah Abang. Baru sehari jadi kuli angkut itu padahal," jelasnya.

Usai Lebaran, lanjut Alif, ia dan Rayhan berencana naik Gunung Ciremai untuk melepas kejenuhan.

"Habis Idul Fitri ini dia mau naik Gunung Ciremai ama saya. Refreshinglah jenuh juga kan dia nunggu ijazah, sama mau masuk sekolah SMK," tutupnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7454 seconds (0.1#10.140)