Bulan Ramadhan, Pol PP Tangerang Sibuk Urus Prostitusi dan Pengemis
A
A
A
TANGERANG - Selama bulan puasa Ramadhan, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Tangerang disibukkan dengan penanganan penyakit sosial, seperti prostitusi online, minuman keras (miras), pengemis, dan anak jalanan (anjal).
"Kami memang sedang gencar-gencarnya melakukan patroli malam. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dan menekan peredaran minuman keras, serta prostitusi yang marak di Kota Tangerang," ujar Kabid Trantib Satpol PP Kota Tangerang Ghufron Falfeli di kantornya, Kamis (23/5/2019).
Menurut dia, pemberantasan prostitusi berbasis digital jauh lebih sulit ketimbang praktik pelacuran konvenaional. Jika konvensional petugas bisa langsung mengenali pelakunya dengan datang langsung ke tempat mangkalnya.
Sementara PSK online tidak punya tempat mangkal. Mereka melakukan transaksi di media online dan bertemu sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Pihaknya sudah melakukan pemetaan di beberapa titik wilayah rawan peredaran miras dan tempat mangkal PSK. Termasuk beberapa hotel dan apartemen yang ada.
"Di bulan Ramadhan ini, prostitusi berbasis digital seolah menjadi pilihan bagi sebagian kalangan. Kami tidak akan lelah untuk membasmi segala bentuk prostitusi, baik itu konvensional maupun digital," ucapnya.
Ghufron berharap upaya yang saat ini dilakukan petugas dapat dukungan semua golongan masyarakat. Sebab tanpa dukungan masyarakat semua akan sia-sia.
"Tentu kami tidak bisa sendiri. Kami juga mengajak kepada seluruh masyarakat untuk melaporkan setiap kegiatan yang berpotensi ada pelanggaran. Kami akan cepat menindaklanjuti laporan itu," tukasnya.
Selain miras dan prostitusi, Satpol PP Kota Tangerang kini disibukkan dengan jumlah pengemis dan anjal yang terus bertambah selama bulan suci Ramadhan. Bahkan jumlah mereka berlipat ganda menjelang Lebaran.
"Kalau yang di lampu merah selalu kami sweeping. Tetapi mereka datang lagi. Ternyata setelah kami telusuri, kebanyakan para pendatang baru," kata Ghufron.
Menurut Ghufron, setelah ditertibkan oleh petugas, para anak jalanan dan pengemis itu bukannya jera. Sebaliknya, mereka melihat potensi ekonomi di lampu merah.
"Selain menyisir ke sejumlah lampu merah, kami juga menyasar ke sejumlah titik yang disinyalir rawan dijadikan tempat untuk mengemis. Seperti yang ada, di jembatan penyeberangan Mall Tangcity," pungkasnya.
"Kami memang sedang gencar-gencarnya melakukan patroli malam. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dan menekan peredaran minuman keras, serta prostitusi yang marak di Kota Tangerang," ujar Kabid Trantib Satpol PP Kota Tangerang Ghufron Falfeli di kantornya, Kamis (23/5/2019).
Menurut dia, pemberantasan prostitusi berbasis digital jauh lebih sulit ketimbang praktik pelacuran konvenaional. Jika konvensional petugas bisa langsung mengenali pelakunya dengan datang langsung ke tempat mangkalnya.
Sementara PSK online tidak punya tempat mangkal. Mereka melakukan transaksi di media online dan bertemu sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Pihaknya sudah melakukan pemetaan di beberapa titik wilayah rawan peredaran miras dan tempat mangkal PSK. Termasuk beberapa hotel dan apartemen yang ada.
"Di bulan Ramadhan ini, prostitusi berbasis digital seolah menjadi pilihan bagi sebagian kalangan. Kami tidak akan lelah untuk membasmi segala bentuk prostitusi, baik itu konvensional maupun digital," ucapnya.
Ghufron berharap upaya yang saat ini dilakukan petugas dapat dukungan semua golongan masyarakat. Sebab tanpa dukungan masyarakat semua akan sia-sia.
"Tentu kami tidak bisa sendiri. Kami juga mengajak kepada seluruh masyarakat untuk melaporkan setiap kegiatan yang berpotensi ada pelanggaran. Kami akan cepat menindaklanjuti laporan itu," tukasnya.
Selain miras dan prostitusi, Satpol PP Kota Tangerang kini disibukkan dengan jumlah pengemis dan anjal yang terus bertambah selama bulan suci Ramadhan. Bahkan jumlah mereka berlipat ganda menjelang Lebaran.
"Kalau yang di lampu merah selalu kami sweeping. Tetapi mereka datang lagi. Ternyata setelah kami telusuri, kebanyakan para pendatang baru," kata Ghufron.
Menurut Ghufron, setelah ditertibkan oleh petugas, para anak jalanan dan pengemis itu bukannya jera. Sebaliknya, mereka melihat potensi ekonomi di lampu merah.
"Selain menyisir ke sejumlah lampu merah, kami juga menyasar ke sejumlah titik yang disinyalir rawan dijadikan tempat untuk mengemis. Seperti yang ada, di jembatan penyeberangan Mall Tangcity," pungkasnya.
(thm)