Pacu Pertumbuhkan Ekonomi di Kota Metropolitan Timur Jakarta
A
A
A
BEKASI - Pemkot Bekasi mendukung kehadiran tol Becakayu di wilayahnya. Jalan tol yang membentang dari Jakarta melintasi Kota Bekasi hingga Kabupaten Bekasi itu bakal mengurangi kemacetan di jalur Kalimalang (Jalan KH Noer Ali).
Keberadaan tol Becakayu berdampak pada beberapa hal mulai dari pertumbuhan sisi ekonomi hingga infrastruktur di sekitar tol tersebut. Proyek strategis nasional itu membuat investasi di Kota Bekasi terus berkembang dan menjadikan Bekasi sebagai kota metropolitan di timur DKI Jakarta.
Tim Wali Kota untuk Percepatan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan (TWUP4) Benny Tunggul mengatakan, tol Becakayu mampu meningkatkan kelancaran lalu lintas kendaraan logistik menuju Karawang, Cibitung, dan Bandung. “Kami yakin tol Becakayu mengurangi volume lalu lintas di tol Jakarta–Cikampek,” ujarnya kemarin.
Selain mengurangi kepadatan kendaraan, tol Becakayu mendorong investasi properti di sepanjang kawasan Kalimalang, Bekasi. Misalnya apartemen dan tempat komersial bertumbuhan di sepanjang Jalan KH Noer Ali.
Menurut Benny, pembangunan tol Becakayu yang masih berlangsung mampu menggairahkan pasar modal dan berkontribusi besar bagi pembangunan infrastruktur nasional, apalagi Indonesia meraih predikat level layak investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat internasional.
Ditambah pula keberadaan Kota Bekasi yang memiliki estetika wajah kota yang lebih modern dan wisata baru nantinya. Meski mendukung proyek tol Becakayu, Pemkot Bekasi meminta pengelola tol tetap memperhatikan infrastruktur kepentingan warga di sekitar Kalimalang. Misalnya pipa air untuk kebutuhan warga Bekasi dan Jakarta.
Maka itu diperlukan relokasi jaringan pipa air sepanjang 11 km di kawasan Kalimalang guna menjaga suplai air minum untuk melayani 237.000 pelanggan. Semua aktivitas pekerjaan jalan tol Becakayu tinggi potensinya terhadap keamanan pipa-pipa terhadap gangguan suplai air bagi 142.000 pelanggan di Jakarta Utara dan 95.000 di timur serta selatan.
Tol Becakayu memang membawa gairah sisi ekonomi, tetapi dari sisi lingkungan juga Kota Bekasi sangat terdampak. Misalnya selama konstruksi pembangunan jalan tol mulai Cipinang, Jakarta Timur hingga Jatibening, Kota Bekasi, yang memakan sebagian bahu jalan kerap memicu kemacetan karena penyempitan.
Terlebih pembangunan jalan tol juga membuat sejumlah ruas Jalan KH Noer Ali rusak karena kerap dilintasi kendaraan atau alat berat. Ditambah sistem drainase yang kurang optimal di ruas tol Becakayu menjadi penyebab banjirnya daerah Cawang dan jalur Kalimalang. Selama konstruksi tol Becakayu berjalan, terdapat 25 titik uji kualitas sampel partikel debu atau total suspended particulate (TSP) yang dilakukan pemerintah.
Hasilnya terjadi pencemaran udara berasal dari debu yang sudah di atas ambang batas di wilayah Pasar Sumber Arta, Bekasi Barat, persis di bawah tol Becakayu. Saat ini konstruksi Jalan Kalimalang juga lebih mudah rusak dan imbas proyek tol Becakayu menimbulkan lubang maupun jalan bergelombang yang membahayakan pengguna jalan. Apalagi jalur Kalimalang merupakan jalur arteri paling padat menuju Jakarta.
Keberadaan tol Becakayu berdampak pada beberapa hal mulai dari pertumbuhan sisi ekonomi hingga infrastruktur di sekitar tol tersebut. Proyek strategis nasional itu membuat investasi di Kota Bekasi terus berkembang dan menjadikan Bekasi sebagai kota metropolitan di timur DKI Jakarta.
Tim Wali Kota untuk Percepatan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan (TWUP4) Benny Tunggul mengatakan, tol Becakayu mampu meningkatkan kelancaran lalu lintas kendaraan logistik menuju Karawang, Cibitung, dan Bandung. “Kami yakin tol Becakayu mengurangi volume lalu lintas di tol Jakarta–Cikampek,” ujarnya kemarin.
Selain mengurangi kepadatan kendaraan, tol Becakayu mendorong investasi properti di sepanjang kawasan Kalimalang, Bekasi. Misalnya apartemen dan tempat komersial bertumbuhan di sepanjang Jalan KH Noer Ali.
Menurut Benny, pembangunan tol Becakayu yang masih berlangsung mampu menggairahkan pasar modal dan berkontribusi besar bagi pembangunan infrastruktur nasional, apalagi Indonesia meraih predikat level layak investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat internasional.
Ditambah pula keberadaan Kota Bekasi yang memiliki estetika wajah kota yang lebih modern dan wisata baru nantinya. Meski mendukung proyek tol Becakayu, Pemkot Bekasi meminta pengelola tol tetap memperhatikan infrastruktur kepentingan warga di sekitar Kalimalang. Misalnya pipa air untuk kebutuhan warga Bekasi dan Jakarta.
Maka itu diperlukan relokasi jaringan pipa air sepanjang 11 km di kawasan Kalimalang guna menjaga suplai air minum untuk melayani 237.000 pelanggan. Semua aktivitas pekerjaan jalan tol Becakayu tinggi potensinya terhadap keamanan pipa-pipa terhadap gangguan suplai air bagi 142.000 pelanggan di Jakarta Utara dan 95.000 di timur serta selatan.
Tol Becakayu memang membawa gairah sisi ekonomi, tetapi dari sisi lingkungan juga Kota Bekasi sangat terdampak. Misalnya selama konstruksi pembangunan jalan tol mulai Cipinang, Jakarta Timur hingga Jatibening, Kota Bekasi, yang memakan sebagian bahu jalan kerap memicu kemacetan karena penyempitan.
Terlebih pembangunan jalan tol juga membuat sejumlah ruas Jalan KH Noer Ali rusak karena kerap dilintasi kendaraan atau alat berat. Ditambah sistem drainase yang kurang optimal di ruas tol Becakayu menjadi penyebab banjirnya daerah Cawang dan jalur Kalimalang. Selama konstruksi tol Becakayu berjalan, terdapat 25 titik uji kualitas sampel partikel debu atau total suspended particulate (TSP) yang dilakukan pemerintah.
Hasilnya terjadi pencemaran udara berasal dari debu yang sudah di atas ambang batas di wilayah Pasar Sumber Arta, Bekasi Barat, persis di bawah tol Becakayu. Saat ini konstruksi Jalan Kalimalang juga lebih mudah rusak dan imbas proyek tol Becakayu menimbulkan lubang maupun jalan bergelombang yang membahayakan pengguna jalan. Apalagi jalur Kalimalang merupakan jalur arteri paling padat menuju Jakarta.
(don)