Psikolog Beberkan Penyebab Kalangan Remaja Doyan Pesta Seks
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 32 remaja dari berbagai daerah di Jabodetabek diamankan di salah satu vila di kawasan Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor, Minggu (5/5) dini hari. Mereka yang terdiri atas 27 pria dan lima wanita itu digerebek lantaran diduga sedang pesta seks, pesta minuman keras, dan pesta narkoba.
Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta angkat bicara terkait temuan itu. Ia menuturkan, perilaku seks bebas bukan hal yang baru jika dilakukan oleh remaja di atas 17 tahun. Dorongan seksual pada usia tersebut memang tinggi. Mereka kemudian berani karena adanya kesempatan dan longgarnya pengawasan.
"Dorongan seksual yang tinggi pada usia tersebut memang menjadi faktor utama," ujarnya, Minggu (5/5/2019). (Baca juga: Diduga Gelar Pesta Seks dan Narkoba, 32 Remaja Digerebek di Vila Puncak)
Menurut dia, pada dasarnya remaja kerap mencari-cari kesempatan untuk bisa melampiaskan nafsu seksual mereka. Pengawasan yang lemah dan juga penerapan norma agama dan sosial mendorong terjadinya perbuatan tersebut.
"Ditambah lagi saat ini akses terhadap pornografi sangat mudah. Anak-anak dan remaja dengan mudah bisa melihat tayangan sex party dari berbagai sumber," paparnya.
Saat berkumpul bersama, muncul yang namanya konformitas. Anggota kelompok akan mengikuti apa yang dilakukan oleh kelompok, baik itu benar atau tidak. Saat bersama dalam kelompok, dan tanpa pengawasan yang ketat, sangat mungkin muncul ide-ide yang melanggar norma yang kemudian didukung oleh anggota kelompok lain.
"Memang bekal dari dalam diri ini harus dimulai sejak dini. Sehingga tahu kapan mana yang benar dan salah, serta harus bagaimana saat menghadapi lingkungan yang kurang baik," tukasnya.
Saat remaja memiliki bekal dari rumah tentang norma, lanjut Aully,tidak mudah juga baginya untuk menolak pengaruh lingkungannya. Meski sudah pada kategori di atas 17 tahun ke atas, tapi pengawasan dari lingkungan, seperti pemilik villa tetap harus dilakukan. "Artinya peranan lingkungan juga diperlukan. Jadi tidak bisa lepas begitu saja," pungkasnya.
Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta angkat bicara terkait temuan itu. Ia menuturkan, perilaku seks bebas bukan hal yang baru jika dilakukan oleh remaja di atas 17 tahun. Dorongan seksual pada usia tersebut memang tinggi. Mereka kemudian berani karena adanya kesempatan dan longgarnya pengawasan.
"Dorongan seksual yang tinggi pada usia tersebut memang menjadi faktor utama," ujarnya, Minggu (5/5/2019). (Baca juga: Diduga Gelar Pesta Seks dan Narkoba, 32 Remaja Digerebek di Vila Puncak)
Menurut dia, pada dasarnya remaja kerap mencari-cari kesempatan untuk bisa melampiaskan nafsu seksual mereka. Pengawasan yang lemah dan juga penerapan norma agama dan sosial mendorong terjadinya perbuatan tersebut.
"Ditambah lagi saat ini akses terhadap pornografi sangat mudah. Anak-anak dan remaja dengan mudah bisa melihat tayangan sex party dari berbagai sumber," paparnya.
Saat berkumpul bersama, muncul yang namanya konformitas. Anggota kelompok akan mengikuti apa yang dilakukan oleh kelompok, baik itu benar atau tidak. Saat bersama dalam kelompok, dan tanpa pengawasan yang ketat, sangat mungkin muncul ide-ide yang melanggar norma yang kemudian didukung oleh anggota kelompok lain.
"Memang bekal dari dalam diri ini harus dimulai sejak dini. Sehingga tahu kapan mana yang benar dan salah, serta harus bagaimana saat menghadapi lingkungan yang kurang baik," tukasnya.
Saat remaja memiliki bekal dari rumah tentang norma, lanjut Aully,tidak mudah juga baginya untuk menolak pengaruh lingkungannya. Meski sudah pada kategori di atas 17 tahun ke atas, tapi pengawasan dari lingkungan, seperti pemilik villa tetap harus dilakukan. "Artinya peranan lingkungan juga diperlukan. Jadi tidak bisa lepas begitu saja," pungkasnya.
(thm)