KRL Anjlok, BPTJ Minta KCI Evaluasi Pemeliharaan Jalur Kereta
A
A
A
JAKARTA - Badan Pengelolah Transportasi Jabodetabek (BPTJ) meminta agar PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengevaluasi operasional Commuter Line. Kejadian anjloknya commuter line dengan nomor KA 1722 relasi Jatinegara - Bogor menjadi pelajaran berharga.
“Ini masalah besar, intinya jangan sampai hal ini terulang kembali. Saya sudah minta semua pihak mengevaluasi kejadian ini,” kata Ketua BPTJ, Bambang Prihartono kepada wartawan, Senin (11/3/2019).
Sebelumnya Kereta Api 1722 jurusan Jatinegara - Bogor anjlok di ruas Stasiun Cilebut - Bogor, Minggu (10/3/2019) pagi. 17 orang terluka parah, termasuk masinis KRL, Yacub (31).
Meskipun kini BPTJ masih menunggu hasil Investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Namun BPTJ menyakini masalah infrastruktur menjadi penyebab anjloknya kereta. Pemeliharaan harus dilakukan demi mengantisipasi kejadian terulang. (Baca Juga: KNKT Tunjuk Empat Orang Penyelidik ke Lokasi Anjloknya KRL di Bogor)
Bagi BPTJ, masalah ini tak lepas dari sterilisasi yang belum menyeluruh. Ia tak menampik di sekitaran stasiun di Jabodetabek masih banyak rumah penduduk yang mengusai jalur kereta. Selain berbahaya bagi penduduk itu, perjalanan kereta terganggu.
“Karenanya saya telah meminta untuk mengencarkan penindakan. Sejauh ini kami sudah berusaha, tapi hasilnya belum puas, masih kami rancang beberapa formulanya,” tegas Bambang.
Termasuk soal transportasi lain yang menjadi feeder, Bambang melihat transportasi online membuat beberapa kawasan menjadi semerawut, laju kendaraan terganggu lantaran di jadikan pangkalan.
Karenanya, untuk mengatasi masalah itu, koordinasi dengan kelompok driver tengah dijajaki. Ia tak ingin ketika LRT dan MRT beroperasi masalah kembali muncul.
“Seperti ucapan presiden LRT dan MRT merubah budaya baru. Nah kami lagi ingin menciptakan stasiun percontohan,” tuturnya.
“Ini masalah besar, intinya jangan sampai hal ini terulang kembali. Saya sudah minta semua pihak mengevaluasi kejadian ini,” kata Ketua BPTJ, Bambang Prihartono kepada wartawan, Senin (11/3/2019).
Sebelumnya Kereta Api 1722 jurusan Jatinegara - Bogor anjlok di ruas Stasiun Cilebut - Bogor, Minggu (10/3/2019) pagi. 17 orang terluka parah, termasuk masinis KRL, Yacub (31).
Meskipun kini BPTJ masih menunggu hasil Investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Namun BPTJ menyakini masalah infrastruktur menjadi penyebab anjloknya kereta. Pemeliharaan harus dilakukan demi mengantisipasi kejadian terulang. (Baca Juga: KNKT Tunjuk Empat Orang Penyelidik ke Lokasi Anjloknya KRL di Bogor)
Bagi BPTJ, masalah ini tak lepas dari sterilisasi yang belum menyeluruh. Ia tak menampik di sekitaran stasiun di Jabodetabek masih banyak rumah penduduk yang mengusai jalur kereta. Selain berbahaya bagi penduduk itu, perjalanan kereta terganggu.
“Karenanya saya telah meminta untuk mengencarkan penindakan. Sejauh ini kami sudah berusaha, tapi hasilnya belum puas, masih kami rancang beberapa formulanya,” tegas Bambang.
Termasuk soal transportasi lain yang menjadi feeder, Bambang melihat transportasi online membuat beberapa kawasan menjadi semerawut, laju kendaraan terganggu lantaran di jadikan pangkalan.
Karenanya, untuk mengatasi masalah itu, koordinasi dengan kelompok driver tengah dijajaki. Ia tak ingin ketika LRT dan MRT beroperasi masalah kembali muncul.
“Seperti ucapan presiden LRT dan MRT merubah budaya baru. Nah kami lagi ingin menciptakan stasiun percontohan,” tuturnya.
(ysw)