IDI Kota Depok Ingatkan Bahaya Anak-anak Sering Terpapar Gadget
A
A
A
DEPOK - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok, Sukwanto Gamalyono MARS, mengingatkan para orang tua agar lebih berperan aktif dalam mengawasi penggunaan gadget pada anak. Sebab selain dampak jangka pendek, akan ada dampak jangka panjang yang ditimbulkan jika anak terus terpapar gadget.
Hal yang mungkin kurang disadari adalah sulitnya anak berkonsentrasi. Hal ini bisa jadi akibat adanya pengaruh dari penggunaan gadget berlebihan. Sebab mata anak menjadi lelah dan penglihatan menjadi buram. Anak akan sering mengeluh pusing saat harus melihat jauh.
"Dampaknya anak jadi sulit konsentrasi. Jadi orang tua harus mengawasi penggunaan gadget pada anak agar kesehatan mata anak-anak dapat terjaga dengan baik," ujarnya, Kamis (7/3/2019).
Sukwanto melanjutkan, kasus dampak negatif gadget pada anak cukup banyak. Namun dia belum memiliki data detailnya. Saat ini seakan sudah pemandangan biasa anak-anak bahkan balita asyik dan berkutat dengan smartphonenya.
"Bahkan balita yang belum bisa membaca pun sudah hapal bagaimana cara mengakses video favoritnya. Untuk kasus dampak negatif gawai terhadap anak memang banyak terjadi," katanya.
Banyak kasus anak yang saking asyiknya memainkan gadget sampai lupa waktu dan terus menerus tanpa jeda. Bahkan beberapa anak memainkan gadget dengan posisi sangat dekat dengan mata. "Kebiasaan menatap layar ponsel ternyata punya andil dalam masalah mata, terutama pada anak-anak," ungkapnya.
Menurut dia, menggunakan smartphone dalam kegiatan sehari-hari dan jarak dekat antara 30-40 cm akan menyebabkan kontraksi otot cilliaris di dalam bola mata, atau yang dikenal dengan istilah akomodasi. Akomodasi berlebihan pada mata akan merangsang timbulnya mata minus.
Apalagi, anak-anak yang masih dalam usia tumbuh kembang. "Kelelahan mata atau asthenopia memiliki keluhan serupa dengan orang dewasa. Bedanya, anak-anak sering tidak memahami rasa lelah di mata yg mereka rasakan. Jika mata anak sudah berair, tampak lebih merah, sering dikucek, berkedip, atau anak mengeluh pusing, bisa jadi si kecil mengalami kelelahan mata," jelasnya.
Menggunakan gadget juga dapat menyebabkan sinar biru yang dihasilkan masuk ke dalam bola mata baik retina dan bagian lainnya. Oleh karenanya, ada baiknya anak-anak dikurangi menggunakan gadget agar retina dan bagian dalam mata tidak terganggu fungsinya.
Bahkan jika memang belum saatnya anak memegang gadget maka ada baiknya jangan pernah diperkenalkan. "Selain merusak mata juga berdampak pada kognitif si anak. Dia jadi asik dengan gadget dan kurang interaksi sosialnya. Ini yang perlu diperhatikan," paparnya.
Jika memang terpaksa si anak memegang gadget, dia menyarankan waktu idealnya adalah memberikan jeda 10-15 menit dalam satu jam. Ini bertujuan mencegah matanya lelah akibat akomodasi otot mata yang terpapar.
"Dari beberapa literatur yang saya baca memang banyak anak-anak yang memakai kacamata di usia muda saat ini. Bisa jadi itu karena pengaruh dari penggunaan gadget berlebihan," pungkasnya.
Hal yang mungkin kurang disadari adalah sulitnya anak berkonsentrasi. Hal ini bisa jadi akibat adanya pengaruh dari penggunaan gadget berlebihan. Sebab mata anak menjadi lelah dan penglihatan menjadi buram. Anak akan sering mengeluh pusing saat harus melihat jauh.
"Dampaknya anak jadi sulit konsentrasi. Jadi orang tua harus mengawasi penggunaan gadget pada anak agar kesehatan mata anak-anak dapat terjaga dengan baik," ujarnya, Kamis (7/3/2019).
Sukwanto melanjutkan, kasus dampak negatif gadget pada anak cukup banyak. Namun dia belum memiliki data detailnya. Saat ini seakan sudah pemandangan biasa anak-anak bahkan balita asyik dan berkutat dengan smartphonenya.
"Bahkan balita yang belum bisa membaca pun sudah hapal bagaimana cara mengakses video favoritnya. Untuk kasus dampak negatif gawai terhadap anak memang banyak terjadi," katanya.
Banyak kasus anak yang saking asyiknya memainkan gadget sampai lupa waktu dan terus menerus tanpa jeda. Bahkan beberapa anak memainkan gadget dengan posisi sangat dekat dengan mata. "Kebiasaan menatap layar ponsel ternyata punya andil dalam masalah mata, terutama pada anak-anak," ungkapnya.
Menurut dia, menggunakan smartphone dalam kegiatan sehari-hari dan jarak dekat antara 30-40 cm akan menyebabkan kontraksi otot cilliaris di dalam bola mata, atau yang dikenal dengan istilah akomodasi. Akomodasi berlebihan pada mata akan merangsang timbulnya mata minus.
Apalagi, anak-anak yang masih dalam usia tumbuh kembang. "Kelelahan mata atau asthenopia memiliki keluhan serupa dengan orang dewasa. Bedanya, anak-anak sering tidak memahami rasa lelah di mata yg mereka rasakan. Jika mata anak sudah berair, tampak lebih merah, sering dikucek, berkedip, atau anak mengeluh pusing, bisa jadi si kecil mengalami kelelahan mata," jelasnya.
Menggunakan gadget juga dapat menyebabkan sinar biru yang dihasilkan masuk ke dalam bola mata baik retina dan bagian lainnya. Oleh karenanya, ada baiknya anak-anak dikurangi menggunakan gadget agar retina dan bagian dalam mata tidak terganggu fungsinya.
Bahkan jika memang belum saatnya anak memegang gadget maka ada baiknya jangan pernah diperkenalkan. "Selain merusak mata juga berdampak pada kognitif si anak. Dia jadi asik dengan gadget dan kurang interaksi sosialnya. Ini yang perlu diperhatikan," paparnya.
Jika memang terpaksa si anak memegang gadget, dia menyarankan waktu idealnya adalah memberikan jeda 10-15 menit dalam satu jam. Ini bertujuan mencegah matanya lelah akibat akomodasi otot mata yang terpapar.
"Dari beberapa literatur yang saya baca memang banyak anak-anak yang memakai kacamata di usia muda saat ini. Bisa jadi itu karena pengaruh dari penggunaan gadget berlebihan," pungkasnya.
(thm)