Kisah Anies Cium Kening Jakmania di ICU hingga Melayat ke Rumah Duka
A
A
A
JAKARTA - Gubernur DKI Anies Baswedan baru-baru ini menemui seorang suporter Persija Jakarta (Jakmania), Rahmat Hidayat (15), yang dirawat di RSUD Pasar Minggu, Jakarta Selatan, setelah mengalami kecelakaan. Anies lalu berbagi cerita pilu tentang kondisi si anak di beberapa akun media sosialnya.
Kondisi Rahmat cukup parah seusai mengalami kecelakaan. Tulang leher, tangan dan kakinya patah. Kondisinya yang cukup parah membuatnya dirawat di ruang ICU. Sang Jakmania itu pun akhirnya meninggal dunia walaupun sempat berhasil menjalani operasi.
“Pak Anies, Pak Anies, Pak Anies! Terdengar suara pasien di bilik sebelah ruang ICU itu memanggil-manggil,” tulis Anies Baswedan di akun Instagram-nya, dikutip SINDOnews, Senin (4/3/2019).
Anies menceritakan, pada Kamis malam pekan lalu, ia menjenguk ibu sahabatnya yang dirawat di ICU RS Pasar Minggu. Antar bilik pasien dipisahkan gorden. Suaranya keras walau terhalang masker oksigen yang dipakainya. Hingga terdengar seruangan ICU.
“Saya hampiri. Matanya menatap tajam. Tangan, kaki dan sekujur badan terkulai tanpa gerak. Dia mengalami patah di 2 ruas tulang lehernya. Tangan dan kaki terlihat lumpuh. Seorang anak muda, 15 tahun, kecelakaan saat perjalanan ke kegiatan taklim,” tulis Anies.
Saat Anies menyapa si anak, dia menjawab namanya Rahmat Hidayat. Bocah yang biasa dipanggil Dayat, lalu menyanyikan lagu penyemangat Persija. "Saya dengar dia juga suka melantunkan shalawat. Dalam sakit yang tak terkira itu, dia masih melantunkan shalawat,: ucapnya Anies.
Tapi sebelum menghembuskan nafas terakhir, Datat meminta sesuatu kepada Anies. “Cium saya Pak. Cium saya Pak,” pinta Dayat.
"Saya tatap dia. Dia senyum dan saya senyum. Lalu saya sentuh keningnya, pundaknya. Perlahan saya cium keningnya. Saya tahan, saya cium lama kening Dayat. Seakan anak sendiri. Sambil membayangkan dia sedang berhadapan perenggang nyawa. Terdengar suara lirihnya “terima kasih Pak Anies, terima kasih.” Saya senyum dan berdoa," sambung Anies.
Anies lalu pamit sambil memastikan operasi bisa segera dilaksanakan. Pada Jumat pagi operasi akhirnya dilakukan. "Ikhtiar manusia menyelamatkan anak belia ini. Lebih dari 12 jam dokter dan paramedik berjuang di meja operasi. Misi yang tidak ringan," ucapnya.
Namun Allah punya rencana lain. Pada Minggu subuh kemarin, sebuah teks masuk di WhatsApp pribadi Anies Baswedan dan mengabarkan Dayat wafat pukul 01.00 WIB dini hari.
"Pagi tadi saya melayat ke Jagakarsa. Di musala tempat dia disalatkan, saya temui ayah-ibunya. Mereka masih terpukul, tak pernah ada dalam bayangannya kalau mereka yg melahirkan dan membesarkan Dayat, kini harus menguburkannya," kata Anies.
Kepada kedua orang tua Dayat, Anies menyampaikan Insya Allah anaknya akan jadi pembuka jannah. "Kamis malam saya cium Dayat, pagi ini bertemu Dayat lagi setelah dia jadi jenazah. Husnul khatimah InsyaAllah.. Setelah disholatkan, kami angkat jenazahnya. Melepas ke rahmatullah.. Ke Rahmatullah semua akan kembali, sebuah pelajaran bagi semua. Kullu Nafsin Dzaa Iqatul Maut.. Al Fathihah...," tutup Anies.
Kondisi Rahmat cukup parah seusai mengalami kecelakaan. Tulang leher, tangan dan kakinya patah. Kondisinya yang cukup parah membuatnya dirawat di ruang ICU. Sang Jakmania itu pun akhirnya meninggal dunia walaupun sempat berhasil menjalani operasi.
“Pak Anies, Pak Anies, Pak Anies! Terdengar suara pasien di bilik sebelah ruang ICU itu memanggil-manggil,” tulis Anies Baswedan di akun Instagram-nya, dikutip SINDOnews, Senin (4/3/2019).
Anies menceritakan, pada Kamis malam pekan lalu, ia menjenguk ibu sahabatnya yang dirawat di ICU RS Pasar Minggu. Antar bilik pasien dipisahkan gorden. Suaranya keras walau terhalang masker oksigen yang dipakainya. Hingga terdengar seruangan ICU.
“Saya hampiri. Matanya menatap tajam. Tangan, kaki dan sekujur badan terkulai tanpa gerak. Dia mengalami patah di 2 ruas tulang lehernya. Tangan dan kaki terlihat lumpuh. Seorang anak muda, 15 tahun, kecelakaan saat perjalanan ke kegiatan taklim,” tulis Anies.
Saat Anies menyapa si anak, dia menjawab namanya Rahmat Hidayat. Bocah yang biasa dipanggil Dayat, lalu menyanyikan lagu penyemangat Persija. "Saya dengar dia juga suka melantunkan shalawat. Dalam sakit yang tak terkira itu, dia masih melantunkan shalawat,: ucapnya Anies.
Tapi sebelum menghembuskan nafas terakhir, Datat meminta sesuatu kepada Anies. “Cium saya Pak. Cium saya Pak,” pinta Dayat.
"Saya tatap dia. Dia senyum dan saya senyum. Lalu saya sentuh keningnya, pundaknya. Perlahan saya cium keningnya. Saya tahan, saya cium lama kening Dayat. Seakan anak sendiri. Sambil membayangkan dia sedang berhadapan perenggang nyawa. Terdengar suara lirihnya “terima kasih Pak Anies, terima kasih.” Saya senyum dan berdoa," sambung Anies.
Anies lalu pamit sambil memastikan operasi bisa segera dilaksanakan. Pada Jumat pagi operasi akhirnya dilakukan. "Ikhtiar manusia menyelamatkan anak belia ini. Lebih dari 12 jam dokter dan paramedik berjuang di meja operasi. Misi yang tidak ringan," ucapnya.
Namun Allah punya rencana lain. Pada Minggu subuh kemarin, sebuah teks masuk di WhatsApp pribadi Anies Baswedan dan mengabarkan Dayat wafat pukul 01.00 WIB dini hari.
"Pagi tadi saya melayat ke Jagakarsa. Di musala tempat dia disalatkan, saya temui ayah-ibunya. Mereka masih terpukul, tak pernah ada dalam bayangannya kalau mereka yg melahirkan dan membesarkan Dayat, kini harus menguburkannya," kata Anies.
Kepada kedua orang tua Dayat, Anies menyampaikan Insya Allah anaknya akan jadi pembuka jannah. "Kamis malam saya cium Dayat, pagi ini bertemu Dayat lagi setelah dia jadi jenazah. Husnul khatimah InsyaAllah.. Setelah disholatkan, kami angkat jenazahnya. Melepas ke rahmatullah.. Ke Rahmatullah semua akan kembali, sebuah pelajaran bagi semua. Kullu Nafsin Dzaa Iqatul Maut.. Al Fathihah...," tutup Anies.
(thm)