Sampah TPA Cipeucang Longsor, Sungai Cisadane Tercemar
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Timbunan sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, longsor dan mencemari Sungai Cisadane .
Longsor terjadi akibat Sungai Cisadane yang meluap, dan menggerus hampir sekitar 11 ton sampah yang tidak terjaga pembatas di bibir TPA Cipeucang. Dalam setahun, sedikitnya ada puluhan ton sampah di TPA Cipeucang yang menhalami longsor ke kali.
Koordinator Yapelh Indonesia Herman Felani mengatakan, sampah yang tergerus Sungai Cisadane itu memiliki kandungan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan.
"Apalagi, seperti kita tahu, Sungai Cisadane ini merupakan sumber air baku bagi pengolahan air bersih PDAM Tirta Benteng (TB), yang dipasok untuk Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), dan PT Beer Bintang," katanya, di Pamulang, Senin (25/2/2019) sore.
Dijelaskan dia, pengelolaan yang buruk dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangsel, terhadap TPA Cipeucang, diduga menjadi penyebab longsornya sampah.
"Jika memang tidak sanggup melakukan pengelolaan TPA Cipeucang yang ada, lebih baik ditutup saja. Karena sudah banyak merugikan lingkungan sekitar, melakukan pencemaran air dan lainnya," ungkapnya.
Tidak hanya komunitas pecinta alam Yapelh Indonesia saja yang mengecam pencemaran sampah TPA Cipeucang ke Sungai Cisadane, tetapi juga sejumlah perwakilan pegiat lingkungan hidup lainnya.
Perwakilan aktivis itu dari Bank Sampah Sungai Cisadane, Cisadane Ranger Patrol, Suci Daya, Pendaki Indonesia Korwil Tangerang, Komunitas Pendaki Indonesia Korwil Jakarta Raya, Komunitas Pendaki Gunung Indonesia Korwil Jabodetabek, dan Komunitas Pendaki Indonesia Medan.
"Harusnya Pemkot Tangsel menutup TPA Cipeucang, sejak 6 tahun yang lalu, karena sistem pengolahan sampahnya masih menggunakan sistem open dumping yang sudah tidak diperbolehkan lagi dalam Undang-Undang (UU) No18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah," ungkapnya.
Pada peringatan Hari Sampah Nasional 2019, sejumlah aktivis lingkungan itu juga menggelar aksi unjuk rasa. Mereka membentangkan spanduk protes di TPA Cipeucang, dan mendirikan tenda camping.
Koordinator Komunitas Pendaki Gunung Indonesia Korwil Jabodetabek Fale Wali menambahkan, penanganan sampah di TPA Cieupecang oleh DLH Tangsel buruk.
"Kami mendesak pihak Pemkot Tangsel, dan Pemerintah Provinsi Banten untuk segera mencarikan solusi terhadap TPA Cipeucang, agar jangan sampai kejadian yang pernah terjadi pada 14 tahun silam di TPA Lewuigajah terulang," sambungnya.
Tidak hanya mencemari lingkungan, akibat pengelolaan yang buruk, gas metan di TPA Lewuigajah meledak di gunungan sampah. Ratusan orang pemulung dan pengais samah meninggal dalam tragedi tersebut. Bahkan, ada dua kampung hilang akibat dari letusan gunung sampah yang ada saat itu.
"Selain memang kondisinya sudah tidak ramah lingkungan, kondisi TPA Cipeucang juga sangat memprihatinkan. Pada 2018 lalu, tim Investigasi Yapelh Indonesia menemukan gunung sampah masih dikelilingi pepohonan. Namun, kini pohon itu sudah habis terbawa arus sungai," jelasnya.
Sementara itu, Direktur PDAM Tirta Benteng (TB) Sumarya mengatakan, pihaknya sangat prihatin terhadap pencemaran Sungai Cisadane. Apalagi, sungai tersebut sumber utama air baku pengelolaan air bersih.
Meski demikian, terkait pencemaran Sungai Cisadane akibat sampah TPA Cipeucang, dirinya mengaku masih belum berdampak pada pasokan air bersih. Hingga saat ini, pasokan air baku PDAM TB masih aman.
"Belum ada dampak. Apa karena jauh. Biasanya saya coba antisipasi saja bang, di unit instalasi. Tadinya di penanggulangan sampah, persiapan personel pengangkut sampah di intake," pungkas Sumarya.
Longsor terjadi akibat Sungai Cisadane yang meluap, dan menggerus hampir sekitar 11 ton sampah yang tidak terjaga pembatas di bibir TPA Cipeucang. Dalam setahun, sedikitnya ada puluhan ton sampah di TPA Cipeucang yang menhalami longsor ke kali.
Koordinator Yapelh Indonesia Herman Felani mengatakan, sampah yang tergerus Sungai Cisadane itu memiliki kandungan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan.
"Apalagi, seperti kita tahu, Sungai Cisadane ini merupakan sumber air baku bagi pengolahan air bersih PDAM Tirta Benteng (TB), yang dipasok untuk Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), dan PT Beer Bintang," katanya, di Pamulang, Senin (25/2/2019) sore.
Dijelaskan dia, pengelolaan yang buruk dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangsel, terhadap TPA Cipeucang, diduga menjadi penyebab longsornya sampah.
"Jika memang tidak sanggup melakukan pengelolaan TPA Cipeucang yang ada, lebih baik ditutup saja. Karena sudah banyak merugikan lingkungan sekitar, melakukan pencemaran air dan lainnya," ungkapnya.
Tidak hanya komunitas pecinta alam Yapelh Indonesia saja yang mengecam pencemaran sampah TPA Cipeucang ke Sungai Cisadane, tetapi juga sejumlah perwakilan pegiat lingkungan hidup lainnya.
Perwakilan aktivis itu dari Bank Sampah Sungai Cisadane, Cisadane Ranger Patrol, Suci Daya, Pendaki Indonesia Korwil Tangerang, Komunitas Pendaki Indonesia Korwil Jakarta Raya, Komunitas Pendaki Gunung Indonesia Korwil Jabodetabek, dan Komunitas Pendaki Indonesia Medan.
"Harusnya Pemkot Tangsel menutup TPA Cipeucang, sejak 6 tahun yang lalu, karena sistem pengolahan sampahnya masih menggunakan sistem open dumping yang sudah tidak diperbolehkan lagi dalam Undang-Undang (UU) No18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah," ungkapnya.
Pada peringatan Hari Sampah Nasional 2019, sejumlah aktivis lingkungan itu juga menggelar aksi unjuk rasa. Mereka membentangkan spanduk protes di TPA Cipeucang, dan mendirikan tenda camping.
Koordinator Komunitas Pendaki Gunung Indonesia Korwil Jabodetabek Fale Wali menambahkan, penanganan sampah di TPA Cieupecang oleh DLH Tangsel buruk.
"Kami mendesak pihak Pemkot Tangsel, dan Pemerintah Provinsi Banten untuk segera mencarikan solusi terhadap TPA Cipeucang, agar jangan sampai kejadian yang pernah terjadi pada 14 tahun silam di TPA Lewuigajah terulang," sambungnya.
Tidak hanya mencemari lingkungan, akibat pengelolaan yang buruk, gas metan di TPA Lewuigajah meledak di gunungan sampah. Ratusan orang pemulung dan pengais samah meninggal dalam tragedi tersebut. Bahkan, ada dua kampung hilang akibat dari letusan gunung sampah yang ada saat itu.
"Selain memang kondisinya sudah tidak ramah lingkungan, kondisi TPA Cipeucang juga sangat memprihatinkan. Pada 2018 lalu, tim Investigasi Yapelh Indonesia menemukan gunung sampah masih dikelilingi pepohonan. Namun, kini pohon itu sudah habis terbawa arus sungai," jelasnya.
Sementara itu, Direktur PDAM Tirta Benteng (TB) Sumarya mengatakan, pihaknya sangat prihatin terhadap pencemaran Sungai Cisadane. Apalagi, sungai tersebut sumber utama air baku pengelolaan air bersih.
Meski demikian, terkait pencemaran Sungai Cisadane akibat sampah TPA Cipeucang, dirinya mengaku masih belum berdampak pada pasokan air bersih. Hingga saat ini, pasokan air baku PDAM TB masih aman.
"Belum ada dampak. Apa karena jauh. Biasanya saya coba antisipasi saja bang, di unit instalasi. Tadinya di penanggulangan sampah, persiapan personel pengangkut sampah di intake," pungkas Sumarya.
(mhd)