Pelajar di Jakbar Terindikasi Jadi Geng Motor Sadis
A
A
A
JAKARTA - Belasan pelajar di Jakarta Barat menjadi berandalan dan berbuat sejumlah aksi kriminal. Bahkan, belasan pelajar itu menjadi geng motor yang merampas kendaraan roda dua milik korbannya secara sadis, hingga membunuhnya.
Aksi itu terbongkar usai Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat membekuk 14 orang pelaku, enam di antaranya pelajar . Semua pelaku diamankan dari sejumlah tempat di kawasan Kembangan, Jakarta Barat.
"Setiap minggu dan menjelang libur mereka berkumpul, keliling jalanan Jakarta. Melakukan tawuran sampai adanya korban," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Edi Suranta Sitepu di Mapolres Jakbar, Rabu (13/2/2019).
Sebelumnya kelompok tak dikenal merampas motor yang dikendarai Ahmad Al Fandri (23), di Jalan Tubagus Angke arah Pesing, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Selasa 5 Februari 2019 dini hari. Fandri tewas setelah dicelurit para pelaku yang merapas sepeda motornya.
Edi melanjutkan, usai kejadian itu, pihaknya langsung memeriksa sejumlah saksi dan olah tempat kejadian perkara (TKP). Barulah sepekan kemudian, 14 pelaku, di antaranya, delapan remaja, yakni, Feri Syahputra, Ahmad Reza, Wiratama, Aditya Syah alias Jawa, Sugi, Warno alias Gembel, Baikal, dan Ahmad Reza ditangkap. Serta enam anak bawah umur, In, En, AS, FT, Ja, dan MR dibekuk tanpa ampun di beberapa tempat terpisah. "Mereka berasal dari delapan kelompok geng terpisah," kata Edi.
Hingga kini, polisi masih melakukan pemeriksaan demi memburu tiga pelaku lainnya, yakni Ma, Ak, dan Ki yang kini masuk daftar pencarian orang (DPO).
Edi melanjutkan sebelum melakukan konvoi dan menyerang sejumlah pengendara. Para pelaku lebih dulu kumpul di kawasan Basmol, Kembangan, Jakarta Barat. Mereka kemudian meminum minuman alkohol dan menkonsumsi tramdol.
Hal ini membuat mereka lebih berani. Aksi menantang kerap dilakukan para pelaku dengan mengajak sejumlah kelompok lain untuk tawuran hingga jatuh korban jiwa. Bila korban belum jatuh, kelompok tidak akan pulang. "Mereka selalu live melalui medsos seperti Instagram," kata Edi.
Dengan dokumentasi itu, para pelaku kemudian menjadi naik tingkat. Mereka akan dikenang sejumlah teman temannya sesama kelompok geng motor. Bahkan ketika ada yang keluar penjara, mereka akan menjadi 'tank' atau panglima perang.
Hasil tes urine yang dilakukan polisi, Edi mengungkapkan beberapa pelaku diketahui positif canabies sativa atau ganja.
Sementara itu, Kanit Krimum Polres Metro Jakarta Barat, AKP Rulian Syauri menambahkan, fenomena geng motor ini bukanlah hal yang baru. Bahkan, dia tak menampik indikasi pelajar terlibat dalam kelompok ini.
Bermodal menongkrong dan berkonvoi di salah satu tempat, para pelaku kemudian merekrut sejumlah orang. Mereka kemudian diajak bergabung hingga akhirnya tertarik.
"Awalnya diajak konvoi, terus dijadikan admin medsos. Setelah itu barulah menjadi mereka direkrut menjadi anggota. Ketika berani membunuh atau melukai korbannya. Maka mereka naik kelas," kata Rulian.
Polisi sendiri, kata Rulian, berhasil mengungkap kasus ini setelah berkoordinasi dengan sejumlah alumni geng yang bertobat. Disitulah terungkap, para pelaku geng ini memiliki solidaritas nyeleneh. Salah satunya saling dukung melakukan perampokan dan melukai korbannya. "Pada dasarnya mereka hanya menusukkan siapapun orang yang ada di jalan," tuturnya.
Salah satu saksi mata kejadia, Dandy Rayhan mengakui bila dirinya tak saling kenal. Ia mengakui bila tak memiliki musuh baik perorangan maupun kelompok. "Saya ini kerja bang. Niat jalan malam buat cari makan," kata Dandy.
Atas perbuatannya, 12 pelaku ini terancam hukuman penjara 15 tahun lantaran dianggap melanggar Pasal 365 dan 170 KUHP tentang Pencurian dengan Kekerasan dan mengeroyok orang hingga menyebabkan meninggal dunia.
Aksi itu terbongkar usai Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat membekuk 14 orang pelaku, enam di antaranya pelajar . Semua pelaku diamankan dari sejumlah tempat di kawasan Kembangan, Jakarta Barat.
"Setiap minggu dan menjelang libur mereka berkumpul, keliling jalanan Jakarta. Melakukan tawuran sampai adanya korban," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Edi Suranta Sitepu di Mapolres Jakbar, Rabu (13/2/2019).
Sebelumnya kelompok tak dikenal merampas motor yang dikendarai Ahmad Al Fandri (23), di Jalan Tubagus Angke arah Pesing, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Selasa 5 Februari 2019 dini hari. Fandri tewas setelah dicelurit para pelaku yang merapas sepeda motornya.
Edi melanjutkan, usai kejadian itu, pihaknya langsung memeriksa sejumlah saksi dan olah tempat kejadian perkara (TKP). Barulah sepekan kemudian, 14 pelaku, di antaranya, delapan remaja, yakni, Feri Syahputra, Ahmad Reza, Wiratama, Aditya Syah alias Jawa, Sugi, Warno alias Gembel, Baikal, dan Ahmad Reza ditangkap. Serta enam anak bawah umur, In, En, AS, FT, Ja, dan MR dibekuk tanpa ampun di beberapa tempat terpisah. "Mereka berasal dari delapan kelompok geng terpisah," kata Edi.
Hingga kini, polisi masih melakukan pemeriksaan demi memburu tiga pelaku lainnya, yakni Ma, Ak, dan Ki yang kini masuk daftar pencarian orang (DPO).
Edi melanjutkan sebelum melakukan konvoi dan menyerang sejumlah pengendara. Para pelaku lebih dulu kumpul di kawasan Basmol, Kembangan, Jakarta Barat. Mereka kemudian meminum minuman alkohol dan menkonsumsi tramdol.
Hal ini membuat mereka lebih berani. Aksi menantang kerap dilakukan para pelaku dengan mengajak sejumlah kelompok lain untuk tawuran hingga jatuh korban jiwa. Bila korban belum jatuh, kelompok tidak akan pulang. "Mereka selalu live melalui medsos seperti Instagram," kata Edi.
Dengan dokumentasi itu, para pelaku kemudian menjadi naik tingkat. Mereka akan dikenang sejumlah teman temannya sesama kelompok geng motor. Bahkan ketika ada yang keluar penjara, mereka akan menjadi 'tank' atau panglima perang.
Hasil tes urine yang dilakukan polisi, Edi mengungkapkan beberapa pelaku diketahui positif canabies sativa atau ganja.
Sementara itu, Kanit Krimum Polres Metro Jakarta Barat, AKP Rulian Syauri menambahkan, fenomena geng motor ini bukanlah hal yang baru. Bahkan, dia tak menampik indikasi pelajar terlibat dalam kelompok ini.
Bermodal menongkrong dan berkonvoi di salah satu tempat, para pelaku kemudian merekrut sejumlah orang. Mereka kemudian diajak bergabung hingga akhirnya tertarik.
"Awalnya diajak konvoi, terus dijadikan admin medsos. Setelah itu barulah menjadi mereka direkrut menjadi anggota. Ketika berani membunuh atau melukai korbannya. Maka mereka naik kelas," kata Rulian.
Polisi sendiri, kata Rulian, berhasil mengungkap kasus ini setelah berkoordinasi dengan sejumlah alumni geng yang bertobat. Disitulah terungkap, para pelaku geng ini memiliki solidaritas nyeleneh. Salah satunya saling dukung melakukan perampokan dan melukai korbannya. "Pada dasarnya mereka hanya menusukkan siapapun orang yang ada di jalan," tuturnya.
Salah satu saksi mata kejadia, Dandy Rayhan mengakui bila dirinya tak saling kenal. Ia mengakui bila tak memiliki musuh baik perorangan maupun kelompok. "Saya ini kerja bang. Niat jalan malam buat cari makan," kata Dandy.
Atas perbuatannya, 12 pelaku ini terancam hukuman penjara 15 tahun lantaran dianggap melanggar Pasal 365 dan 170 KUHP tentang Pencurian dengan Kekerasan dan mengeroyok orang hingga menyebabkan meninggal dunia.
(mhd)