Uji Coba PLTSa Sumur Batu, 2020 Ditargetkan Produksi 9 MW Listrik
A
A
A
BEKASI - Pemkot Bekasi melakukan uji coba pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu selama 24 jam. PT NW Abadi menargetkan bisa memproduksi listrik hingga 9 mega watt pada tahun 2020 dari pembakaran sampah di TPA Sumur Batu.
Presiden Direktur PT NW Abadi Tenno Sujarwanto mengatakan, PLTSa hanya dioperasikan selama 24 jam karena keterbatasan jaringan atau daya tampung dari listrik yang dihasilkan. Sebab perusahaannya belum menjalin kontrak jual-beli listrik dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau Power Purchase Agreement (PPA).
Karena itu, mesin PLTSa yang mampu menghasilkan listrik hingga 1,5 Megawatt (MW) ini, sementara hanya digunakan untuk operasional kantor itu sendiri.
"Listrik ini harus disalurkan ke rumah atau disalurkan ke suatu tempat, nah ini tidak ada tempat penyaluran, sehingga kita salurkan ke pompa dan lain-lain yang hanya memakan daya listrik 0,25 MW," katanya kepada wartawan di lokasi, Rabu (6/2/2019). (Baca: Pemkot Bekasi Uji Coba Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di TPA Sumur Batu )
Tenno mengklaim, proses pembakaran sampah juga melebihi target yang dipatok pemerintah. Pembakaran sampah yang menggunakan sistem Circulating Heat Combustion Boiler (CHCB) ini ditargetkan membakar sampah sebanyak 2,3 ton per jam, namun fakta di lapangan justru mencapai 3,3 ton per jam.
Atas uji coba ini, Tenno menginginkan agar Wali Kota Bekasi mengeluarkan usulan kepada Menteri ESDM untuk memberikan penugasan pembelian listrik PLTSa oleh PT PLN (Persero). Aturan ini mengacu pada Pasal 10 di Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
Dia menargetkan, pada 2020 mendatang setidaknya listrik yang bisa dihasilkan mencapai 9 MW. Bahkan berdasarkan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara lembaganya dengan pemerintah daerah, listrik yang dihasilkan nanti mencapai 34,6 MW. (Baca juga: Pemkot Bekasi Terima Bantuan Lima Truk Sampah dari DKI )
"Untuk nilai investasi sekitar Rp2 triliun dengan rincian 5,2 juta USD per 1 MW, sedangkan yang akan kita bangun nanti 34,6 MW. Nilai investasi ini lebih rendah dibanding negara lain yang bisa menembus sampai 10 juta USD per 1 MW," ungkapnya.
Tenno menambahkan, teknologi CHCB sangat ramah lingkungan karena sampah yang dibakar dengan paduan air mencapai 1.200 derajat lebih ini akan menghasilkan uap yang mampu menggerakan turbin generator. Gerakan dari turbin itulah yang mampu menghasilkan listrik. "Dengan suhu melebihi 1.200 derajat celcius, maka gas dioksin sisa pembakaran sampah secara otomatis akan menghilang," tukasnya.
Presiden Direktur PT NW Abadi Tenno Sujarwanto mengatakan, PLTSa hanya dioperasikan selama 24 jam karena keterbatasan jaringan atau daya tampung dari listrik yang dihasilkan. Sebab perusahaannya belum menjalin kontrak jual-beli listrik dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau Power Purchase Agreement (PPA).
Karena itu, mesin PLTSa yang mampu menghasilkan listrik hingga 1,5 Megawatt (MW) ini, sementara hanya digunakan untuk operasional kantor itu sendiri.
"Listrik ini harus disalurkan ke rumah atau disalurkan ke suatu tempat, nah ini tidak ada tempat penyaluran, sehingga kita salurkan ke pompa dan lain-lain yang hanya memakan daya listrik 0,25 MW," katanya kepada wartawan di lokasi, Rabu (6/2/2019). (Baca: Pemkot Bekasi Uji Coba Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di TPA Sumur Batu )
Tenno mengklaim, proses pembakaran sampah juga melebihi target yang dipatok pemerintah. Pembakaran sampah yang menggunakan sistem Circulating Heat Combustion Boiler (CHCB) ini ditargetkan membakar sampah sebanyak 2,3 ton per jam, namun fakta di lapangan justru mencapai 3,3 ton per jam.
Atas uji coba ini, Tenno menginginkan agar Wali Kota Bekasi mengeluarkan usulan kepada Menteri ESDM untuk memberikan penugasan pembelian listrik PLTSa oleh PT PLN (Persero). Aturan ini mengacu pada Pasal 10 di Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
Dia menargetkan, pada 2020 mendatang setidaknya listrik yang bisa dihasilkan mencapai 9 MW. Bahkan berdasarkan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara lembaganya dengan pemerintah daerah, listrik yang dihasilkan nanti mencapai 34,6 MW. (Baca juga: Pemkot Bekasi Terima Bantuan Lima Truk Sampah dari DKI )
"Untuk nilai investasi sekitar Rp2 triliun dengan rincian 5,2 juta USD per 1 MW, sedangkan yang akan kita bangun nanti 34,6 MW. Nilai investasi ini lebih rendah dibanding negara lain yang bisa menembus sampai 10 juta USD per 1 MW," ungkapnya.
Tenno menambahkan, teknologi CHCB sangat ramah lingkungan karena sampah yang dibakar dengan paduan air mencapai 1.200 derajat lebih ini akan menghasilkan uap yang mampu menggerakan turbin generator. Gerakan dari turbin itulah yang mampu menghasilkan listrik. "Dengan suhu melebihi 1.200 derajat celcius, maka gas dioksin sisa pembakaran sampah secara otomatis akan menghilang," tukasnya.
(ysw)