Kadinkes DKI: Selama 2018 Ada 2.947 Kasus DBD di Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) DKI Jakarta Widyastuti menjelaskan, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di DKI Jakarta dari Januari hingga 31 Desember 2018 tercatat 2.947 kasus DBD (Incidence Rate/IR = 28,15/100.000 penduduk) dengan dua kematian (Case Fatality Rate/CFR= 0,07 persen).
Pada 2018 diketahui wilayah yang memiliki IR tertinggi di Jakarta adalah Kepulauan Seribu, yakni 41,4/100.000 penduduk, disusul Jakarta Barat sebesar 37,0/100.000 penduduk. Pada tahun 2017 dilaporkan 3.362 kasus dengan IR sebesar 32,41/100.000 penduduk dan 1 (satu) kematian (CFR= 0,03 persen).
Kemudian pada tahun 2016 tercatat 20.432 dengan dengan IR 198,80/100.000 penduduk dan 14 kematian (CFR= 0,07 persen).
"Berdasarkan sistem surveilans berbasis web milik Dinkes Provinsi DKI Jakarta, untuk awal tahun 2019, di bulan Januari ini telah tercatat sebanyak 111 kasus DBD (IR = 1/100.000 penduduk)," kata Widyastuti kepada wartawan, Minggu (20/1/2019).
Namun, tidak terdapat adanya kematian dari kasus tersebut. Untuk diketahui pula, berdasarkan prediksi probabilitas kesesuaian kelembaban udara (Relative Humidity atau RH) 2019, jika semakin tinggi probabilitas (>75 persen), maka semakin tinggi kemungkinan RH mendukung pertumbuhan nyamuk Aedes Aegypti.
Adapun prediksi probabilitas kesesuaian kelembaban udara pada lima wilayah DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
Januari 2019:
1. Jakarta Barat: 77 %
2. Jakarta Selatan: 76%
3. Jakarta Timur: 77%
4. Jakarta Pusat: 74%
5. Jakarta Utara: 73%
Februari 2019:
1. Jakarta Timur: 81 %
2. Jakarta Selatan: 80%
3. Jakarta Barat: 79%
4. Jakarta Pusat: 77%
5. Jakarta Utara: 77%
Maret 2019:
1. Jakarta Timur: 81 %
2. Jakarta Selatan: 80%
3. Jakarta Barat: 79%
4. Jakarta Pusat: 77%
5. Jakarta Utara: 77%
Dari data tersebut, Prediksi Angka Insidensi DBD bulan Januari yang masuk dalam kategori waspada terdapat di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
"Selanjutnya pada bulan Februari dan Maret 2019, seluruh wilayah DKI Jakarta masuk dalam kategori waspada," tutupnya.
Pada 2018 diketahui wilayah yang memiliki IR tertinggi di Jakarta adalah Kepulauan Seribu, yakni 41,4/100.000 penduduk, disusul Jakarta Barat sebesar 37,0/100.000 penduduk. Pada tahun 2017 dilaporkan 3.362 kasus dengan IR sebesar 32,41/100.000 penduduk dan 1 (satu) kematian (CFR= 0,03 persen).
Kemudian pada tahun 2016 tercatat 20.432 dengan dengan IR 198,80/100.000 penduduk dan 14 kematian (CFR= 0,07 persen).
"Berdasarkan sistem surveilans berbasis web milik Dinkes Provinsi DKI Jakarta, untuk awal tahun 2019, di bulan Januari ini telah tercatat sebanyak 111 kasus DBD (IR = 1/100.000 penduduk)," kata Widyastuti kepada wartawan, Minggu (20/1/2019).
Namun, tidak terdapat adanya kematian dari kasus tersebut. Untuk diketahui pula, berdasarkan prediksi probabilitas kesesuaian kelembaban udara (Relative Humidity atau RH) 2019, jika semakin tinggi probabilitas (>75 persen), maka semakin tinggi kemungkinan RH mendukung pertumbuhan nyamuk Aedes Aegypti.
Adapun prediksi probabilitas kesesuaian kelembaban udara pada lima wilayah DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
Januari 2019:
1. Jakarta Barat: 77 %
2. Jakarta Selatan: 76%
3. Jakarta Timur: 77%
4. Jakarta Pusat: 74%
5. Jakarta Utara: 73%
Februari 2019:
1. Jakarta Timur: 81 %
2. Jakarta Selatan: 80%
3. Jakarta Barat: 79%
4. Jakarta Pusat: 77%
5. Jakarta Utara: 77%
Maret 2019:
1. Jakarta Timur: 81 %
2. Jakarta Selatan: 80%
3. Jakarta Barat: 79%
4. Jakarta Pusat: 77%
5. Jakarta Utara: 77%
Dari data tersebut, Prediksi Angka Insidensi DBD bulan Januari yang masuk dalam kategori waspada terdapat di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
"Selanjutnya pada bulan Februari dan Maret 2019, seluruh wilayah DKI Jakarta masuk dalam kategori waspada," tutupnya.
(nag)