Mengkhawatirkan, Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bekasi Meningkat

Minggu, 18 November 2018 - 22:39 WIB
Mengkhawatirkan, Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bekasi Meningkat
Mengkhawatirkan, Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bekasi Meningkat
A A A
BEKASI - Jumlah penderita penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Bekasi tahun mengalami peningkatan sebesar 13,7 persen dibanding 2017 lalu. Angka ini berpotensi bertambah mengingat tahun ini masih menyisakan satu bulan lebih kalender berjalan.

"Angka penderita HIV di Bekasi sangat mengkhawatirkan, apalagi di Jawa Barat paling terbanyak ketiga penderitanya," ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Alamsyah.

Pada 2017 lalu jumlah penderita HIV/AIDS di wilayah setempat mencapai 1.363 kasus. Saat ini jumlahnya naik 13,7 persen menjadi 1.551 kasus. "Untuk tahun ini ada 1.551 kasus yang terdiri atas 884 laki-laki dan 667 perempuan yang terinfeksi virus HIV/AIDS," katanya.

Penderita HIV/AIDS tidak hanya terjadi di kalangan orang dewasa, namun merambah hingga ke balita. Mereka terkena penyakit yang menyerang daya tahan tubuh ini saat masih berada di kandungan si ibu dengan kategori Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

Sehingga, kata dia, saat lahir si anak otomatis terkena virus HIV/AIDS melalui tali pusar ketika berada di dalam kandungan ibunya. Saat ini, penularan virus HIV/AIDS paling banyak melalui hubungan seks yang tidak aman atau kerap berganta-ganti pasangan. Apalagi mereka tidak menggunakan alat pengaman seperti kondom, sehingga virus dengan cepat menular melalui cairan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Sri Eny menambahkan, sebelumnya kaum ibu rumah tangga dianggap sebagai kelompok yang tidak rentan terhadap penularan virus tersebut. Akan tetapi hal ini justru berangsur berubah. Ibu rumah tangga menjadi kelompok yang rentan terkena penyebaran virus, bila sang suami kerap 'jajan' seks di luar.

Terlebih pelampiasan hasrat seks itu tidak dilengkapi alat kontrasepsi seperti kondom. Hal ini dibuktikan penyandang ODHA di kalangan perempuan didominasi dengan usia yang produktif 24-35 tahun. Kaum perempuan yang mayoritas ibu rumah tangga itu terpapar virus HIV karena tertular oleh pasangannya.

Sejauh ini, kata dia, pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya dalam menangani kasus tersebut. Di antaranya dengan melakukan pemeriksaan dini secara berkala di kalangan para pekerja seks komersial (PSK).

Bahkan pihaknya melakukan penyuluhan secara langsung kepada masyarakat untuk menghindari perilaku seks bebas dan penggunaan narkoba guna menekan jumlah penderita virus ini. "Kita juga menggandeng lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan untuk membantu mengatasi persoalan ini," jelasnya.

Penderita AIDS cenderung memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan penderita HIV. Sebab mereka biasanya sudah terkena infeksi oportunistik. Kondisi ini membuat penderita mulai terserang berbagai penyakit, seperti Tubercolucis (TBC), jamur di mulut dan sebagainya. “Penyakit ini timbul karena melemahnya kekebalan tubuh akibat terserang virus AIDS,” jelasnya.

Meski penderita HIV lebih rendah risiko terhadap kasus kematian, namun penyakit ini tidak bisa dianggap sepele. Sebab selama hidupnya penderita diwajibkan mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) guna menekan penyebaran virus di tubuhnya. Hingga kini, sudah ada 15 Puskesmas yang dapat melayani pemeriksaan virus HIV ini.

Misalnya, Puskesmas Kecamatan Kedungwaringin, Cikarang Utara, Setu, Tarumajaya, Sukatani, Tambun Selatan, dan Muara Gembong. "Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bekasi di Cibitung kami juga melayani pasien yang terkena HIV/AIDS. Bagi masyarakat yang khawatir dengan penularan virus ini bisa melakukan pemeriksaan secara dini," tukasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5569 seconds (0.1#10.140)