Bahas Potensi Bencana, Pemkot Bogor Kumpulkan Para Ahli
A
A
A
BOGOR - Peristiwa gempa Palu dan Lombok yang kemudian memicu munculnya kabar Gunung Salak kembali aktif di Bogor turut mempengaruhi dinamika kehidupan masyarakat. Pemkot Bogor sendiri langsung mengumpulkan para ahli untuk membahas potensi bencana akibat letusan Gunung Salak.
"Selain itu, saya juga sengaja dalam kesempatan ini mengumpul para kepala Satuan Kerja Perangkat Dinas, Lurah dan Camat, sehingga diharapkan mulai tercipta kepedulian bersama dalam mempersiapkan Bogor yang tangguh bencana," kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Rabu (7/11/2018).
Dalam kesempatan itu, Kepala Pusat Studi Bencana IPB, Dr Yonvitner menyampaikan ada beberapa point penting yang disampaikan terkait potensi dan penanggulangan bencana ke depan di Bogor ini. Baik memperdalam kajian tentang potensi terbesar maupun bencana paling sering terjadi seperti banjir, angin dan longsor.
"Selanjutnya tetap merancang sebuah skenario besar dalam antisipasi bencana gunung dari Gunung Salak yang potensial berisiko. Namun hal lainnya yang perlu didorong adalah menjadikan Kota Bogor sebagai platform dunia sebagai kota yang berkontribusi dalam penjaga iklim global dengan keberadaan Kebun Raya Bogor," ujarnya.
Menurutnya, potensi bencana rutin yang terjadi setiap tahun di Bogor adalah angin kencang, longsor dan pergeseran tanah. "Untuk itu perlu sebuah skema adaptasi yang memadai dalam kebencanaan ini," ujarnya.
Selain itu, menurutnya BMKG juga sering menyampaikan bahwa Bogor termasuk kawasan yang kondisi iklimnya sulit diprediksi. "Paling banyak terjadi peningkatan curah hujan secara tiba-tiba dan kadang sering terjadi penurunan air juga secara tiba-tiba," ungkapnya.
Kondisi ini juga, menurutnya sangat erat kaitannya dengan keberadaan Kebun Raya Bogor yang berfungsi sebagai pengendali iklim. "Terkait Gunung Salak, Badan Vulkanologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), secara umum kondisi Gunung Salak masih dalam keadaan normal, belum terlihat adanya peningkatan aktivitas.
"Namun segala sesuatu tetap harus diwaspadai, agar kita tetap dalam kondisi siaga. Selanjutnya perlu upaya memperkuat kelengkapan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar dapat bertindak cepat dan aktif dalam penanggulangan bencana," jelasnya.
Sebelumnya, Sekretaris BPBD Kabupaten Bogor Budi Pranowo mengimbau kepada masyarakat yang tinggal dekat bantaran sungai dan dataran tinggi, khususnya lereng-lereng bukit agar waspada saat memasuki musim penghujan ini.
"Kami himbau masyarakat untuk tetap siap siaga dalam menghadapi peralhan musim atau pancaroba ini, karena berpotensi terjadinya hujan ekstrim yakni hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai petir dan angin kencang," jelasnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga telah mempersiapkan seluruh jajaran personilnya untuk siaga di beberapa titik yang memang sudah terpetakan rawan bencana longsor maupun banjir.
"Kami saat ini sudah dalam keadaan siap siaga bencana, karena cuaca ekstrem sebagaimana prediksi Stasiun Klimatologi BMKG Bogor akan terus terjadi hingga tiga bulan kedepan," jelasnya.
Menurutnya, potensi bencana di wilayah Kabupaten Bogor yang paling besar yakni longsor. Hujan dengan intensitas tinggi berpeluang terjadinya pergeseran tanah dan menyebabkan longsor.
"Kami sudah mengidentifikasi 15 kecamatan dengan potensi longsor yang cukup tinggi, diantaranya Kecamatan Sukaraja, Tamansari, Megamendung, Cisarua, Sukamakmur, dan Cariu," jelasnya.
"Selain itu, saya juga sengaja dalam kesempatan ini mengumpul para kepala Satuan Kerja Perangkat Dinas, Lurah dan Camat, sehingga diharapkan mulai tercipta kepedulian bersama dalam mempersiapkan Bogor yang tangguh bencana," kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Rabu (7/11/2018).
Dalam kesempatan itu, Kepala Pusat Studi Bencana IPB, Dr Yonvitner menyampaikan ada beberapa point penting yang disampaikan terkait potensi dan penanggulangan bencana ke depan di Bogor ini. Baik memperdalam kajian tentang potensi terbesar maupun bencana paling sering terjadi seperti banjir, angin dan longsor.
"Selanjutnya tetap merancang sebuah skenario besar dalam antisipasi bencana gunung dari Gunung Salak yang potensial berisiko. Namun hal lainnya yang perlu didorong adalah menjadikan Kota Bogor sebagai platform dunia sebagai kota yang berkontribusi dalam penjaga iklim global dengan keberadaan Kebun Raya Bogor," ujarnya.
Menurutnya, potensi bencana rutin yang terjadi setiap tahun di Bogor adalah angin kencang, longsor dan pergeseran tanah. "Untuk itu perlu sebuah skema adaptasi yang memadai dalam kebencanaan ini," ujarnya.
Selain itu, menurutnya BMKG juga sering menyampaikan bahwa Bogor termasuk kawasan yang kondisi iklimnya sulit diprediksi. "Paling banyak terjadi peningkatan curah hujan secara tiba-tiba dan kadang sering terjadi penurunan air juga secara tiba-tiba," ungkapnya.
Kondisi ini juga, menurutnya sangat erat kaitannya dengan keberadaan Kebun Raya Bogor yang berfungsi sebagai pengendali iklim. "Terkait Gunung Salak, Badan Vulkanologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), secara umum kondisi Gunung Salak masih dalam keadaan normal, belum terlihat adanya peningkatan aktivitas.
"Namun segala sesuatu tetap harus diwaspadai, agar kita tetap dalam kondisi siaga. Selanjutnya perlu upaya memperkuat kelengkapan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar dapat bertindak cepat dan aktif dalam penanggulangan bencana," jelasnya.
Sebelumnya, Sekretaris BPBD Kabupaten Bogor Budi Pranowo mengimbau kepada masyarakat yang tinggal dekat bantaran sungai dan dataran tinggi, khususnya lereng-lereng bukit agar waspada saat memasuki musim penghujan ini.
"Kami himbau masyarakat untuk tetap siap siaga dalam menghadapi peralhan musim atau pancaroba ini, karena berpotensi terjadinya hujan ekstrim yakni hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai petir dan angin kencang," jelasnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga telah mempersiapkan seluruh jajaran personilnya untuk siaga di beberapa titik yang memang sudah terpetakan rawan bencana longsor maupun banjir.
"Kami saat ini sudah dalam keadaan siap siaga bencana, karena cuaca ekstrem sebagaimana prediksi Stasiun Klimatologi BMKG Bogor akan terus terjadi hingga tiga bulan kedepan," jelasnya.
Menurutnya, potensi bencana di wilayah Kabupaten Bogor yang paling besar yakni longsor. Hujan dengan intensitas tinggi berpeluang terjadinya pergeseran tanah dan menyebabkan longsor.
"Kami sudah mengidentifikasi 15 kecamatan dengan potensi longsor yang cukup tinggi, diantaranya Kecamatan Sukaraja, Tamansari, Megamendung, Cisarua, Sukamakmur, dan Cariu," jelasnya.
(ysw)