Manfaat Terapi Hiperbarik Bagi Penyelam Pencari Korban Lion Air

Selasa, 06 November 2018 - 14:44 WIB
Manfaat Terapi Hiperbarik Bagi Penyelam Pencari Korban Lion Air
Manfaat Terapi Hiperbarik Bagi Penyelam Pencari Korban Lion Air
A A A
JAKARTA - Rumah Sakit (RS) Polri Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, membuka pelayanan terapi hiperbarik untuk mengantisipasi terjadinya dekompresi pada penyelam Polri. Terapi hiperbarik adalah terapi dengan memberikan oksigen murni 100% dalam ruangan bertekanan tinggi.

Hal itu disampaikan Kepala Ruangan Hiperbarik di RS Polri Said Sukanto, Suster Intan Sitorus. Kata dia, sebelum melakukan terapi itu, penyelam datang, kemudian dilakukan assesment meliputi identitas, riwayat medis, terkhusus riwayat penyelaman dan penerbangan terakhir kali.

"Setelah itu baru hasilnya dianalisis, apakah yang bersangkutan memenuhi syarat atau tidak. Terapi hiperbaraik prinsipnya adalah menghirup oksigen murni ya. Menghirup oksigen murni yang 100% berada di dalam ruangan yang bertekanan udara tinggi," kata Intan di ruang hiperbarik, RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (6/11/2018).

Dia mengatakan, pada minggu kemarin ada belasan penyelam Polri yang menjalani terapi hiperbarik. "Kemarin empat Polri dan satu relawan, hari ini ada lima. Jadi total ada 25 orang," ujar Intan.

Dia menerangkan, penyelam Polri yang ikut mencari jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, akan masuk ke dalam sebuah ruangan berbentuk tabung di Ruang Hiperbarik. Mereka lalu duduk dan memasang masker oksigen untuk diberikan oksigen 100%.

"Ada perawat di dalam. Harus ada yang mendampingi. Ini memberikan oksigen 100%. Racun-racun yang ada di dalam tubuh bisa dibersihkan. Menghirup oksigen, nanti akan kami pasang masker," tuturnya.

Dia menambahkan, proses terapi hiperbarik berlangsung selama 2 jam. Setengah jam pertama, istirahat 5 menit, setengah jam kedua istirahat 5 menit, setengah jam ketiga istirahat 5 menit, jadi berlangsung sekitar 2 jam. Masuknya 15 menit ke bawah permukaan, naik lagi 15 menit sehingga jadi 2 jam.

Sebelumnya, Penanggung Jawab Pelaksanaan Terapi Oksigen Hiperbarik RS Bhayangkara Polri Tingkat I Raden Said Sukanto AKBP Karjana menerangkan, terapi hiperbarik dilakukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan penyelaman dan kegiatan yang terkait dengan aktivitas di laut.

Terapi oksigen hiperbalik itu aplikasinya untuk penyelam bisa dilakukan sebelum dia menjalani penugasan penyelaman dan bisa dilakukan setelah beberapa kali penyelaman. Tujuannya pencegahan preventif gangguan penyakit dekompresi, yaitu penyakit diakibatkan dari kegiatan penyelaman tadi.

Ada standar prosedur operasional (SOP) dalam penyelamanan sehingga terhindar terkena dekompresi. Jadi seseorang penyelam harus melakukan beberapa tahapan-tahapan penyelaman, tidak boleh mendadak turun di kedalaman tertentu dalam waktu singkat.

Dia harus secara bertahap, seperti juga hendak ke permukaan laut itu harus dilakukan secara bertahap. Tujuannya mencegah penyakit dekompresi, bila tidak dilakukan secara bertahap atau dilanggar SOP itu akan muncul penyakit dekompresi.

Dia menerangkan, jika penyelam terlalu cepat turun atau naik, nitrogen akan mengikat atau terbentuk gas nitrogen di dalam darah. Itu mengakibatkan terjadi penyumbatan-penyumbatan pada pembuluh darah dan yang lebih fatal akan penyumbatan pada organ-organ dalam. Hal itu dapat mengakibatkan mati mendadak.

Tahapan terapi hiperbarik adalah pertama pasien (penyelam) datang, kemudian dilakukan assesment meliputi identitas, riwayat medis, terkhusus riwayat penyelaman dan penerbangan terakhir kali.

"Setelah itu kita lakukan pemeriksaan medis umum yang terkait kegiatan terapi oksigen hiperbarik meliputi pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan vital, pemeriksaan laboratorium sederhana, diikuti dengan pemeriksaan penunjang atau lebih penting pemeriksaan spesialis THT dan pemeriksaan radiologi yaitu, pemeriksaan foto tengkorak," tuturnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7814 seconds (0.1#10.140)