Mulai Dikerjakan, Flyover RE Martadinata Jadi Solusi Macet di Bogor
A
A
A
BOGOR - Pemkot Bogor memastikan proyek pembangunan flyoveryang menyeberangi perlintasan sebidang di Jalan RE Martadinata, Bogor Tengah, Kota Bogor selesai Desember tahun depan. Pasalnya, pekerjaan proyek infrastruktur salah satu solusi macet di pusat Kota Bogor itu sudah berlangsung sejak sepekan lalu dan saat ini memasuki tahap pelebaran jalan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Bogor, Chusnul Rozaqi mengatakan, proyek ini dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya, salah satu Badan Usaha Milik Negera (BUMN) menelan biaya Rp95 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Sudah mulai sejak Jumat, 26 Oktober 2018 lalu. Pengerjaan diawali dengan pelebaran pada ruas jalan RE Martadinata kanan dan kiri. Setelah itu dilanjutkan dengan pengerjaan pada bagian tengah," kata Chusnul pada Kamis, 1 November 2018.
Menurutnya pelebaran jalan tersebut sebagai upaya agar selama proses pekerjaan Jalan RE Martadinata menuju Cimanggu maupun Kebon Pedes tidak ditutup. "Jadi tujuannya untuk pengalihan arus lalu lintas kendaraan selama proses pekerjaan. Sehingga kita tidak ada penutupan jalan sebagaimana permintaan masyarakat," jelasnya.
Terkait pembebasan lahan tambahan, Chusnul mengemukakan, sejauh ini pihaknya masih belum menyelesaikan satu bidang tanah lagi. "Sekarang masih diproses di Badan Pertanahan Nasional (BPN)," terangnya.
Chusnul juga memastika telah berkordinasi dengan pihak terkait dalam rekayasa lalu lintas, baik dari Dinas Perhubungan maupun Satuan Lalu Lintas Polresta Bogor Kota. "Sehingga satu sama lainnya tidak saling terganggu. Kita pastikan kegiatan ini akan selesai Desember 2019 mendatang," ujarnya.
Sementara itu, untuk menghindari kemacetan parah, selama pekerjaan flyover, Dishub Kota Bogor telah menyiapkan sejumlah jalur alternatif, khususnya untuk angkutan kota (angkot) yang melinyasi Jalan RE Martadinata.
"Ada dua trayek angkot yang terdampak yakni trayek 07 (Pasar Anyar - Pondok Rumput) dan 12 (Cimanggu - Pasar Anyar)," tutur Kepala Bidang Angkutan, Dishub Kota Bogor, Jimmi Hutapea. Pihaknya sudah menyosialisasikan kepada sopir angkot selama pekerjaan proyek flyover ini akan ada rekayasa lalu lintas.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Bogor Theofilo Patrocinio menambahkan, sejak jauh-jauh hari pihaknya sudah melakukan persiapan rekayasa lalu lintas di Jalan RE Martadinata. "Khususnya saat jam-jam sibuk di pagi dan sore hari," katanya.
Rekayasa lalu lintas ini akan dilakukan pagi hari dari pukul 06.00-08.00 WIB, dan sore dari pukul 17.00-19.00 WIB. Pihaknya akan ditempatkan petugas pada jam-jam tertentu. "Ini semua tujuannya untuk menghindari konflik lalu lintas," katanya.
Theo mengatakan kondisi lalu lintas di Jalan RE Martadinata sudah semakin padat dan kerap terjadi kemacetan. "Ada beberapa faktor penyebab kepadatan tersebut, di antaranya selain volume kendaraan yang melintasi jalur tersebut cukup tinggi, dibarengi juga dengan pegerakan kereta yang hampir setiap dua menit sekali, bahkan prilaku pengendara juga menjadi biang kemacetan parah di sekitar Air Mancur, Jalan RE Martadinata-Kebon Pedes hingga Cimanggu," ucapnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Bogor, Chusnul Rozaqi mengatakan, proyek ini dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya, salah satu Badan Usaha Milik Negera (BUMN) menelan biaya Rp95 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Sudah mulai sejak Jumat, 26 Oktober 2018 lalu. Pengerjaan diawali dengan pelebaran pada ruas jalan RE Martadinata kanan dan kiri. Setelah itu dilanjutkan dengan pengerjaan pada bagian tengah," kata Chusnul pada Kamis, 1 November 2018.
Menurutnya pelebaran jalan tersebut sebagai upaya agar selama proses pekerjaan Jalan RE Martadinata menuju Cimanggu maupun Kebon Pedes tidak ditutup. "Jadi tujuannya untuk pengalihan arus lalu lintas kendaraan selama proses pekerjaan. Sehingga kita tidak ada penutupan jalan sebagaimana permintaan masyarakat," jelasnya.
Terkait pembebasan lahan tambahan, Chusnul mengemukakan, sejauh ini pihaknya masih belum menyelesaikan satu bidang tanah lagi. "Sekarang masih diproses di Badan Pertanahan Nasional (BPN)," terangnya.
Chusnul juga memastika telah berkordinasi dengan pihak terkait dalam rekayasa lalu lintas, baik dari Dinas Perhubungan maupun Satuan Lalu Lintas Polresta Bogor Kota. "Sehingga satu sama lainnya tidak saling terganggu. Kita pastikan kegiatan ini akan selesai Desember 2019 mendatang," ujarnya.
Sementara itu, untuk menghindari kemacetan parah, selama pekerjaan flyover, Dishub Kota Bogor telah menyiapkan sejumlah jalur alternatif, khususnya untuk angkutan kota (angkot) yang melinyasi Jalan RE Martadinata.
"Ada dua trayek angkot yang terdampak yakni trayek 07 (Pasar Anyar - Pondok Rumput) dan 12 (Cimanggu - Pasar Anyar)," tutur Kepala Bidang Angkutan, Dishub Kota Bogor, Jimmi Hutapea. Pihaknya sudah menyosialisasikan kepada sopir angkot selama pekerjaan proyek flyover ini akan ada rekayasa lalu lintas.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Bogor Theofilo Patrocinio menambahkan, sejak jauh-jauh hari pihaknya sudah melakukan persiapan rekayasa lalu lintas di Jalan RE Martadinata. "Khususnya saat jam-jam sibuk di pagi dan sore hari," katanya.
Rekayasa lalu lintas ini akan dilakukan pagi hari dari pukul 06.00-08.00 WIB, dan sore dari pukul 17.00-19.00 WIB. Pihaknya akan ditempatkan petugas pada jam-jam tertentu. "Ini semua tujuannya untuk menghindari konflik lalu lintas," katanya.
Theo mengatakan kondisi lalu lintas di Jalan RE Martadinata sudah semakin padat dan kerap terjadi kemacetan. "Ada beberapa faktor penyebab kepadatan tersebut, di antaranya selain volume kendaraan yang melintasi jalur tersebut cukup tinggi, dibarengi juga dengan pegerakan kereta yang hampir setiap dua menit sekali, bahkan prilaku pengendara juga menjadi biang kemacetan parah di sekitar Air Mancur, Jalan RE Martadinata-Kebon Pedes hingga Cimanggu," ucapnya.
(whb)