Pesan Terakhir Jaksa Korban Lion Air: Besok Saya Pergi
A
A
A
JAKARTA - Sore itu, Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Pangkalpinang Dodi Junaidi, masih bicara dengannya. Wajahnya pucat, tidak berseri.Dia juga sempat memetik dan memakan buah jamblang, bersama Firdaus, tetangga yang kerap membantu urusan rumah tangganya.Seperti biasa, suasana sangat cair diiringi canda dan tawa. Dodi memang sangat akrab dengan tetangganya ini. Namun, ada yang berbeda pada Dodi saat itu. Dia terlihat berpangku tangan di pagar tembok rumahnya. Tatapannya pun kosong, hingga akhirnya ditegur Firdaus."Besok saya pergi," terang Dodi, seperti diceritakan Firdaus, kepada SINDOnews di teras depan rumah korban Jalan H Sidup, RT 004/03, No 48, Rempoa, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, pada Selasa (30/10/2018) sore.
Pria yang akrab disapa Japir ini mengaku, pesan itu sebagai tanda. Karena ada penekanan pada kata perginya. Namun, dia tidak bisa membaca tanda ilahi itu. Karena, dipikirnya Dodi akan ke Pangkal Pinang.
"Minggu sore masih ketemu, masih sempat makan jamblang. Saat itu memang wajahnya sudah beda. Biasanya mukanya berseri, ini tidak, kayak orang pucat. Terus ngomongnya juga beda, saya mau pergi besok. Gua mau pergi," papar Firdaus lagi.
Hingga akhirnya, kabar mengejutkan datang sekira pukul 10.00 WIB. pesawat Lion Air JT-610 yang ditumpanginya dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
"Saat itu saya tidak berpikir untuk pergi selamanya. Eh, kejadian. Ketemu sore, jam 10 saya dapat kabar begitu. Pesawat Lion Air yang ditumpanginya jatuh, dan Dodi sudah tidak ada," jelas tetangga korban ini.
Semasa hidup, Dodi dikenal baik. Dia juga kerap membantu ekonomi Firdaus. Hubungan mereka juga sangat dekat, sudah seperti saudara, dan mereka tetanggaan. Kabar jatuhnya pesawat yang ditumpangi Dodi, membuat orang tuanya sangat cemas.
Sejak pesawat dinyatakan jatuh, sekira pukul 06.30 WIB, Muhamad Sidik, ayahanda Dodi langsung mencari informasi valid mengenai pemberitaan yang tersebar luas."Saya terus memantau perkembangan dari siaran langsung televisi. Saya juga menghubungi nomor telepon anak saya dan nadanya nyambung, tetapi tidak diangkat. Saya terus mencari tahu," tambah Sidik.
Berbeda dengan Firdaus yang sudah mulai membaca berbagai pertanda itu, Sidik mengaku tidak mendapat firasat apa-apa. Semua berjalan normal-normal saja. "Sehari sebelum peristiwa ini, dia sempat pergi ke Kuningan, Jakarta, membesuk mertuanya yang sedang sakit. Tidak ada firasat. Semua berjalan seperti biasa. Tidak ada apa-apa, semua normal," ungkapnya.
Dodi bekerja sebagai Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Pangkal Pinang, baru tujuh bulan. Sebelum bertugas di sana, dia lama menjadi jaksa di Bengkulu.
Dodi merupakan satu dari empat pegawai Kejaksaan Republik Indonesia yang menjadi korban dalam musibah jatuhnya pesawat Lion Air buatan Amerika Serikat tersebut.
Jaksa Agung Muhammad Prasetyo yang melakukan kunjungan ke rumah Dodi mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya terhadap orang tua, istri, dan ketiga anak Dodi yang masih kecil. Dia juga mengaku akan memberi santunan kepada keluarga Dodi sebesar Rp100 juta, untuk membantu pendidikan anak-anak korban dan perekonomian keluarga Dodi.
"Kami akan berusaha semampu kami. Masing-masing akan kita berikan bantuan Rp100 juta, demi kelangsungan pendidikan anak-anak korban. Ini bantuan keluar dari spontanitas, secara pribadi," jelas Pras.
Dia juga sempat terlibat komunikasi dengan anak-anak Dodi. Pras menanyakan, cita-cita ketiga anak Dodi. Anak pertamanya, yakni Putri mengaku ingin menjadi profesor. Sedang anak keduanya Mutia ingin jadi chef dan anak bungsunya Ziah ingin jadi jaksa.
Mendengar jawaban anak-anak Dodi yang pintar, sang istri Nuneng tersenyum. Kesedihan masih nampak jelas di wajahnya. Kantung matanya juga terlihat bengkak, karena banyak mengeluarkan air mata."Ini rahasia Tuhan, kita tidak tahu yang terjadi. Ayo, mari kita berdoa baca Alfatihah. Pak Dodi orang yang baik, jaksa muda yang punya masa depan baik. Sekarang kita mendoakan saja yang terbaik," ucapnya.
Pria yang akrab disapa Japir ini mengaku, pesan itu sebagai tanda. Karena ada penekanan pada kata perginya. Namun, dia tidak bisa membaca tanda ilahi itu. Karena, dipikirnya Dodi akan ke Pangkal Pinang.
"Minggu sore masih ketemu, masih sempat makan jamblang. Saat itu memang wajahnya sudah beda. Biasanya mukanya berseri, ini tidak, kayak orang pucat. Terus ngomongnya juga beda, saya mau pergi besok. Gua mau pergi," papar Firdaus lagi.
Hingga akhirnya, kabar mengejutkan datang sekira pukul 10.00 WIB. pesawat Lion Air JT-610 yang ditumpanginya dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
"Saat itu saya tidak berpikir untuk pergi selamanya. Eh, kejadian. Ketemu sore, jam 10 saya dapat kabar begitu. Pesawat Lion Air yang ditumpanginya jatuh, dan Dodi sudah tidak ada," jelas tetangga korban ini.
Semasa hidup, Dodi dikenal baik. Dia juga kerap membantu ekonomi Firdaus. Hubungan mereka juga sangat dekat, sudah seperti saudara, dan mereka tetanggaan. Kabar jatuhnya pesawat yang ditumpangi Dodi, membuat orang tuanya sangat cemas.
Sejak pesawat dinyatakan jatuh, sekira pukul 06.30 WIB, Muhamad Sidik, ayahanda Dodi langsung mencari informasi valid mengenai pemberitaan yang tersebar luas."Saya terus memantau perkembangan dari siaran langsung televisi. Saya juga menghubungi nomor telepon anak saya dan nadanya nyambung, tetapi tidak diangkat. Saya terus mencari tahu," tambah Sidik.
Berbeda dengan Firdaus yang sudah mulai membaca berbagai pertanda itu, Sidik mengaku tidak mendapat firasat apa-apa. Semua berjalan normal-normal saja. "Sehari sebelum peristiwa ini, dia sempat pergi ke Kuningan, Jakarta, membesuk mertuanya yang sedang sakit. Tidak ada firasat. Semua berjalan seperti biasa. Tidak ada apa-apa, semua normal," ungkapnya.
Dodi bekerja sebagai Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Pangkal Pinang, baru tujuh bulan. Sebelum bertugas di sana, dia lama menjadi jaksa di Bengkulu.
Dodi merupakan satu dari empat pegawai Kejaksaan Republik Indonesia yang menjadi korban dalam musibah jatuhnya pesawat Lion Air buatan Amerika Serikat tersebut.
Jaksa Agung Muhammad Prasetyo yang melakukan kunjungan ke rumah Dodi mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya terhadap orang tua, istri, dan ketiga anak Dodi yang masih kecil. Dia juga mengaku akan memberi santunan kepada keluarga Dodi sebesar Rp100 juta, untuk membantu pendidikan anak-anak korban dan perekonomian keluarga Dodi.
"Kami akan berusaha semampu kami. Masing-masing akan kita berikan bantuan Rp100 juta, demi kelangsungan pendidikan anak-anak korban. Ini bantuan keluar dari spontanitas, secara pribadi," jelas Pras.
Dia juga sempat terlibat komunikasi dengan anak-anak Dodi. Pras menanyakan, cita-cita ketiga anak Dodi. Anak pertamanya, yakni Putri mengaku ingin menjadi profesor. Sedang anak keduanya Mutia ingin jadi chef dan anak bungsunya Ziah ingin jadi jaksa.
Mendengar jawaban anak-anak Dodi yang pintar, sang istri Nuneng tersenyum. Kesedihan masih nampak jelas di wajahnya. Kantung matanya juga terlihat bengkak, karena banyak mengeluarkan air mata."Ini rahasia Tuhan, kita tidak tahu yang terjadi. Ayo, mari kita berdoa baca Alfatihah. Pak Dodi orang yang baik, jaksa muda yang punya masa depan baik. Sekarang kita mendoakan saja yang terbaik," ucapnya.
(whb)