Ada Ubur-ubur, Ancol Minta Masyarakat Tak Panik
A
A
A
JAKARTA - Manager Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol, Rika Lestari mengatakan, fenomena ubur-ubur tersebut diduga mulai terjadi sejak Rabu, 10 Oktober kemarin hingga saat ini. Namun, semakin hari jumlah ubur-ubur yang hanyut ke kawasan Ancol semakin berkurang.
"Kemunculan ubur-ubur secara masif baru kali ini terjadi, sebelumnya ada dan musiman, tapi tak terlalu masif," ujarnya saat di konfirmasi, Minggu (14/10/2018).
Menurutnya, ubur-ubur biasanya hanya tampak di bagian tengah laut, tidak sampai di bagian pantai. Adapun ubur-ubur ada di pantai karena terbawa arus air laut, hanya saja bukan di wilayah tempat wisatawan biasa berada.
Sejauh ini, kata dia, tak ada pengunjung yang mengalami kontak fisik dengan ubur-ubur tersebut. Meski ada sejumlah warga yang terkena sentuhan dengan ubur-ubur, efeknya tak sampai berbahaya.
"Rasanya gatal-gatal di kulit, tapi saat di bilas dengan air bersih hilang gatalnya," tuturnya.
Dia menerangkan, guna mengantisipasi terjadinya hal tak diinginkan, pihaknya pun melakukan pemasangan jaring di sejumlah titik lokasi, tepatnya di sekitar Le Bridge Ancol. Selain itu, dipasang pula papan informasi tentang adanya fenomena ubur-ubur.
"Kita pasang papan informasi supaya pengunjung baca untuk menghindari kawasan yang ada ubur-uburnya, tapi sejauh ini ubur-uburnya tak ada di tempat bermain air. Kondisinya lebih ke tengah, bukan di kawasan bitch pool," jelasnya.
Selain itu, ungkapnya, ada juga petugas pembersihan yang selalu stanby bakal mengambil, menangkapi, dan menjaring ubur-ubur yang muncul di kawasan Ancol agar tak mengenai wisatawan.
Lalu, ada juga petugas lifeguard yang sudah diberikan edukasi tentang cara pencegahan dan penindakan dalam menghadapi fenomena ubur-ubur. "Intinya masyarakat tak perlu khawatir tentang fenomena ubur-ubur, artinya ini bukanlah hal yang menakutkan," imbuhnya.
Rika menambahkan, terkait pemicu munculnya ubur-ubur secara masif ini di perairan pantai Ancol, pihaknya pun masih menantikan hasil penelitian dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) hingga saat ini.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI untuk mengetahui jenis (ubur-ubur) dan pemicunya. Kami membawa sample ubur-ubur dan air untuk dilakukan uji lab," katanya.
"Kemunculan ubur-ubur secara masif baru kali ini terjadi, sebelumnya ada dan musiman, tapi tak terlalu masif," ujarnya saat di konfirmasi, Minggu (14/10/2018).
Menurutnya, ubur-ubur biasanya hanya tampak di bagian tengah laut, tidak sampai di bagian pantai. Adapun ubur-ubur ada di pantai karena terbawa arus air laut, hanya saja bukan di wilayah tempat wisatawan biasa berada.
Sejauh ini, kata dia, tak ada pengunjung yang mengalami kontak fisik dengan ubur-ubur tersebut. Meski ada sejumlah warga yang terkena sentuhan dengan ubur-ubur, efeknya tak sampai berbahaya.
"Rasanya gatal-gatal di kulit, tapi saat di bilas dengan air bersih hilang gatalnya," tuturnya.
Dia menerangkan, guna mengantisipasi terjadinya hal tak diinginkan, pihaknya pun melakukan pemasangan jaring di sejumlah titik lokasi, tepatnya di sekitar Le Bridge Ancol. Selain itu, dipasang pula papan informasi tentang adanya fenomena ubur-ubur.
"Kita pasang papan informasi supaya pengunjung baca untuk menghindari kawasan yang ada ubur-uburnya, tapi sejauh ini ubur-uburnya tak ada di tempat bermain air. Kondisinya lebih ke tengah, bukan di kawasan bitch pool," jelasnya.
Selain itu, ungkapnya, ada juga petugas pembersihan yang selalu stanby bakal mengambil, menangkapi, dan menjaring ubur-ubur yang muncul di kawasan Ancol agar tak mengenai wisatawan.
Lalu, ada juga petugas lifeguard yang sudah diberikan edukasi tentang cara pencegahan dan penindakan dalam menghadapi fenomena ubur-ubur. "Intinya masyarakat tak perlu khawatir tentang fenomena ubur-ubur, artinya ini bukanlah hal yang menakutkan," imbuhnya.
Rika menambahkan, terkait pemicu munculnya ubur-ubur secara masif ini di perairan pantai Ancol, pihaknya pun masih menantikan hasil penelitian dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) hingga saat ini.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI untuk mengetahui jenis (ubur-ubur) dan pemicunya. Kami membawa sample ubur-ubur dan air untuk dilakukan uji lab," katanya.
(pur)