Imam Besar Istiqlal Ingin Masjid UP Jadi Tren Setter Masjid Kampus

Jum'at, 05 Oktober 2018 - 01:07 WIB
Imam Besar Istiqlal Ingin Masjid UP Jadi Tren Setter Masjid Kampus
Imam Besar Istiqlal Ingin Masjid UP Jadi Tren Setter Masjid Kampus
A A A
DEPOK - Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila (UP) Siswono Yudo Husodo dan Rektor UP Wahono Sumaryono meresmikan Masjid At-Taqwa yang berada dalam lingkungan kampus, Kamis (4/10/2018). Masjid seluas 2.750 meter persegi ini diharapkan menjadi masjid percontohan "Masjid Pancasila".

Segala kegiatan yang bersifat mendidik dan mengajarkan nilai-nilai Pancasila bisa dilakukan di sini. “Di sini semata tidak untuk ibadah. Bisa untuk diskusi dan seminar serta ada day care dimana anak-anak mendapatkan pembinaan keagamaan. Ada kegiatan sosial di samping juga ibadah,” ujar Siswono.

Sebagai bentuk gambaran nilai Pancasila, secara bertahap juga nanti akan dibangun tempat ibadah lain di area lingkungan kampus UP di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Mulai dari gereja, vihara, dan pura. Sehingga nantinya dapat terwujud gambaran nilai Pancasila yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

“Berturut akan dibuat sarana ibadah lain karena civitas akademika kita datang dari berbagai agama. Jadi nanti akan dibangun gereja, vihara, dan pura, sehingga kita betul-betul menggambarkan kehidupan yang menghargai seluruh agama yang ada. Sekarang dimulai masjid dulu. Masjid ini dibangun secara gotong- royong, begitu juga harapan untuk tempat ibadah lainnya,” tukasnya.

Di tempat yang sama, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Nasaruddin Umar mengatakan, pihaknya ingin masjid ini menjadi tren setter masjid kampus. Artinya, akan diberdayakan sebuah masjid sebagai pusat pencerahan, dimana ada ada persandingan antara kecerdasan intelektual dengan spiritual.

“Perpaduan antara Iqra dan bismirobbik akan melahirkan umat ideal yang memerlukan keseimbangan dalam pengertian lebih luas. Jadi kami ingin alumni UP apapun agamanya, bisa hidup dengan tuntunan agama. Karena kalau kekayaan intelektual sudah dimiliki tanpa ada tuntutan spiritual nanti ada kelemahan. Ilmu tanpa agama bisa melahirkan monster,” katanya.

Nasaruddin Umar juga memiliki cita-cita jika masjid dijadikan pusat kegiatan maka segala kebutuhan masyarakat bisa dipenuhi. Dia menceritakan bahwa cara Nabi memberantas ketertinggalaan yaitu menggunakan potensi masjid.

Di Indonesia, kata dia, terdapat sekitar 800.000 masjid yang berada di tengah masyarakat. Hal ini bisa jadi sekretariat pemberdayaan umat yang luar biasa. “Jadi mubazir masjid kalau hanya digunakan salat. Tapi harus digunakan untuk kegiatan ekonomi sosial budaya dan pencerahan,” tutupnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8050 seconds (0.1#10.140)