Fasilitas Pelican Crossing di Jakarta Belum Lengkap
A
A
A
JAKARTA - Upaya Pemprov DKI mengganti jembatan penyeberangan orang (JPO) dengan pelican crossing masih belum maksimal. Beberapa titik pelican crossing tercatat belum terlengkapi fasilitas.
Disisi lain, fasilitas yang dahulu telah terbangun dibiarkan terbengkalai. Lampu penerangan jalan dibiarkan mati, tombol untuk menyeberang tak berfungsi, kondisi ini membahayakan pengguna jalan dan kendaraan.
Kondisi ini hampir di temukan di beberapa titik jalan, seperti Jalan Kebon Sirih dekat Gedung Bank Indonesia. Di ruas itu, pelican crossing tak berfungsi dengan baik seperti lampu penerangan yang tak nyala.
Padahal di tempat itu, ratusan orang menyeberang, mereka kemudian mengandalkan sejumlah petugas keamanan kantor yang membantu menyebrangkan.“Yah sayang saja, sudah dibuat tapi tak dijaga. Kalau waktu macet mungkin enggak masalah. Tapi ketika sepi, kendaraan pada ngebut dan membahayakan pejalan kaki,” kata Reda (37), pejalan kaki di lokasi, Minggu (9/9/2018).
Kondisi serupa juga terlihat di pelican crossing Jalan Brigjen Katamso dekat flyover Kemanggisan. Kondisinya jauh lebih buruk dengan lampu dan tombol yang tak berfungsi, garis putih zebra cross di jalan itu telah memudar.
Pelican crossing di Jalan itu telah lama terbengkalai, setelah dibangun dua tahun lalu. Pelican crossing itu dibiarkan begitu saja. Padahal melihat letaknya jalan ini cukup bahaya, lantaran sedikit berbelok dan menjadi areal pengendara memacu kendaraan.
“Di sini mah enggak ada yang jaga. Jadi kita nyeberang kudu hati hati,” ujar Damar (29), warga Kota Bambu Utara yang tak jauh dari lokasi.
Damar mengakui, lantaran tak berfungsi baik. Banyak pejalan kaki yang kerap tertabrak pengendara. Bahkan ada pula kendaraan yang kemudian harus menabrak tiang karena indikator lampu tak menyala.
Keberadaan pelican crossing memang sangat membantu pejalan kaki. Hal ini terlihat dari pelican crossing yang berada di titik jalan utama, seperti Thamrin-Sudirman. Di kawasan itu tercatat ada tiga pelican crossing, yakni di persimpangan Kebon Sirih - Thamrin, Persimpangan Wahid Hasyim-Thamrin (Sarinah), dan kawasan dekat Bundaran HI.
Di tiga lokasi itu, terlihat pelican crossing sangat membantu. Beberapa petugas dari Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta melakukan penjagaan membantu menyebrangkan pengguna jalan.
Ketua Dewan Transportasi Kota, Azas Tigor Nanginggolan menyambut baik upaya DKI mengganti JPO menjadi pelican crossing.
“JPO enggak berfungsi. Ya bagus diganti, kalau perlu semua halte ganti pelican,” kata Tigor.
Tigor melihat pelican crossing yang ada perlu diperbaiki demi menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat. Dia meminta agar fasilitas yang ada diperbaiki termasuk memberikan garis getar dan marka sebelum kendaraan melintas ke pelican crossing.
Termasuk memasang CCTV, cara ini untuk memberikan rasa aman kepada pejalan kaki. Sebab selama ini di beberapa JPO jarang terpasang CCTV sehingga tingkat kriminalitas berkurang.“Kedua, bikin lagi pemantau elektronik CCTV gitu," ujar Tigor.
Penilaian berbeda diungkapkan pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga. Dia menilai kebijakan Anies penggantian JPO menjadi pelican hal yang ngaco. Hal ini karena tindakan itu tanpa didasari sebuah kajian yang matang terlebih dahulu.
“Itu kan spontan kebijakannya, tidak ada dasar pertimbangan atau kajian yang dilakukan sebelumnya," ujar Nirwono. Nirwono menilai pengganti JPO menimbulkan permasalahan baru, yakni penumpukan lalu lintas.
Terpisah Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, Andri Yansyah mengatakan, pihaknya akan berupaya mengganti JPO menjadi pelican crossing. Namun demikian Andri masih menginventaris dan menganalisis dampak dari penghapusan JPO.
Andri melihat pembangunan pelican crossing sangat membantu DKI dalam upaya membuat Jakarta sebagai kota yang aman dan nyaman untuk pejalan kaki. Terlebih dalam pelican crossing, warga tidak perlu berjalan jauh, menaiki anak tangga untuk menyebrang.
“Nah ini yang kita inginkan, jadi semuanya terasa nyaman,” ucapnya. Kini terhadap pelican crossing yang fasilitasnya bermasalah, Andri berjanji akan melakukan pembenahan dengan menempatkan beberapa petugas untuk melakukan penjagaan dan membantu pejalan kaki yang menyeberang.
Disisi lain, fasilitas yang dahulu telah terbangun dibiarkan terbengkalai. Lampu penerangan jalan dibiarkan mati, tombol untuk menyeberang tak berfungsi, kondisi ini membahayakan pengguna jalan dan kendaraan.
Kondisi ini hampir di temukan di beberapa titik jalan, seperti Jalan Kebon Sirih dekat Gedung Bank Indonesia. Di ruas itu, pelican crossing tak berfungsi dengan baik seperti lampu penerangan yang tak nyala.
Padahal di tempat itu, ratusan orang menyeberang, mereka kemudian mengandalkan sejumlah petugas keamanan kantor yang membantu menyebrangkan.“Yah sayang saja, sudah dibuat tapi tak dijaga. Kalau waktu macet mungkin enggak masalah. Tapi ketika sepi, kendaraan pada ngebut dan membahayakan pejalan kaki,” kata Reda (37), pejalan kaki di lokasi, Minggu (9/9/2018).
Kondisi serupa juga terlihat di pelican crossing Jalan Brigjen Katamso dekat flyover Kemanggisan. Kondisinya jauh lebih buruk dengan lampu dan tombol yang tak berfungsi, garis putih zebra cross di jalan itu telah memudar.
Pelican crossing di Jalan itu telah lama terbengkalai, setelah dibangun dua tahun lalu. Pelican crossing itu dibiarkan begitu saja. Padahal melihat letaknya jalan ini cukup bahaya, lantaran sedikit berbelok dan menjadi areal pengendara memacu kendaraan.
“Di sini mah enggak ada yang jaga. Jadi kita nyeberang kudu hati hati,” ujar Damar (29), warga Kota Bambu Utara yang tak jauh dari lokasi.
Damar mengakui, lantaran tak berfungsi baik. Banyak pejalan kaki yang kerap tertabrak pengendara. Bahkan ada pula kendaraan yang kemudian harus menabrak tiang karena indikator lampu tak menyala.
Keberadaan pelican crossing memang sangat membantu pejalan kaki. Hal ini terlihat dari pelican crossing yang berada di titik jalan utama, seperti Thamrin-Sudirman. Di kawasan itu tercatat ada tiga pelican crossing, yakni di persimpangan Kebon Sirih - Thamrin, Persimpangan Wahid Hasyim-Thamrin (Sarinah), dan kawasan dekat Bundaran HI.
Di tiga lokasi itu, terlihat pelican crossing sangat membantu. Beberapa petugas dari Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta melakukan penjagaan membantu menyebrangkan pengguna jalan.
Ketua Dewan Transportasi Kota, Azas Tigor Nanginggolan menyambut baik upaya DKI mengganti JPO menjadi pelican crossing.
“JPO enggak berfungsi. Ya bagus diganti, kalau perlu semua halte ganti pelican,” kata Tigor.
Tigor melihat pelican crossing yang ada perlu diperbaiki demi menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat. Dia meminta agar fasilitas yang ada diperbaiki termasuk memberikan garis getar dan marka sebelum kendaraan melintas ke pelican crossing.
Termasuk memasang CCTV, cara ini untuk memberikan rasa aman kepada pejalan kaki. Sebab selama ini di beberapa JPO jarang terpasang CCTV sehingga tingkat kriminalitas berkurang.“Kedua, bikin lagi pemantau elektronik CCTV gitu," ujar Tigor.
Penilaian berbeda diungkapkan pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga. Dia menilai kebijakan Anies penggantian JPO menjadi pelican hal yang ngaco. Hal ini karena tindakan itu tanpa didasari sebuah kajian yang matang terlebih dahulu.
“Itu kan spontan kebijakannya, tidak ada dasar pertimbangan atau kajian yang dilakukan sebelumnya," ujar Nirwono. Nirwono menilai pengganti JPO menimbulkan permasalahan baru, yakni penumpukan lalu lintas.
Terpisah Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, Andri Yansyah mengatakan, pihaknya akan berupaya mengganti JPO menjadi pelican crossing. Namun demikian Andri masih menginventaris dan menganalisis dampak dari penghapusan JPO.
Andri melihat pembangunan pelican crossing sangat membantu DKI dalam upaya membuat Jakarta sebagai kota yang aman dan nyaman untuk pejalan kaki. Terlebih dalam pelican crossing, warga tidak perlu berjalan jauh, menaiki anak tangga untuk menyebrang.
“Nah ini yang kita inginkan, jadi semuanya terasa nyaman,” ucapnya. Kini terhadap pelican crossing yang fasilitasnya bermasalah, Andri berjanji akan melakukan pembenahan dengan menempatkan beberapa petugas untuk melakukan penjagaan dan membantu pejalan kaki yang menyeberang.
(whb)