Depok Metro Stater, Integrasikan Terminal dengan Stasiun
A
A
A
DEPOK - Kurun setahun nanti Depok akan memiliki satu terminal modern yang sangat nyaman. Terminal yang disebut Depok Metro Starter itu akan mengintegrasikan angkutan darat dengan kereta listrik (KRL) Commuter Line dan pem bangunannya ditargetkan rampung pada 2019.
Nantinya akan ada sentra ekonomi dan hunian di sana. Total keseluruhan bangunan akan terdiri atas 28 lantai. Semua itu akan terbagi untuk terminal, pasar modern, dan hunian representatif. Di Indonesia sendiri konsep transit oriented development (TOD) baru dilakukan atau dengan kata lain, Depok Metro Stater, ini adalah yang pertama kali dibangun di Indonesia.
“Ini menjadi yang pertama di Indonesia. Mengapa? Karena, ini memadukan dua moda, yaitu terminal dan KRL. Di Indonesia belum pernah ada sebelumnya,” kata Direksi PT Andika Investa Sumarsono Hadi. Kawasan dengan luas 2,6 hektare ini nanti akan berdiri terminal, pasar modern, dan kawasan hunian. Konsep TOD harus memenuhi sejumlah syarat, antara lain, terdiri atas dua intermoda, yaitu darat dan KRL.
Kemudian harus ada kegiatan yang memecah massa di bawahnya, yaitu dengan dibangunnya pusat komersial. “Tujuannya untuk memecah massa di bawahnya. Kami akan set-up 60.000 orang per hari nantinya sehingga kita akan bangun pusat komersial di atasnya untuk memecah massa di bawahnya. Dalam perkembangan di pemerintah pusat dan daerah bahkan sudah diperkuat dengan Perda bahwa lokasi Stater ini sebagai TOD,” ujarnya.
Saat ini fokus utama pihaknya adalah merampungkan pembangunan terminal. Rencananya pembangunan itu selesai pada 2019 dan langsung bisa segera dioperasionalkan. Selanjutnya baru dibangun pusat komersial kemudian bertahap adalah kawasan hunian.
“Finalisasi seluruhnya sekitar 4-5 tahun ke depan. Tapi, utamanya saat ini adalah terminal yang akan dikejar setahun ke depan,” ungkapnya. Tahapan yang sudah dilakukan pihaknya dalam membangun terminal adalah persiapan, yaitu menyelesaikan seluruh masalah perizinan. Setelah itu sterilisasi area pembangunan.
“Saat ini masuk tahapan infrastruktur. Alat berat sudah masuk, tiang pancang juga sudah ada di sana. Selanjutnya pembangunan selesai setahun baru operasionalisasi,” ujarnya.
Sumarsono menjelaskan, dari luas 2,6 hektare tidak semua dibangun. Karena, berdasarkan KLB hanya sekitar 208.000 m2 yang boleh dibangun. Luasan itu sudah termasuk pembangunan lahan UKM dan parkir.
“Itu semua keseluruhan untuk terminal,” tandasnya. Untuk anggaran sendiri pembangunannya menelan hingga Rp1,3 triliun. Pembangunan dilakukan secara bertahap. Artinya, untuk tahap awal difokuskan pada terminal terlebih dahulu. “Kami fokusnya pada terminal dahulu setahun ini. Karena, kami tidak boleh membangun sentra ekonomi sebelum terminalnya selesai,” katanya.
Nantinya akan ada sentra ekonomi dan hunian di sana. Total keseluruhan bangunan akan terdiri atas 28 lantai. Semua itu akan terbagi untuk terminal, pasar modern, dan hunian representatif. Di Indonesia sendiri konsep transit oriented development (TOD) baru dilakukan atau dengan kata lain, Depok Metro Stater, ini adalah yang pertama kali dibangun di Indonesia.
“Ini menjadi yang pertama di Indonesia. Mengapa? Karena, ini memadukan dua moda, yaitu terminal dan KRL. Di Indonesia belum pernah ada sebelumnya,” kata Direksi PT Andika Investa Sumarsono Hadi. Kawasan dengan luas 2,6 hektare ini nanti akan berdiri terminal, pasar modern, dan kawasan hunian. Konsep TOD harus memenuhi sejumlah syarat, antara lain, terdiri atas dua intermoda, yaitu darat dan KRL.
Kemudian harus ada kegiatan yang memecah massa di bawahnya, yaitu dengan dibangunnya pusat komersial. “Tujuannya untuk memecah massa di bawahnya. Kami akan set-up 60.000 orang per hari nantinya sehingga kita akan bangun pusat komersial di atasnya untuk memecah massa di bawahnya. Dalam perkembangan di pemerintah pusat dan daerah bahkan sudah diperkuat dengan Perda bahwa lokasi Stater ini sebagai TOD,” ujarnya.
Saat ini fokus utama pihaknya adalah merampungkan pembangunan terminal. Rencananya pembangunan itu selesai pada 2019 dan langsung bisa segera dioperasionalkan. Selanjutnya baru dibangun pusat komersial kemudian bertahap adalah kawasan hunian.
“Finalisasi seluruhnya sekitar 4-5 tahun ke depan. Tapi, utamanya saat ini adalah terminal yang akan dikejar setahun ke depan,” ungkapnya. Tahapan yang sudah dilakukan pihaknya dalam membangun terminal adalah persiapan, yaitu menyelesaikan seluruh masalah perizinan. Setelah itu sterilisasi area pembangunan.
“Saat ini masuk tahapan infrastruktur. Alat berat sudah masuk, tiang pancang juga sudah ada di sana. Selanjutnya pembangunan selesai setahun baru operasionalisasi,” ujarnya.
Sumarsono menjelaskan, dari luas 2,6 hektare tidak semua dibangun. Karena, berdasarkan KLB hanya sekitar 208.000 m2 yang boleh dibangun. Luasan itu sudah termasuk pembangunan lahan UKM dan parkir.
“Itu semua keseluruhan untuk terminal,” tandasnya. Untuk anggaran sendiri pembangunannya menelan hingga Rp1,3 triliun. Pembangunan dilakukan secara bertahap. Artinya, untuk tahap awal difokuskan pada terminal terlebih dahulu. “Kami fokusnya pada terminal dahulu setahun ini. Karena, kami tidak boleh membangun sentra ekonomi sebelum terminalnya selesai,” katanya.
(don)