Resmikan Lapangan Banteng, Anies Sebut Ini Simbol Perjuangan
A
A
A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah meresmikan Lapangan Banteng melalui penandatanganan prasasti. Anies berharap, setelah diresmikan, tempat yang sarat akan nilai sejarah ini bisa menjadi ikon ibu kota selain Monumen Nasional (Monas).
"Kita semua berharap Lapangan Banteng ini terus menjadi salah satu ikon utama di Jakarta dan Indonesia karena ini adalah salah satu lapangan paling bersejarah di tempat ini. Dua lapangan yang dirancang sudah agak panjang dan setiap zaman mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhannya. Bahkan pernah tempat ini dijadikan terminal bus untuk bus rute ke Priok , ke Blok M dan Senen. Jadi ini tempat di mana masing-masing era memiliki pemanfaatan yang berbeda," kata Anies di Lapangan Banteng, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (25/7/2018).
Mantan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan (Mendikbud) ini menambahkan, tempat tersebut merupakan simbol dari sebuah perjuangan. Anies berharap, perjuangan yang pernah ditorehkan anak-anak muda dizamannya bisa diteruskan.
"Ada sebuah kalimat yang dipertahankan di sana. Kalimat yang diucapkan oleh Zainal Abidin Syah, Gubernur Irian Barat pada 10 November Tahun 1956. Di sana dikatakan bahwa kita semuanya mengetahui kemerdekaan Tanah Air belum sempurna ketika Irian Barat sebagian wilayah Tanah Air masih berada di penjajahan, di sana masih menetap penjajah liberalisme Belanda. Sehingga sebagian dari bangsa-bangsa kita di sana masih berada dalam rantai belenggu penjajah. Semoga ini menjadi inspirasi bahwa kita semua memiliki kesetaraan kesempatan sebagaimana kita membebaskan saudara-saudara kita di Papua di tahun 60-an," tutur Anies.
Dalam kesempatan itu, Anies menyampaikan apresiasi kepada semua pihak atas selesainya revitalisasi Lapangan Banteng.
"Saya sekali lagi menyampaikan apreasiasi kepada semua pihak yang sudah bekerja dan mengibahkan waktu, pikiran, tenaga untuk menghasilkan Lapangan Banteng yang hari ini menjadi salah satu kebanggaan bagi warga Jakarta dan semoga menjadi kebanggaan bagi Bangsa Indonesia," paparnya.
Sekadar informasi, kegiatan penataan ulang Lapangan Banteng mencakup Revitalisasi Monumen, Pengembalian Sumbu Utama Lapangan Banteng, Penambahan Bangunan Amphitheater, Penambahan Bangunan Penunjang, Renovasi Lapangan Olahraga, dan Konservasi Area Hijau seluas 3 Ha di sisi Selatan Lapangan Banteng yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau kota.
Revitalisasi sumbu utama Lapangan Banteng bertujuan untuk mengembalikan sumbu Timur-Barat yang menghubungkan Monumen Nasional dengan Monumen Pembebasan Irian Barat secara visual.
Untuk diketahui, proposal Desain Revitalisasi Lapangan Banteng telah melewati proses panjang dalam berbagai sidang di Tim Sidang Pemugaran (TSP) Pemprov DKI Jakarta dengan Arsitek Penanggung Jawab Sidang TSP yaitu Ir. Yori Antar yang berusaha mengembalikan sumbu tegas Timur – Barat Monumen yang dirancang oleh arsitek Friedrich Silaban. Dengan perkuatan kembali sumbu tersebut, diharapkan dapat menghidupkan lagi kegiatan protokoler yang dapat dilakukan di Lapangan Banteng, seperti upacara dan pawai kenegaraan, pertunjukkan kesenian dan kebudayaan, serta pesta rakyat.
Anggaran yang digunakan untuk Revitalisasi Lapangan Banteng menggunakan dua skema, yaitu Pemenuhan Kewajiban Kompensasi atas Pelampauan Nilai Koefisien Lantai Bangunan PT Sinar Mas Teladan yang memiliki kewajiban dalam Penataan Kembali Lapangan Banteng Segmen Monumen Pembebasan Irian Barat dan taman sisi selatan; Pemenuhan Kewajiban Kompensasi atas Pelampauan Nilai Koefisien Lantai Bangunan Rahadi Santoso dan Irma Rahadi Santoso dalam pembangunan pagar Lapangan Olahraga; serta anggaran corporate social responsibility (CSR) dari PT. Rekso Nasional Food dalam hal perbaikan fasilitas Lapangan Olahraga serta penyediaan area bermain anak-anak.
Pada sisi selatan monumen dirancang area Amphitheatre yang di dalamnya terdapat fasilitas ruang yang dapat diisi oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) dilengkapi dengan Floating Stage serta Air Mancur Menari. Masyarakat dapat menyaksikan pertunjukan Air Mancur Menari dan laser dengan durasi waktu 15 menit setiap pertunjukan. Lagu yang akan mengiringi pertunjukan, yaitu Bagimu Negeri, Tanah Air, Indonesia Pusaka, Surilang dan Yamko Rambe Yamko yang akan dinyalakan 3(tiga) kali di setiap akhir pekan, yakni pukul 18.30 WIB, 19.30 WIB, dan 20.30 WIB bertujuan untuk memberikan kesan monumental kepada masyarakat dalam menikmati Monumen Pembebasan Irian Barat.
Pada sisi utara ditambahkan bangunan penunjang dengan deretan bendera yang menjadi latar belakang dari Monumen ketika dinikmati dari Amphiteater. Bangunan ini juga berfungsi sebagai penunjang kegiatan Lapangan Olahraga dan Lapangan Banteng yang dilengkapi dengan fasilitas kamar bilas dan ruang ganti, toilet difabel, toilet pengunjung, serta mushola. Pada bangunan Monumen dilakukan pemugaran untuk memperbaiki kondisi cawan monumen dan penambahan ruang di bawah cawan yang akan difungsikan sebagai galeri.
Sementara itu, renovasi Lapangan Olahraga bertujuan untuk memberikan kembali lapangan terbuka bagi masyarakat dalam beraktivitas dan berolahraga secara informal dan non-kompetitif. Masyarakat juga dapat berkumpul untuk duduk-duduk dan menikmati hamparan rumput yang sudah sangat jarang kita temui di kota Jakarta.
"Kita semua berharap Lapangan Banteng ini terus menjadi salah satu ikon utama di Jakarta dan Indonesia karena ini adalah salah satu lapangan paling bersejarah di tempat ini. Dua lapangan yang dirancang sudah agak panjang dan setiap zaman mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhannya. Bahkan pernah tempat ini dijadikan terminal bus untuk bus rute ke Priok , ke Blok M dan Senen. Jadi ini tempat di mana masing-masing era memiliki pemanfaatan yang berbeda," kata Anies di Lapangan Banteng, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (25/7/2018).
Mantan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan (Mendikbud) ini menambahkan, tempat tersebut merupakan simbol dari sebuah perjuangan. Anies berharap, perjuangan yang pernah ditorehkan anak-anak muda dizamannya bisa diteruskan.
"Ada sebuah kalimat yang dipertahankan di sana. Kalimat yang diucapkan oleh Zainal Abidin Syah, Gubernur Irian Barat pada 10 November Tahun 1956. Di sana dikatakan bahwa kita semuanya mengetahui kemerdekaan Tanah Air belum sempurna ketika Irian Barat sebagian wilayah Tanah Air masih berada di penjajahan, di sana masih menetap penjajah liberalisme Belanda. Sehingga sebagian dari bangsa-bangsa kita di sana masih berada dalam rantai belenggu penjajah. Semoga ini menjadi inspirasi bahwa kita semua memiliki kesetaraan kesempatan sebagaimana kita membebaskan saudara-saudara kita di Papua di tahun 60-an," tutur Anies.
Dalam kesempatan itu, Anies menyampaikan apresiasi kepada semua pihak atas selesainya revitalisasi Lapangan Banteng.
"Saya sekali lagi menyampaikan apreasiasi kepada semua pihak yang sudah bekerja dan mengibahkan waktu, pikiran, tenaga untuk menghasilkan Lapangan Banteng yang hari ini menjadi salah satu kebanggaan bagi warga Jakarta dan semoga menjadi kebanggaan bagi Bangsa Indonesia," paparnya.
Sekadar informasi, kegiatan penataan ulang Lapangan Banteng mencakup Revitalisasi Monumen, Pengembalian Sumbu Utama Lapangan Banteng, Penambahan Bangunan Amphitheater, Penambahan Bangunan Penunjang, Renovasi Lapangan Olahraga, dan Konservasi Area Hijau seluas 3 Ha di sisi Selatan Lapangan Banteng yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau kota.
Revitalisasi sumbu utama Lapangan Banteng bertujuan untuk mengembalikan sumbu Timur-Barat yang menghubungkan Monumen Nasional dengan Monumen Pembebasan Irian Barat secara visual.
Untuk diketahui, proposal Desain Revitalisasi Lapangan Banteng telah melewati proses panjang dalam berbagai sidang di Tim Sidang Pemugaran (TSP) Pemprov DKI Jakarta dengan Arsitek Penanggung Jawab Sidang TSP yaitu Ir. Yori Antar yang berusaha mengembalikan sumbu tegas Timur – Barat Monumen yang dirancang oleh arsitek Friedrich Silaban. Dengan perkuatan kembali sumbu tersebut, diharapkan dapat menghidupkan lagi kegiatan protokoler yang dapat dilakukan di Lapangan Banteng, seperti upacara dan pawai kenegaraan, pertunjukkan kesenian dan kebudayaan, serta pesta rakyat.
Anggaran yang digunakan untuk Revitalisasi Lapangan Banteng menggunakan dua skema, yaitu Pemenuhan Kewajiban Kompensasi atas Pelampauan Nilai Koefisien Lantai Bangunan PT Sinar Mas Teladan yang memiliki kewajiban dalam Penataan Kembali Lapangan Banteng Segmen Monumen Pembebasan Irian Barat dan taman sisi selatan; Pemenuhan Kewajiban Kompensasi atas Pelampauan Nilai Koefisien Lantai Bangunan Rahadi Santoso dan Irma Rahadi Santoso dalam pembangunan pagar Lapangan Olahraga; serta anggaran corporate social responsibility (CSR) dari PT. Rekso Nasional Food dalam hal perbaikan fasilitas Lapangan Olahraga serta penyediaan area bermain anak-anak.
Pada sisi selatan monumen dirancang area Amphitheatre yang di dalamnya terdapat fasilitas ruang yang dapat diisi oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) dilengkapi dengan Floating Stage serta Air Mancur Menari. Masyarakat dapat menyaksikan pertunjukan Air Mancur Menari dan laser dengan durasi waktu 15 menit setiap pertunjukan. Lagu yang akan mengiringi pertunjukan, yaitu Bagimu Negeri, Tanah Air, Indonesia Pusaka, Surilang dan Yamko Rambe Yamko yang akan dinyalakan 3(tiga) kali di setiap akhir pekan, yakni pukul 18.30 WIB, 19.30 WIB, dan 20.30 WIB bertujuan untuk memberikan kesan monumental kepada masyarakat dalam menikmati Monumen Pembebasan Irian Barat.
Pada sisi utara ditambahkan bangunan penunjang dengan deretan bendera yang menjadi latar belakang dari Monumen ketika dinikmati dari Amphiteater. Bangunan ini juga berfungsi sebagai penunjang kegiatan Lapangan Olahraga dan Lapangan Banteng yang dilengkapi dengan fasilitas kamar bilas dan ruang ganti, toilet difabel, toilet pengunjung, serta mushola. Pada bangunan Monumen dilakukan pemugaran untuk memperbaiki kondisi cawan monumen dan penambahan ruang di bawah cawan yang akan difungsikan sebagai galeri.
Sementara itu, renovasi Lapangan Olahraga bertujuan untuk memberikan kembali lapangan terbuka bagi masyarakat dalam beraktivitas dan berolahraga secara informal dan non-kompetitif. Masyarakat juga dapat berkumpul untuk duduk-duduk dan menikmati hamparan rumput yang sudah sangat jarang kita temui di kota Jakarta.
(mhd)