Penindakan Lemah, Pedagang Kaki Lima di Kota Tua Kian Menjamur
A
A
A
JAKARTA - Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, makin semrawut. Penindakan yang lemah dan kurangnya arahan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) membuat Kota Tua dijamuri PKL.
Imbasnya dari kemacetan arus lalu-lintas, hingga merusak keindahan estetika kota terlihat. Meski begitu, sampai saat ini tidakan tegas belum dilakukan pihak pemerintah setempat.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Jakarta Barat Tamo Sijabat mengaku telah mengetahui kondisi tersebut. Ia menjelaskan para PKL banyak berasal dari Lokbin Kota Intan di Jalan Cengkeh. Para PKL tersebut memutuskan angkat kaki dari lokbin Kota Intan, karena sepinya pembeli. Jarak lokasi yang cukup jauh dari kawasan Kota Tua.
"Jaraknya emangnya cukup jauh ya. Jadi pengunjung malas untuk ke sana hanya sekadar makan atau minum. Pengunjung memilih makan dan minum di PKL karena jaraknya sangat dekat dari pusat wisata," kata Tamo di Jakarta, Jumat (13/7/2018).
Meski demikian, penindakan tegas seperti penataan belum dilakukan. Sebab, informasi yang didapat PKL tersebut akan dialokasi pada tempat baru, yakni gedung bekas Pos Indonesia. Kemungkinan besar PKL dipindahkan ke lokasi tersebut. Tergantung dari langkah yang diambil oleh Sudin UMKM.
"Di sini Sudin UMKM harus bisa cepat dalam melangkah. Salah satunya melakukan pendekatan ke pihak Pos Indonesia dan memanfaat bangunannya untuk penampungan PKL," ujar Tamo.
Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta Irwandi merasa sulit melakukan penataan PKL di kawasan Kota Tua. Sebab, mereka selalu berkucing-kucingan dengan petugas. Jika ditertibkan di sisi barat, maka mereka akan pindak ke lokasi lain. Dan begitu seterusnya.
"Salah satunya mengalokasikan PKL ke Lokbin Kota Intan. Tapi tidak bertahan lama. Mereka kembali ke jalan dengan alasan Lokbin Kota Intan sepi dari pembeli," kata Irwandi.
Kondisi tersebut dikeluhan oleh para pedagang. Pedagang menilai lokbin Kota Intan sepi dari pembeli karena keberadaan lokasi tersebut, cukup jauh dari kawasan Kota Tua. Hal tersebut membuat pengunjung enggan untuk datang. Padahal faktor utama sepinya pembeli bukan itu. Melainkan karena kurangnya kreatif para pedagangnya.
"Memang jarak lokbin Kota Intan dengan kawasan Kota Tua cukup jauh. Tapi tidak bisa dijadikan alasan utama pengunjung malas ke sana. Justru akibatnya itu karena mereka kurang negatif. Misalnya pedagang menjual kuliner. Masa banyak terdapat jual mi instan dan kopi saja. Tidak ada yang menjual kuliner khas betawi. Padahal jenis makanan itu paling dicari oleh masyarakat daerah yang ke Jakarta," tuturnya.
Meski belum ada jalan keluar, namun berbagai upaya terus dilakukan. Salah satunya mengumpulkan beberapa konsultan atau pratiksi untuk duduk bersama dan mencari solusinya. Sebab penataan PKL bukan hanya tanggung jawab pihaknya saja. Melainkan instansi lain seperti Satpol PP dan UP Kota Tua.
"Kalau perlu kami buat sayembara bagi yang mempunyai ide tepat cara menata PKL Kota Tua," katanya.
Imbasnya dari kemacetan arus lalu-lintas, hingga merusak keindahan estetika kota terlihat. Meski begitu, sampai saat ini tidakan tegas belum dilakukan pihak pemerintah setempat.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Jakarta Barat Tamo Sijabat mengaku telah mengetahui kondisi tersebut. Ia menjelaskan para PKL banyak berasal dari Lokbin Kota Intan di Jalan Cengkeh. Para PKL tersebut memutuskan angkat kaki dari lokbin Kota Intan, karena sepinya pembeli. Jarak lokasi yang cukup jauh dari kawasan Kota Tua.
"Jaraknya emangnya cukup jauh ya. Jadi pengunjung malas untuk ke sana hanya sekadar makan atau minum. Pengunjung memilih makan dan minum di PKL karena jaraknya sangat dekat dari pusat wisata," kata Tamo di Jakarta, Jumat (13/7/2018).
Meski demikian, penindakan tegas seperti penataan belum dilakukan. Sebab, informasi yang didapat PKL tersebut akan dialokasi pada tempat baru, yakni gedung bekas Pos Indonesia. Kemungkinan besar PKL dipindahkan ke lokasi tersebut. Tergantung dari langkah yang diambil oleh Sudin UMKM.
"Di sini Sudin UMKM harus bisa cepat dalam melangkah. Salah satunya melakukan pendekatan ke pihak Pos Indonesia dan memanfaat bangunannya untuk penampungan PKL," ujar Tamo.
Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta Irwandi merasa sulit melakukan penataan PKL di kawasan Kota Tua. Sebab, mereka selalu berkucing-kucingan dengan petugas. Jika ditertibkan di sisi barat, maka mereka akan pindak ke lokasi lain. Dan begitu seterusnya.
"Salah satunya mengalokasikan PKL ke Lokbin Kota Intan. Tapi tidak bertahan lama. Mereka kembali ke jalan dengan alasan Lokbin Kota Intan sepi dari pembeli," kata Irwandi.
Kondisi tersebut dikeluhan oleh para pedagang. Pedagang menilai lokbin Kota Intan sepi dari pembeli karena keberadaan lokasi tersebut, cukup jauh dari kawasan Kota Tua. Hal tersebut membuat pengunjung enggan untuk datang. Padahal faktor utama sepinya pembeli bukan itu. Melainkan karena kurangnya kreatif para pedagangnya.
"Memang jarak lokbin Kota Intan dengan kawasan Kota Tua cukup jauh. Tapi tidak bisa dijadikan alasan utama pengunjung malas ke sana. Justru akibatnya itu karena mereka kurang negatif. Misalnya pedagang menjual kuliner. Masa banyak terdapat jual mi instan dan kopi saja. Tidak ada yang menjual kuliner khas betawi. Padahal jenis makanan itu paling dicari oleh masyarakat daerah yang ke Jakarta," tuturnya.
Meski belum ada jalan keluar, namun berbagai upaya terus dilakukan. Salah satunya mengumpulkan beberapa konsultan atau pratiksi untuk duduk bersama dan mencari solusinya. Sebab penataan PKL bukan hanya tanggung jawab pihaknya saja. Melainkan instansi lain seperti Satpol PP dan UP Kota Tua.
"Kalau perlu kami buat sayembara bagi yang mempunyai ide tepat cara menata PKL Kota Tua," katanya.
(mhd)