Kampanye Penghapusan Kekerasan terhadap Anak Sasar Mahasiswa Binus
A
A
A
JAKARTA - Wahana Visi Indonesia (WVI), Qlue, Universitas Bina Nusantara (Binus), dan Do Something Indonesia, bersinergi untuk mengkampanyekan penghapusan kekerasan terhadap anak (PKTA) melalui teknologi digital maupun online.
Salah satu kegiatan kampanye yang dilakukan adalah XY Generation Inspirational Talk. Adapun kegiatan itu diadakan di Kampus Binus, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (30/6/2018). Kegiatan itu berisi diskusi interaktif yang dihadiri ratusan mahasiswa.
Pada acara ini hadir empat orang perwakilan forum anak dampingan WVI di kawasan Penjaringan dan Jatinegara yang terpilih mewakili Indonesia pada ajang Internasional Campus Party lewat pembuatan film anti kekerasan pada anak. Film tersebut juga mewarnai sesi acara pada XY Generation inspirational Talk.
Perwakilan Forum Anak Wilayah Penjaringan, Jakarta Utara, Deviana menuturkan, dia yang sejatinya sebagai seorang anak berusaha untuk selalu peka tentang permasalahan anak di lingkungannya, salah satunya persoalan kekerasan terhadap anak.
Di wilayahnya, salah satu kekerasan anak yang terjadi berupa eksploitasi. Padahal eksploitasi anak tidak boleh terjadi lantaran anak merupakan generasi penerus bangsa dan kalau bukan anak-anak siapa lagi yang bakal meneruskan bangsa ini.
"Kalau masih anak sudah dapat kekerasan maka dia akan menularkan kekerasan itu ke depannya sehingga kita punya peran menghapus kekerasan anak. Begitu juga anak harus pula berperan langsung," katanya.
Dalam kegiatan itu turut hadir perwakilan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Aktivis Hak Anak, dan sejumlah penyintas kekerasan terhadap anak sebagai nara sumber.
Pemuda dan mahasiswa tidak hanya diajak untuk mendengarkan gelar wicara, tapi juga bisa merasakan suasana mencekam di dalam lorong violence reality untuk mengetahui bagaimana dampak kekerasan terhadap anak.
Koordinator Perlindungan Anak WVI, Emmy Lucy, mengatakan, WVI merupakan yayasan sosial kemanusiaan yang bekerja untuk membuat perubahan yang berkesinambungan pada kehidupan anak, keluarga, dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan.
WVI hadir di 59 titik wilayah di 13 provinsi di Indonesia melalui program pengembangan masyarakat dan program-program khusus lainnya. Kampanye PKTA dilakukan berdasarkan rasa keperihatinan mereka pada anak yang banyak mengalami tindak kekerasan, bahkan tak sedikit anak meninggal dunia akibat kekerasan itu.
Maka itu, kata dia, WVI bersama Binus University, Qlue, dan Do Something Indonesia, melalui tagar #DimulaiDariSaya, mengusung kampanye PKTA yang akan dijalankan hingga lima tahun ke depan.
Sebelumnya, para kolaborator kampanye PKTA juga telah melakukan aksi #DimulaiDariSaya On The Street pada 24 Juni lalu. Pada aksi itu kolaborator langsung turun ke jalan dan mengobservasi fenomena kekerasan terhadap anak.
Aksi itu dilakukan pada 2 titik keramaian di DKI Jakarta, yaitu kawasan Kota Tua Jakarta Barat dan kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kegiatan itu turut dihadiri Ketua Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi, Ali, sekaligus mantan anak jalanan. Dia berdiskusi dengan peserta aksi mengenai latar belakang permasalahan anak jalanan di DKl Jakarta.
Diskusi tersebut diharapkan dapat meningkatkan animo pelapor untuk turut memetakan permasalahan anak jalanan di DKI Jakarta dan meningkatkan kualitas pelaporan anak jalanan pada aplikasi Qlue.
Salah satu kegiatan kampanye yang dilakukan adalah XY Generation Inspirational Talk. Adapun kegiatan itu diadakan di Kampus Binus, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (30/6/2018). Kegiatan itu berisi diskusi interaktif yang dihadiri ratusan mahasiswa.
Pada acara ini hadir empat orang perwakilan forum anak dampingan WVI di kawasan Penjaringan dan Jatinegara yang terpilih mewakili Indonesia pada ajang Internasional Campus Party lewat pembuatan film anti kekerasan pada anak. Film tersebut juga mewarnai sesi acara pada XY Generation inspirational Talk.
Perwakilan Forum Anak Wilayah Penjaringan, Jakarta Utara, Deviana menuturkan, dia yang sejatinya sebagai seorang anak berusaha untuk selalu peka tentang permasalahan anak di lingkungannya, salah satunya persoalan kekerasan terhadap anak.
Di wilayahnya, salah satu kekerasan anak yang terjadi berupa eksploitasi. Padahal eksploitasi anak tidak boleh terjadi lantaran anak merupakan generasi penerus bangsa dan kalau bukan anak-anak siapa lagi yang bakal meneruskan bangsa ini.
"Kalau masih anak sudah dapat kekerasan maka dia akan menularkan kekerasan itu ke depannya sehingga kita punya peran menghapus kekerasan anak. Begitu juga anak harus pula berperan langsung," katanya.
Dalam kegiatan itu turut hadir perwakilan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Aktivis Hak Anak, dan sejumlah penyintas kekerasan terhadap anak sebagai nara sumber.
Pemuda dan mahasiswa tidak hanya diajak untuk mendengarkan gelar wicara, tapi juga bisa merasakan suasana mencekam di dalam lorong violence reality untuk mengetahui bagaimana dampak kekerasan terhadap anak.
Koordinator Perlindungan Anak WVI, Emmy Lucy, mengatakan, WVI merupakan yayasan sosial kemanusiaan yang bekerja untuk membuat perubahan yang berkesinambungan pada kehidupan anak, keluarga, dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan.
WVI hadir di 59 titik wilayah di 13 provinsi di Indonesia melalui program pengembangan masyarakat dan program-program khusus lainnya. Kampanye PKTA dilakukan berdasarkan rasa keperihatinan mereka pada anak yang banyak mengalami tindak kekerasan, bahkan tak sedikit anak meninggal dunia akibat kekerasan itu.
Maka itu, kata dia, WVI bersama Binus University, Qlue, dan Do Something Indonesia, melalui tagar #DimulaiDariSaya, mengusung kampanye PKTA yang akan dijalankan hingga lima tahun ke depan.
Sebelumnya, para kolaborator kampanye PKTA juga telah melakukan aksi #DimulaiDariSaya On The Street pada 24 Juni lalu. Pada aksi itu kolaborator langsung turun ke jalan dan mengobservasi fenomena kekerasan terhadap anak.
Aksi itu dilakukan pada 2 titik keramaian di DKI Jakarta, yaitu kawasan Kota Tua Jakarta Barat dan kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kegiatan itu turut dihadiri Ketua Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi, Ali, sekaligus mantan anak jalanan. Dia berdiskusi dengan peserta aksi mengenai latar belakang permasalahan anak jalanan di DKl Jakarta.
Diskusi tersebut diharapkan dapat meningkatkan animo pelapor untuk turut memetakan permasalahan anak jalanan di DKI Jakarta dan meningkatkan kualitas pelaporan anak jalanan pada aplikasi Qlue.
(thm)