Usai Lebaran, Warga Bekasi Banyak yang Kena Gejala Stroke dan Diabetes
A
A
A
BEKASI - Sehabis Idul Fitri 2018, penderita diabetes melitus (gula darah tinggi) dan gejala stroke paling dominan banyak diderita warga Bekasi. Hal itu terungkap berdasarkan catatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi hingga Rabu (20/6/2019).
"Tingginya jumlah pasien disebabkan ketidakmampuan masyarakat dalam mengendalikan pola makannya saat libur lebaran," ujar Kepala Seksi Pelayanan Medis RSUD Kota Bekasi, dr Librianti. Menurutnya, jumlah rata-rata pasien yang diterima di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kota Bekasi berkisar 60 sampai 70 orang.
Keluhan penyakitnya beragam dari penyakit stroke, jantung, diabetes, pneumonia atau radang paru-paru pada anak dan sebagainya. Dari jumlah tersebut, sekitar 30-40 pasien harus dirawat inap, sedangkan sisanya rawat jalan karena masih bisa ditangani oleh dokter jaga IGD.
Adapun pasien rawat inap biasanya memerlukan penanganan khusus dan pengawasan petugas dalam proses penyembuhan. Sehingga, kata dia, jumlah kunjungan pasien diabetes dan stroke selama lebaran ini sekitar 50-60% dari total kunjungan IGD.
Librianti menjelaskan, kasus diabetes dan stroke di rumah sakit milik pemerintah daerah ini sebetulnya mengalami kenaikan pascalebaran. Namun Librianti mengaku belum mendapat jumlah kunjungan pasien secara pasti dari petugas jaga di rumah sakit.
"Untuk data tepatnya saya belum dapatkan, namun persentasenya cenderung naik sekitar 10 persen dibanding hari biasa," katanya. Untuk itu, pihaknya masih melakukan pendataan terkait penderita penyakit tersebut. Apalagi, setiap lebaran usai penyakit tersebut yang kerap mendominasi RSUD.
Kabid Keperawatan RSUD Kota Bekasi, dr Sudirman mengungkapkan, naiknya jumlah penderita diabetes dan stroke karena masyarakat banyak yang mengonsumsi makanan manis, bersantan dan berlemak saat merayakan hari kemenangan ini.
Keinginan mereka untuk menyantap hidangan tersebut sulit diredam, karena hampir seluruh lapisan masyarakat memasak sayur bersantan, hidangan penuh lemak hingga kue yang manis. Hidangan yang berlemak misalnya rendang, opor ayam, semur daging dan sebagainya.
"Mengonsumsi makanan berlemak jenuh dan manis dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dan glukosa dalam darah melebihi angka normal mencapai 200 mg/dl," katanya. Alhasil, dua penyakit ini cukup berbahaya karena mengakibatkan kematian.
Bagi penderita diabetes biasanya ada kerusakan di bagian pankreas sehingga menurunnya jumlah produksi insulin atau hormon penurun kadar glukosa darah. Sementara bagi penderita stroke diakibatkan adanya penyumbatan pembuluh darah di otak karena banyaknya lemak atau kolesterol jahat yang menumpuk menjadi plak.
Bahkan lemak jenuh itu juga mampu menghambat aliran darah ke organ jantung yang berdampak kematian.
Karena berdampak pada kematian, kata dia, maka pemerintah daerah fokus dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit tersebut. Pada Jumat, 10 Maret 2017 lalu Pemerintah Kota Bekasi telah telah menyediakan klinik kateterisasi jantung yang dilengkapi pemasangan ring jantung di RSUD Kota Bekasi.
Menurut dia, selama libur lebaran pasien diarahkan berobat ke IGD. Pada Kamis 21 Juni 2018 mendatang, mereka baru bisa berobat ke masing-masing poliklinik yang berjumlah 12 unit.
Meski demikian, Sudirman memastikan pasien tetap mendapatkan pelayanan seperti halnya di poliklinik karena sudah terjadwal dengan baik.
Dia menambahkan, sebetulnya penyakit ini bisa dicegah asal masyarakat menjaga pola makan dan rutin berolahraga. Orang yang rutin berolahraga memiliki risiko penyakit yang lebih rendah karena lemak dan glukosa dalam darah akan terbakar saat berolahraga.
"Perbanyak juga mengonsumsi sayuran dan buah untuk menjaga kadar kolesterol dan glukosa di dalam tubuh," tukasnya.
"Tingginya jumlah pasien disebabkan ketidakmampuan masyarakat dalam mengendalikan pola makannya saat libur lebaran," ujar Kepala Seksi Pelayanan Medis RSUD Kota Bekasi, dr Librianti. Menurutnya, jumlah rata-rata pasien yang diterima di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kota Bekasi berkisar 60 sampai 70 orang.
Keluhan penyakitnya beragam dari penyakit stroke, jantung, diabetes, pneumonia atau radang paru-paru pada anak dan sebagainya. Dari jumlah tersebut, sekitar 30-40 pasien harus dirawat inap, sedangkan sisanya rawat jalan karena masih bisa ditangani oleh dokter jaga IGD.
Adapun pasien rawat inap biasanya memerlukan penanganan khusus dan pengawasan petugas dalam proses penyembuhan. Sehingga, kata dia, jumlah kunjungan pasien diabetes dan stroke selama lebaran ini sekitar 50-60% dari total kunjungan IGD.
Librianti menjelaskan, kasus diabetes dan stroke di rumah sakit milik pemerintah daerah ini sebetulnya mengalami kenaikan pascalebaran. Namun Librianti mengaku belum mendapat jumlah kunjungan pasien secara pasti dari petugas jaga di rumah sakit.
"Untuk data tepatnya saya belum dapatkan, namun persentasenya cenderung naik sekitar 10 persen dibanding hari biasa," katanya. Untuk itu, pihaknya masih melakukan pendataan terkait penderita penyakit tersebut. Apalagi, setiap lebaran usai penyakit tersebut yang kerap mendominasi RSUD.
Kabid Keperawatan RSUD Kota Bekasi, dr Sudirman mengungkapkan, naiknya jumlah penderita diabetes dan stroke karena masyarakat banyak yang mengonsumsi makanan manis, bersantan dan berlemak saat merayakan hari kemenangan ini.
Keinginan mereka untuk menyantap hidangan tersebut sulit diredam, karena hampir seluruh lapisan masyarakat memasak sayur bersantan, hidangan penuh lemak hingga kue yang manis. Hidangan yang berlemak misalnya rendang, opor ayam, semur daging dan sebagainya.
"Mengonsumsi makanan berlemak jenuh dan manis dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dan glukosa dalam darah melebihi angka normal mencapai 200 mg/dl," katanya. Alhasil, dua penyakit ini cukup berbahaya karena mengakibatkan kematian.
Bagi penderita diabetes biasanya ada kerusakan di bagian pankreas sehingga menurunnya jumlah produksi insulin atau hormon penurun kadar glukosa darah. Sementara bagi penderita stroke diakibatkan adanya penyumbatan pembuluh darah di otak karena banyaknya lemak atau kolesterol jahat yang menumpuk menjadi plak.
Bahkan lemak jenuh itu juga mampu menghambat aliran darah ke organ jantung yang berdampak kematian.
Karena berdampak pada kematian, kata dia, maka pemerintah daerah fokus dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit tersebut. Pada Jumat, 10 Maret 2017 lalu Pemerintah Kota Bekasi telah telah menyediakan klinik kateterisasi jantung yang dilengkapi pemasangan ring jantung di RSUD Kota Bekasi.
Menurut dia, selama libur lebaran pasien diarahkan berobat ke IGD. Pada Kamis 21 Juni 2018 mendatang, mereka baru bisa berobat ke masing-masing poliklinik yang berjumlah 12 unit.
Meski demikian, Sudirman memastikan pasien tetap mendapatkan pelayanan seperti halnya di poliklinik karena sudah terjadwal dengan baik.
Dia menambahkan, sebetulnya penyakit ini bisa dicegah asal masyarakat menjaga pola makan dan rutin berolahraga. Orang yang rutin berolahraga memiliki risiko penyakit yang lebih rendah karena lemak dan glukosa dalam darah akan terbakar saat berolahraga.
"Perbanyak juga mengonsumsi sayuran dan buah untuk menjaga kadar kolesterol dan glukosa di dalam tubuh," tukasnya.
(sms)