Jelang Lebaran, Kejahatan Bergeser ke Permukiman dan Pemudik
A
A
A
JAKARTA - Menjelang Idul Fitri aksi kejahatan diprediksi akan bergeser dibandingkan awal Ramadhan. Menjelang akhir para pelaku mulai memantau rumah kosong serta kejahatan pembiusan di bus dan terminal.Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan, tingkat kejahatan selama Ramadhan cenderung meningkat. Biasanya para pelaku memanfaatkan waktu sahur dan salat tarawih untuk beraksi.
Target utama yang menjadi sasaran adalah rumah kosong yang biasanya ditinggal pemiliknya saat salat tarawih."Namun, seminggu menjelang Lebaran, target biasanya bergeser kepada para pemudik di stasiun dan terminal," kata Argo pada Rabu (6/6/2018).
Argo menuturkan, selama bulan puasa pihaknya melakukan operasi cipta kondisi dan tentunya akan semakin tinggi dengan operasi ketupat jelang lebaran. Untuk itu, Argo meminta masyarakat waspada dengan maraknya aksi kejahatan. "Jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal, selain itu jika bepergian pastikan rumah sudah dikunci dan terus dijaga oleh petugas keamanan setempat," tuturnya.
Selain pembobolan rumah kosong, pihaknya juga mengimbau kepada para pemudik untuk berhati-hati untuk pembiusan dan hipnotis. Sasaran kejahatan pembiusan biasanya pemudik yang hendak pulang kampung.
Aksi ini biasanya terjadi di terminal, bandara maupun stasiun kereta. "Biasanya mereka mengincar pemudik yang membawa barang banyak," ujarnya.
Dalam melakukan aksinya, pembiusan ini dilakukan dengan modus menawarkan minuman. Pelaku terlebih dulu mengajak calon korbannya untuk mengobrol. Korban kemudian ditanya-tanya kemana tujuan mudiknya.
Setelah korban merasa nyaman dengan pembicaraan mereka, lalu korban ditawari minuman kaleng. Biasanya, minuman yang ditawarkan itu jenis minuman kopi dalam kemasan kaleng.
Karena jenis minuman kopi bisa menyamarkan obat bius dengan rasa pahitnya. "Kopi kan rasanya sedikit pahit, sehingga tidak berasa atau tercium obat biusnya jika menggunakan kopi," ucapnya.
Obat yang dicampurkan sebagai obat bius biasanya CTM dalam jumlah yang banyak.CTM ini lebih dulu ditumbuk lalu dimasukkan ke kaleng dengan cara melubangi kaleng sebesar diameter paku. Kaleng lalu ditutup lagi dengan menggunakan alumunium foil. Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada para pemudik untuk tetap waspada.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Ikraq Sulhim mengatakan, aksi kejahatan yang terjadi sebenarnya tidak terpengaruh dengan situasi menjelang lebaran. Namun, pada intinya para pelaku terlebih dahulu memang telah menggambar atau menyusun perampokan. "Sebenarnya mereka beraksi tidak pernah mengenal hari, kebetulan saja waktunya menjelang lebaran," katanya.
Menurutnya, aksi-aksi kejahatan seperti itu memang tidak dilakukan sendiri melainkan dilakukan secara berkelompok. Untuk itu, polisi semestinya bisa mengantisipasi tindakan tersebut dengan cara meningkatkan patroli.
Selain itu, biasanya para pelaku juga telah tergambar oleh kepolisian dari kelompok mana saja mereka melakukan aksinya. "Kalau mau, polisi juga bisa bertindak tegas kepada para pelaku," ucapnya.
Target utama yang menjadi sasaran adalah rumah kosong yang biasanya ditinggal pemiliknya saat salat tarawih."Namun, seminggu menjelang Lebaran, target biasanya bergeser kepada para pemudik di stasiun dan terminal," kata Argo pada Rabu (6/6/2018).
Argo menuturkan, selama bulan puasa pihaknya melakukan operasi cipta kondisi dan tentunya akan semakin tinggi dengan operasi ketupat jelang lebaran. Untuk itu, Argo meminta masyarakat waspada dengan maraknya aksi kejahatan. "Jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal, selain itu jika bepergian pastikan rumah sudah dikunci dan terus dijaga oleh petugas keamanan setempat," tuturnya.
Selain pembobolan rumah kosong, pihaknya juga mengimbau kepada para pemudik untuk berhati-hati untuk pembiusan dan hipnotis. Sasaran kejahatan pembiusan biasanya pemudik yang hendak pulang kampung.
Aksi ini biasanya terjadi di terminal, bandara maupun stasiun kereta. "Biasanya mereka mengincar pemudik yang membawa barang banyak," ujarnya.
Dalam melakukan aksinya, pembiusan ini dilakukan dengan modus menawarkan minuman. Pelaku terlebih dulu mengajak calon korbannya untuk mengobrol. Korban kemudian ditanya-tanya kemana tujuan mudiknya.
Setelah korban merasa nyaman dengan pembicaraan mereka, lalu korban ditawari minuman kaleng. Biasanya, minuman yang ditawarkan itu jenis minuman kopi dalam kemasan kaleng.
Karena jenis minuman kopi bisa menyamarkan obat bius dengan rasa pahitnya. "Kopi kan rasanya sedikit pahit, sehingga tidak berasa atau tercium obat biusnya jika menggunakan kopi," ucapnya.
Obat yang dicampurkan sebagai obat bius biasanya CTM dalam jumlah yang banyak.CTM ini lebih dulu ditumbuk lalu dimasukkan ke kaleng dengan cara melubangi kaleng sebesar diameter paku. Kaleng lalu ditutup lagi dengan menggunakan alumunium foil. Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada para pemudik untuk tetap waspada.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Ikraq Sulhim mengatakan, aksi kejahatan yang terjadi sebenarnya tidak terpengaruh dengan situasi menjelang lebaran. Namun, pada intinya para pelaku terlebih dahulu memang telah menggambar atau menyusun perampokan. "Sebenarnya mereka beraksi tidak pernah mengenal hari, kebetulan saja waktunya menjelang lebaran," katanya.
Menurutnya, aksi-aksi kejahatan seperti itu memang tidak dilakukan sendiri melainkan dilakukan secara berkelompok. Untuk itu, polisi semestinya bisa mengantisipasi tindakan tersebut dengan cara meningkatkan patroli.
Selain itu, biasanya para pelaku juga telah tergambar oleh kepolisian dari kelompok mana saja mereka melakukan aksinya. "Kalau mau, polisi juga bisa bertindak tegas kepada para pelaku," ucapnya.
(whb)