Tak Mampu Kurangi Kemacetan, Underpass Mampang Belum Optimal
A
A
A
JAKARTA - Kemacetan di kawasan Mampang Prapatan, Pancoran, Jakarta Selatan semakin memprihatinkan. Keberadaan Underpass Mampang yang dipercaya dapat mengurai kemacetan di kawasan tersebut belum optimal.
Berdasarkan pantauan, Underpass Mampang yang baru beroperasi sekitar dua bulan lalu tidak dapat mengurai 30% kemacetan seperti yang ditargetkan Pemprov DKI. Kendaraan yang melintasi underpass hendak menuju Ragunan, Pasar Minggu dari arah Kuningan selalu mengalami kemacetan.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Widjiatmoko mengakui hal tersebut. Untuk itu, pada beberapa waktu lalu, Sudin Perhubungan Jakarta Selatan berinisiatif menutup persimpangan di kawasan Mampang sebagai rekayasa lalu lintas mendorong underpass agar bisa maksimal mengurai kemacetan. Sayangnya, lantaran kurang sosialisasi, rekayasa lalu lintas itu mendapat penolakan warga dan akhirnya dibongkar.
"Sesuai arahan Pak Wakil Gubernur, sebelum lakukan rekaysa lalu lintas dengan penutupan di simpang Mampang, sosialisasi harus dilakukan. Lurah tegal Parang dan Duren Tiga sedang lakukan sosialisasi itu," kata Sigit saat dihubungi, Selasa 5 Juni 2018.
Sigit menjelaskan, dalam melakukan rekaysa lalu lintas ada dua hal yang dilakukan, yaitu sosialisasi dan evaluasi. Menurutnya, sejauh ini sosialisasi yang dilakukan oleh Lurah Tegal Parang cukup dipahami masyarakat, hanya tinggal di kelurahan duren Tiga. Dia berharap habis hari raya Lebaran, rekayasa lalu lintas dengan penutupan di simpang Mampang dapat dilakukan.
Adapun jumlah simpang yang akan ditutup, lanjut Sigit, itu akan ditemukan pada hasil evaluasi rekayasa lalu lintas penutupan simpang Mampang di kelurahan Tegal Parang. Namun, tidak menutup kemungkinan rekayasa penutupan berbarengan dengan simpang Mampang di kelurahan Duren Tiga.
"Nanti akan dievaluasi, apakah rekaysa penutupan efektif atau harus dilakukan rekayasa lain," ungkapnya.
Kepal Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faisal menuturkan, Pembangunan Lintas Bawah Mampang-Kuningan ini bertujuan untuk menghilangkan persimpangan tak sebidang sehingga diharapkan dapat mengurangi kemacetan pada beberapa perlintasan, yakni lalu lintas Barat-Timur di Simpang Kuningan yaitu pada Jalan Gatot Subroto: dari Semanggi menuju Pancoran-dari Pancoran Menuju Semanggi.
Lalu lintas Barat-Timur di Simpang Mampang yaitu pada Jalan Tendean-dari Santa menuju Buncit-dari Pancoran menuju Santa. Lalu lintas Utara-Selatan melalui underpass antara Mampang ke/dari Rasuna Said.
"Pembangunan Lintas Bawah ini juga bertujuan untuk mendukung pergerakan busway sehingga diharapkan busway dapat berjalan dengan lancar untuk mendukung transportasi umum," ungkapnya.
Sementara itu, Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Joga menilai bahwa keberadaan underpass dan flyover memang tidak mampu mengurai kemacetan. Menurutnya, jalan tak sebidang itu hanyalah sebuah karpet merah bagi kendaraan pribadi. Untuk itu, tidak heran apabila kemacetan masih kerap terjadi. "Underpass dan flyover itu hanya memindahkan kemacetan saja," ujarnya.
Selain melakukan sosilasiasi dan rekayasa lalu lintas, lanjut Nirwono, Pemprov DkI harus meningkatkan pelayanan angkutan umum. Khususnya mengoptimliasaikan bus Transjakarta koridor 6 (Ragunan-Dukuh Atas) dan melakukan pengendalian lalu lintas.
"Peningkatan transportasi angkutan umum harus di kedepankan. Efektifitas underpass dan flyover harus didukung angkutan umum," pungkasnya.
Berdasarkan pantauan, Underpass Mampang yang baru beroperasi sekitar dua bulan lalu tidak dapat mengurai 30% kemacetan seperti yang ditargetkan Pemprov DKI. Kendaraan yang melintasi underpass hendak menuju Ragunan, Pasar Minggu dari arah Kuningan selalu mengalami kemacetan.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Widjiatmoko mengakui hal tersebut. Untuk itu, pada beberapa waktu lalu, Sudin Perhubungan Jakarta Selatan berinisiatif menutup persimpangan di kawasan Mampang sebagai rekayasa lalu lintas mendorong underpass agar bisa maksimal mengurai kemacetan. Sayangnya, lantaran kurang sosialisasi, rekayasa lalu lintas itu mendapat penolakan warga dan akhirnya dibongkar.
"Sesuai arahan Pak Wakil Gubernur, sebelum lakukan rekaysa lalu lintas dengan penutupan di simpang Mampang, sosialisasi harus dilakukan. Lurah tegal Parang dan Duren Tiga sedang lakukan sosialisasi itu," kata Sigit saat dihubungi, Selasa 5 Juni 2018.
Sigit menjelaskan, dalam melakukan rekaysa lalu lintas ada dua hal yang dilakukan, yaitu sosialisasi dan evaluasi. Menurutnya, sejauh ini sosialisasi yang dilakukan oleh Lurah Tegal Parang cukup dipahami masyarakat, hanya tinggal di kelurahan duren Tiga. Dia berharap habis hari raya Lebaran, rekayasa lalu lintas dengan penutupan di simpang Mampang dapat dilakukan.
Adapun jumlah simpang yang akan ditutup, lanjut Sigit, itu akan ditemukan pada hasil evaluasi rekayasa lalu lintas penutupan simpang Mampang di kelurahan Tegal Parang. Namun, tidak menutup kemungkinan rekayasa penutupan berbarengan dengan simpang Mampang di kelurahan Duren Tiga.
"Nanti akan dievaluasi, apakah rekaysa penutupan efektif atau harus dilakukan rekayasa lain," ungkapnya.
Kepal Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faisal menuturkan, Pembangunan Lintas Bawah Mampang-Kuningan ini bertujuan untuk menghilangkan persimpangan tak sebidang sehingga diharapkan dapat mengurangi kemacetan pada beberapa perlintasan, yakni lalu lintas Barat-Timur di Simpang Kuningan yaitu pada Jalan Gatot Subroto: dari Semanggi menuju Pancoran-dari Pancoran Menuju Semanggi.
Lalu lintas Barat-Timur di Simpang Mampang yaitu pada Jalan Tendean-dari Santa menuju Buncit-dari Pancoran menuju Santa. Lalu lintas Utara-Selatan melalui underpass antara Mampang ke/dari Rasuna Said.
"Pembangunan Lintas Bawah ini juga bertujuan untuk mendukung pergerakan busway sehingga diharapkan busway dapat berjalan dengan lancar untuk mendukung transportasi umum," ungkapnya.
Sementara itu, Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Joga menilai bahwa keberadaan underpass dan flyover memang tidak mampu mengurai kemacetan. Menurutnya, jalan tak sebidang itu hanyalah sebuah karpet merah bagi kendaraan pribadi. Untuk itu, tidak heran apabila kemacetan masih kerap terjadi. "Underpass dan flyover itu hanya memindahkan kemacetan saja," ujarnya.
Selain melakukan sosilasiasi dan rekayasa lalu lintas, lanjut Nirwono, Pemprov DkI harus meningkatkan pelayanan angkutan umum. Khususnya mengoptimliasaikan bus Transjakarta koridor 6 (Ragunan-Dukuh Atas) dan melakukan pengendalian lalu lintas.
"Peningkatan transportasi angkutan umum harus di kedepankan. Efektifitas underpass dan flyover harus didukung angkutan umum," pungkasnya.
(mhd)