Cegah Teror, Hengki Aktifkan Siskamling dan Rangkul Mantan Teroris

Jum'at, 01 Juni 2018 - 16:05 WIB
Cegah Teror, Hengki Aktifkan Siskamling dan Rangkul Mantan Teroris
Cegah Teror, Hengki Aktifkan Siskamling dan Rangkul Mantan Teroris
A A A
JAKARTA - Polres Metro Jakarta Barat mengajak masyarakat untuk kembali mengaktifkan sistem keamanan lingkungan (siskamling). Siskamling dinilai sebagai salah satu cara unik untuk mendeteksi aksi terorisme.

Melalui siskamling, warga akan mudah saling mengenal. Dengan demikian segala ancaman kejahatan bisa diminimalisir dan diantisipasi.

Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Hengki Haryadi, mengatakan, masyarakat perlu terlibat aktif dalam memberantas terorisme dan radikalisme. Penyebaran pamflet dan penebaran spanduk akan dilakukan dalam upaya mengajak masyarakat memberantas terorisme tersebut.

“Ini efektif. Apabila ditambah siskamling, bukan tak mungkin kejahatan bakal berkurang lagi,” ujar Hengki di Jakarta Barat, Jumat (1/6/2018).

Sebagai upaya mengantisipasi aksi terorisme tersebut, unsur tiga pilar di Jakarta Barat baru-baru mengadakan buka puasa bersama sekaligus ajang silaturahmi.

Dalam acara yang diadakan di kantor Wali Kota Jakarta Barat itu, Hengki turut menghadirkan mantan teroris Ali Fauzi dan mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas. Hengki sengaja menghadirkan kedua tokoh yang saat ini aktif turut serta dalam upaya deradikalisasi di Indonesia.

Cegah Teror, Hengki Aktifkan Siskamling dan Rangkul Mantan Teroris


Dalam kesempatan itu, Nasir Abbas mengimbau masyarakat agar senantias komitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Caranya dengan mengedepankan kewaspadaan serta pro aktif mencegah penyebarluasan paham radikal terorisme, sekaligus mencegah target pelaku teroris agar tidak tercapai.

Nasir menyebutkan, selama ini aksi teror selalu ada dan tidak akan selesai. Karena itu dibutuhkan peran semua orang, termasuk warga dalam mencegah teror.

Nasir mengakui sebelummnya kepolisian menjadi lembaga paling dibenci teroris, termasuk diriinya. Kebencian itu muncul lantaran kepolisian menjadi penghalang teroris dalam melakukan aksinya.

Karena itu, tak hayal polisi menjadi sasaran dalam bentuk teror. Contoh, penusukan di Tangerang beberapa tahun lalu, penusukan di Masjid Faletehan, dan kejadian Mako Brimob Kelapa Dua Depok.

"Tapi polisi yang saya kafirkan terjaga shalatnya. Saya puasa hanya Ramadhan, mereka (polisi) puasa juga Senin Kamis. Ada something wrong dalam diri saya mengkafirkan polisi," kata Nasir yang saat ini aktif dalam program deradikalisasi di Indonesia.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5726 seconds (0.1#10.140)