Pembangunan 38 Boks Utilitas Kian Perparah Kemacetan di Tanah Abang
A
A
A
JAKARTA - Pembangunan puluhan boks utilitas di Tanah Abang, Jakarta Pusat disinyalir menjadi salah satu penyebab kemacetan kian parah di kawasan tersebut. Saat ini sebanyak 38 boks utilitas tengah di bangun di bahu jalan di kawasan Tanah Abang.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengatakan, berdasarkan laporan, salah satu penyebab kemacetan di kawasan Tanah Abang akibat adanya pembangunan boks utilitas yang dibangun oleh Dinas Bina Marga. Sebab, selama ini banyak galian-galian utilitas yang merusak jalan ataupun trotoar ketika sudah ditata.
"Jadi supaya tidak terus menggali bongkar pasang lagi, gali lagi sudah dirapihkan gali lagi bikin kemacetan kita buat boks yang menghubungkan seluruh utilitas. Tapi terlalu straight dan menambah kesemerawutan di Tanah Abang. Saya marahin Pak Yusmada kenapa begini," kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta pada Kamis (19/4/2018).
Sandiaga menuturkan, untuk menata utilitas di Jakarta pihaknya menggelar layanan pita lebar. Dimana, utilitas berada di bawah tanah dan tersambung dengan baik serta memiliki infrastruktur telekomunikasi yang world class.
Untuk itu, penataan trotoar Sudirman-Thamrin yang kini tengah dikerjakan menjadi kesempatan penataan dari broadband yang ada supaya tidak terus membongkar pasang galian. Selama ini, lanjut Sandi, permasalahan utama galian utilitas akibat kurangnya kordinasi.
Sandi meminta Kepala Dinas Bina Marga, Yusmada Faisal menyelesaikannya secara adat bersama para pemilik utilitas dan pihak terkait lainnya. "Kordinasi harus berjalan baik. Kita ingin membangun partisipasi kolaboratif yang melibatkan semua unsur masyarakat," ungkapnya.
Kepala Dinas Bina Marga, Yusmada Faisal mengakui penyebab kemacetan di seputaran Tanah Abang akibat adanya pembangunan 38 boks utilitas dibahu jalan mulai dari Hotel Milenium menuju Jalan Jati Baru dan memutar kembali ke Hotel Milenium.
Pembangunan boks di bahu jalan itu dipilih Yusmada lantaran utilitas di bawah trotoar sudah terlalu banyak. Dengan adanya boks utilitas diharapkan tidak ada pembongkaran-pembongkaran jalan dan trotoar kembali.
"Memang idealnya penataan trotoar dibarengi dengan penataan utilitas. Tapi lebar trotoar di Tanah Abang tidak mencukupi untuk membangun utilitas, lebar 1,2x1,8 meter. Trotoar butuh 2 meter. Kondisinya sudah banyak kabel. Akhirnya mencari alternatif di badan jalan," tegasnya.
Sementara itu, pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Joga menyayangkan Dinas Bina Marga memilih membuat boks utilitas di bahu jalan. Menurutnya, hal itu bukanlah solusi menata utilitas dan justru malah memperparah kondisi jalan.
"Boks utilitas yang disediakan Dinas Bina Marga hanya untuk menjaga penambahan jaringan tidak lagi membongkar jalan atau trotoar yang sudah tertata. Kalau utilitas tidak ada bedanya," ujarnya.
Nirwono menjelaskan, penataan trotoar itu idealnya terpadu dengan saluran air dan jaringan utilitas. Seperti misalnya trotoar lebar tiga meter, kiri kanan satu meter untuk utilitas, dan satu meter ditengah untuk saluran air.
Dalam rongga satu meter kiri kanan itu, nantinya masin-masing utilitas memiliki lemarinya sendiri. Sehingga, ketika terjadi masalah ataupun inin melakukan penambahan jaringan, utilita lain tidak terganggu.
DKI, kata Nirwono sangat bisa melakukan itu. Apalagi DKI akan menata trotoar di Jalan Sudirman-Thmarin dengan kelebaran mencapai lebih dari 8 Meter. Dia berharap penataan itu menjadi pilot project penataan trotoar dengan utilitas yang ideal.
"Masalahnya ini Bina Marga tidak punya rencana induk saluran air, utilitas, dan trotoar. Itu bagian satu paket dari penataan trotoar. Kalau ada rencana induk, para penguna harus menikuti rencan induk. Yang terjadi sekarang, penataan torotoar sudah dilakukan, utilitas baru jalan, lalu saluran ai tersumbat dan sebagainya," ucapnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengatakan, berdasarkan laporan, salah satu penyebab kemacetan di kawasan Tanah Abang akibat adanya pembangunan boks utilitas yang dibangun oleh Dinas Bina Marga. Sebab, selama ini banyak galian-galian utilitas yang merusak jalan ataupun trotoar ketika sudah ditata.
"Jadi supaya tidak terus menggali bongkar pasang lagi, gali lagi sudah dirapihkan gali lagi bikin kemacetan kita buat boks yang menghubungkan seluruh utilitas. Tapi terlalu straight dan menambah kesemerawutan di Tanah Abang. Saya marahin Pak Yusmada kenapa begini," kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta pada Kamis (19/4/2018).
Sandiaga menuturkan, untuk menata utilitas di Jakarta pihaknya menggelar layanan pita lebar. Dimana, utilitas berada di bawah tanah dan tersambung dengan baik serta memiliki infrastruktur telekomunikasi yang world class.
Untuk itu, penataan trotoar Sudirman-Thamrin yang kini tengah dikerjakan menjadi kesempatan penataan dari broadband yang ada supaya tidak terus membongkar pasang galian. Selama ini, lanjut Sandi, permasalahan utama galian utilitas akibat kurangnya kordinasi.
Sandi meminta Kepala Dinas Bina Marga, Yusmada Faisal menyelesaikannya secara adat bersama para pemilik utilitas dan pihak terkait lainnya. "Kordinasi harus berjalan baik. Kita ingin membangun partisipasi kolaboratif yang melibatkan semua unsur masyarakat," ungkapnya.
Kepala Dinas Bina Marga, Yusmada Faisal mengakui penyebab kemacetan di seputaran Tanah Abang akibat adanya pembangunan 38 boks utilitas dibahu jalan mulai dari Hotel Milenium menuju Jalan Jati Baru dan memutar kembali ke Hotel Milenium.
Pembangunan boks di bahu jalan itu dipilih Yusmada lantaran utilitas di bawah trotoar sudah terlalu banyak. Dengan adanya boks utilitas diharapkan tidak ada pembongkaran-pembongkaran jalan dan trotoar kembali.
"Memang idealnya penataan trotoar dibarengi dengan penataan utilitas. Tapi lebar trotoar di Tanah Abang tidak mencukupi untuk membangun utilitas, lebar 1,2x1,8 meter. Trotoar butuh 2 meter. Kondisinya sudah banyak kabel. Akhirnya mencari alternatif di badan jalan," tegasnya.
Sementara itu, pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Joga menyayangkan Dinas Bina Marga memilih membuat boks utilitas di bahu jalan. Menurutnya, hal itu bukanlah solusi menata utilitas dan justru malah memperparah kondisi jalan.
"Boks utilitas yang disediakan Dinas Bina Marga hanya untuk menjaga penambahan jaringan tidak lagi membongkar jalan atau trotoar yang sudah tertata. Kalau utilitas tidak ada bedanya," ujarnya.
Nirwono menjelaskan, penataan trotoar itu idealnya terpadu dengan saluran air dan jaringan utilitas. Seperti misalnya trotoar lebar tiga meter, kiri kanan satu meter untuk utilitas, dan satu meter ditengah untuk saluran air.
Dalam rongga satu meter kiri kanan itu, nantinya masin-masing utilitas memiliki lemarinya sendiri. Sehingga, ketika terjadi masalah ataupun inin melakukan penambahan jaringan, utilita lain tidak terganggu.
DKI, kata Nirwono sangat bisa melakukan itu. Apalagi DKI akan menata trotoar di Jalan Sudirman-Thmarin dengan kelebaran mencapai lebih dari 8 Meter. Dia berharap penataan itu menjadi pilot project penataan trotoar dengan utilitas yang ideal.
"Masalahnya ini Bina Marga tidak punya rencana induk saluran air, utilitas, dan trotoar. Itu bagian satu paket dari penataan trotoar. Kalau ada rencana induk, para penguna harus menikuti rencan induk. Yang terjadi sekarang, penataan torotoar sudah dilakukan, utilitas baru jalan, lalu saluran ai tersumbat dan sebagainya," ucapnya.
(whb)