Penjelasan BMKG Soal Hujan Es di Depok dan Tangerang
A
A
A
JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan fenomena hujan es yang terjadi di Depok dan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang merupakan hal biasa. Fenomena ini kerap terjadi pada masa transisi/pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
"Fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan lebat atau es disertai kilat dan petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi/pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya," ungkap Kabag Humas BMKG Hary T Djatmiko kepada wartawan, Rabu (21/3/2018).
Hary menjelaskan, indikasi terjadinya hujan lebat dan es disertai kilat serta petir dan angin kencang berdurasi singkat biasanya satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah."Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)," lanjutnya.
Hary menuturkan, mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan cumulus (awan putih berlapis-lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
"Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat. Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri," ungkap Hary.(Baca: Kabag Humas BMKG Hary T Djatmiko)
"Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita. Jika 1–3 hari berturut–turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak," sambung Hary.
Adapun sifat-sifat puting beliung/angin kencang berdurasi singkat, sangat lokal, luasannya berkisar 5–10 km, waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit. "Lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Kerap terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari. Bergerak secara garis lurus," terangnya.
Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5 – 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda – tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 %. Hanya berasal dari awan Cumulonimbus (bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya), tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan puting beliung."Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama," ucapnya.
"Fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan lebat atau es disertai kilat dan petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi/pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya," ungkap Kabag Humas BMKG Hary T Djatmiko kepada wartawan, Rabu (21/3/2018).
Hary menjelaskan, indikasi terjadinya hujan lebat dan es disertai kilat serta petir dan angin kencang berdurasi singkat biasanya satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah."Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)," lanjutnya.
Hary menuturkan, mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan cumulus (awan putih berlapis-lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
"Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat. Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri," ungkap Hary.(Baca: Kabag Humas BMKG Hary T Djatmiko)
"Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita. Jika 1–3 hari berturut–turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak," sambung Hary.
Adapun sifat-sifat puting beliung/angin kencang berdurasi singkat, sangat lokal, luasannya berkisar 5–10 km, waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit. "Lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Kerap terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari. Bergerak secara garis lurus," terangnya.
Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5 – 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda – tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 %. Hanya berasal dari awan Cumulonimbus (bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya), tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan puting beliung."Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama," ucapnya.
(whb)