Tangerang Adopsi Akses Transportasi Massal Jepang
A
A
A
TANGERANG - Pesatnya perkembangan akses transportasi di Kota Tangerang menarik perhatian Pusat Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau Japan Internasional Cooperation Agency (JICA). Adapun yang menjadi perhatian JICA di Kota Tangerang adalah penyediaan sarana transportasi massal, sama seperti yang sedang dikembangkan di Jakarta, dalam beberapa waktu belakangan.
Akses transportasi massal di Kota Seribu Industri ini memang sedang berkembang sehingga perlu dilakukan pembenahan dalam pengelolaannya agar bisa mengatasi kemacetan yang ada. Wali Kota Tangerang Arief Rachadiono Wismansyah mengatakan, sedikitnya ada enam akses transportasi massal di Kota Tangerang, dari angkutan kota, APTB, KRL, hingga BRT dalam kota.
"Kami juga punya BRT dengan Jakarta dan Kereta Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) yang tidak lama lagi akan segera beroperasi," katanya kepada KORAN SINDO di Balai Kota Tangerang, beberapa waktu lalu.
Pihaknya juga sedang mengembangkan transit oriented development (TOD) di Stasiun Batu Ceper dengan Terminal Poris, untuk memudahkan warga mengakses transportasi massal yang tersedia. Namun, untuk progres akses transportasi itu, Arief mengaku masih akan terus berkembang. Untuk itu, pihaknya berusaha menggaet JICA agar tertarik melakukan pengelolaan transportasi yang ada. Tidak tanggung-tanggung, Arief langsung mengunjungi Chiyoda, Nibancho 5−25, Tokyo, Jepang. Meski begitu, hasil yang dicapainya cukup seimbang. JICA tertarik menangani masalah di perkotaan itu.
"JICA sangat tertarik untuk terlibat dalam penanganan persoalan perkotaan di Kota Tangerang, terutama terkait pembangunan infrastruktur transportasi dan masalah persampahan yang ada," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Saiful Rohman mengaku sangat mengapresiasi sikap Arief yang serius mengatasi permasalahan transportasi massal di Kota Tangerang. Menurut dia, langkah menjalin kerja sama dengan Jepang sangat tepat. Apalagi, akses transportasi massal di Jepang telah diakui sebagai yang terbaik untuk bisa diadopsi kota dengan 2 juta penduduk itu.
"Ini adalah bagian dalam mencari solusi persoalan kemacetan di Kota Tangerang. Saat ini kerja samanya masih dalam proses penjajakan terusmenerus dengan pihak JICA yang di Jakarta," ujarnya.
Namun, saat ditanya sudah sejauh mana proses penjajakan itu, Saiful mengatakan, kajiannya ada di Bappeda. Secara garis beras, dia hanya mengatakan konsep yang coba ditawarkan ke JICA adalah TOD. "Terkait pembangunan akses transportasi massal. Nantinya transportasi massal yang dibangun ini akan terintegrasi di wilayah Jabodetabek. Ini sedang dalam pembahasan di Bappeda," ujarnya.
Akses transportasi massal di Kota Seribu Industri ini memang sedang berkembang sehingga perlu dilakukan pembenahan dalam pengelolaannya agar bisa mengatasi kemacetan yang ada. Wali Kota Tangerang Arief Rachadiono Wismansyah mengatakan, sedikitnya ada enam akses transportasi massal di Kota Tangerang, dari angkutan kota, APTB, KRL, hingga BRT dalam kota.
"Kami juga punya BRT dengan Jakarta dan Kereta Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) yang tidak lama lagi akan segera beroperasi," katanya kepada KORAN SINDO di Balai Kota Tangerang, beberapa waktu lalu.
Pihaknya juga sedang mengembangkan transit oriented development (TOD) di Stasiun Batu Ceper dengan Terminal Poris, untuk memudahkan warga mengakses transportasi massal yang tersedia. Namun, untuk progres akses transportasi itu, Arief mengaku masih akan terus berkembang. Untuk itu, pihaknya berusaha menggaet JICA agar tertarik melakukan pengelolaan transportasi yang ada. Tidak tanggung-tanggung, Arief langsung mengunjungi Chiyoda, Nibancho 5−25, Tokyo, Jepang. Meski begitu, hasil yang dicapainya cukup seimbang. JICA tertarik menangani masalah di perkotaan itu.
"JICA sangat tertarik untuk terlibat dalam penanganan persoalan perkotaan di Kota Tangerang, terutama terkait pembangunan infrastruktur transportasi dan masalah persampahan yang ada," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Saiful Rohman mengaku sangat mengapresiasi sikap Arief yang serius mengatasi permasalahan transportasi massal di Kota Tangerang. Menurut dia, langkah menjalin kerja sama dengan Jepang sangat tepat. Apalagi, akses transportasi massal di Jepang telah diakui sebagai yang terbaik untuk bisa diadopsi kota dengan 2 juta penduduk itu.
"Ini adalah bagian dalam mencari solusi persoalan kemacetan di Kota Tangerang. Saat ini kerja samanya masih dalam proses penjajakan terusmenerus dengan pihak JICA yang di Jakarta," ujarnya.
Namun, saat ditanya sudah sejauh mana proses penjajakan itu, Saiful mengatakan, kajiannya ada di Bappeda. Secara garis beras, dia hanya mengatakan konsep yang coba ditawarkan ke JICA adalah TOD. "Terkait pembangunan akses transportasi massal. Nantinya transportasi massal yang dibangun ini akan terintegrasi di wilayah Jabodetabek. Ini sedang dalam pembahasan di Bappeda," ujarnya.
(amm)